sepuluh

1K 60 0
                                    

Lagi-lagi Dea membuat keributan di kelas. Dia menempelkan permen karet bekas kunyahannya di bangku guru. Memang kedengarannya sudah biasa. Tapi ini beda. Permen karet itu juga di  tempelkan di meja guru dan tembok biasa para guru menyender di kala lelah. Katanya 'anti mainstrem cuy.'

"SIAPA YANG MENEMPELKAN PERMEN KARET DI BANGKU, MEJA DAN RAMBUT IBU?" bentak guru tersebut saat itu.

Guru yang kena jebakan betmennya si Dea Bu Seli guru matematikanya Dea. Alesannya, Dea benci banget sama matematika makanya Dea ngusilin gurunya biar tuh guru ga ngajar. Parah 'kan?

Bu Seli sampai nangis karena rambutnya yang lengket. Dan karna itu, Dea di bentak sama Leo yang daritadi diem ngeliatin doang.

"DEA MINTA MAAF SAMA BU SELI!"  Dea mendengus dan meminta maaf lalu membantu Bu Seli membersihkan permen karet dari badannya.

Yang bener aja, Leo mana bisa ngeliat gurunya nangis cuman karna kejahilan Dea.

Apalagi alesan Dea ga masuk akal. Dia benci pelajarannya. Tapi kenapa yang di usilin malah gurunya? Dan gara-gara Leo, Dea masuk ruang BK.

"Kamu itu kan perempuan! Yang feminim dikit dong! Ga sopan banget ngerjain guru!" Omel wali kelasnya.

Dea hanya diam memutar bola matanya jengah.

"Dulu-dulu kamu tidak jahil apalagi sampai mengerjai guru mu seperti ini. Ada apa dengan kamu?" 

"Kamu itu ya, Dean, kalo ibu ngomong dengerin. Jangan masuk kuping kanan, keluar kuping kiri!" Bu Ira menjewer telinga Dea saking kesalnya.

"Aduh!!... duhh... sakit buu...aduhh.. iya bu iyaa saya denger gausah di jewer juga kali emangnya saya anak kecil apa." Ringis Dea.

"Habisnya, kamu ibu bilangin daritadi hanya memutar bola mata kamu saja. Di kira kamu, ibu tidak lihat apa?" Dea mendengus. "Iya bu iyaa maaf. Kan tadi saya lagi mikir makanya muter bo---aduh... sakit buu.." Dea mengusap-usap telinganya yang memerah.

"Sudah jangan banyak membantah. Cepat kerjakan hukumanmu!" Ucap Bu Ira. Dea mengangguk dan keluar dari ruang BK lalu berlari keliling lapangan sebanyak lima kali setelah itu istirahat sebentar dan membersihkan toilet siswa.

"Najis bau banget. Ga pernah di siram apa ya kalo abis kencing?!" Dengus Dea.

"Ini lagi double R sama TU mana sih?" Gerutu Dea.

"Sialan banget pada ga mau bantuin. Awas aja mereka ntar gue tabokin abis-abisan!" Dea mendorong-dorong tongkat pel dengan kesal.

"Malah pegel banget lagi pinggang gue. Gada yang mau bantuin apa?" Tanya nya pada diri sendiri. Dea mengelap keringat yang bercucuran di dahinya.

"Pada gaok semua aelah sebel gue sebelllllll........"

"Gue belom motongin rumput sekolah lagi. Ahhhh mamaaaaaaa...." teriak Dea kesal.

Gedubrag

Gedebrug

Tunggg

Jesss

Toeng...ng..ng...nnnggggg

"Aduhh!"

"Anjrit suara apaan lagi tuh?" Kata Dea melihat ke sekitar.

"Ga lucu banget kan ada setan siang bolong begini." Gumamnya lagi masih mencoba melihat-lihat sekitar. Dea akhirnya keluar dari toilet memastikan ada apa di luar.

"Bego lo, Mar, sakit tauu!" Ucap Tiara sambil menabok-nabok pantatnya yang kotor karna terjatuh entah darimana.

"Yeh gue juga sakit kali. Lo sih, Ren, dorong-dorong gue. Jatoh kan tuh jadinya!" Balas Umar ga mau di salahin.

Annoying Girl [Re-Publish] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang