sebelas

968 61 0
                                    

"Aaarrrggghhhhh!!!!" Teriak Dea mengeluarkan semua kekesalannya.

"Kenapa sih hari ini tuh pada gaok semua elah tai."

"Ngga Leo, double R, TU, Bu Seli, Bu Ira gaok semuaaaaa!" Dea mengerucutkan bibirnya kesal. Dia duduk di belakang taman sekolah dengan kedua kaki di tekuk ke depan, lalu kedua tangannya memeluk kedua kakinya.

Tak lama, terdengar suara isakan kecil keluar dari bibir mungilnya yang indah.

"Hiks...hiks..." Dea menelungkupkan wajahnya di kedua belah kakinya sambil sesekali mendongak. Mencoba menghentikan ingusnya yang ikut-ikutan keluar.

'Srooott' *anggepajabunyiingusdisedotwkwk*

"Jorok lu." Ucap satu suara membuat Dea menoleh kaget.

"Lo?!"

"Biasa aja kali." Ucap suara itu.

"Ngapain lagi lo di sini? Masih ga puas apa,Le?!" Leo terkekeh mendengar suara Dea yang berubah serak.

"Nih elap dulu ingus lu. Gue geli liatnya." Leo kembali tertawa di akhir kalimat. Leo mengulurkan tangannya memberi Dea tissue.

"Sialan." Dengus Dea sambil menarik kasar tissue dari Leo.

"Apa lo liat-liat?!" Sentak Dea saat matanya menangkap Leo yang terus saja memperhatikannya.

"Lu jelek kalo nangis." Kekeh Leo membuat Dea mendengus, lagi.
"Bodoamat." Katanya sambil mengelap ingusnya.

"Demen banget nge'dengus' kayak banteng." Leo tekekeh lagi membuat Dea kesal.

"Apa sih? Suka-suka gue lah." Ketus Dea memalingkan wajahnya.

"Dah yuk, balik. Lu masih mau disini sampe kapan? Gerbang dah mau di tutup tuh." Kata Leo menarik tangan Dea membuat Dea terbangun dari duduknya.

"Gausah narik-narik segala! Sakit tau!" Dea mengerucutkan bibirnya melihat tangannya yang memerah akibat tarikan Leo tadi.

"Maaf." Kata Leo tulus, melihat tangan Dea dan mengelusnya pelan. Jantung Dea berdegup kencang saat Leo mengelus tangannya dengan lembut.

"Yaudah ayok pulang." Kata Dea berusaha menetralkan detak jantungnya.

Leo mengangguk dan menggenggam tangan Dea lembut. 

Anjing ini Leo ngapa malah genggam tangan gue sih. Ah jantung gue berasa mao copot. Dea terus merutuk dalam hati sampai ia tidak sadar telah sampai parkiran.

"Woy Deandra Anastasya Syahil." Dea tersentak dari lamunannya sepanjang jalan saat mendengar nama panjangnya di sebut.

"Apa sih? Gausah make nama bokap deh." Ketus Dea.

Dahi Leo berkernyit bingung. "Daritadi ucapan lu ga jauh-jauh dari 'apa sih?' Kayak gada kata lain aja." Dea mendengus. "Suka-suka gue lah. Lagian tau darimana lu nama bokap gue?!" Mata Dea memicing ke arah Leo.

"Siapa yang gatau rumah keluarga Syahil? Dan gue ga sebego itu. Kemaren pas gue nganterin lu sebenernya gue bingung tapi ya ternyata dugaan gue bener. Lo anak tunggal keluarga Syahil kan?" Leo menyeringai.

"Emang kenapa kalo gue anak tunggal keluarga Syahil? Lu mau deketin gue terus morotin gue karna harta bokap gue yang KATANYA ga bakal abis tujuh turunan,gitu?" Tanya Dea dingin.

"Nggak." Jawab Leo tak kalah dingin.

"Jangan ngasih tau anak-anak kalo gue anak Ardendra Syahil." Kata Dea masih dingin.

"Emang kenapa kalo pada tau?" Tanya Leo bingung.

"Gapapa. Gue ga mau aja banyak temen tapi cuman pada mau manfaatin gue doangan." Jawab Dea tenang.

Annoying Girl [Re-Publish] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang