“Woy dek,” panggil Billy saat melihat adiknya terus melamun di depan balkon kamarnya.
“Hmm?” Leo bergumam tanpa menengok kearah balkon Billy yang bersampingan dengan balkon kamarnya.
“Lu kenapa? Lagi ada masalah? Cerita-ceritalah.” Billy terus memaksa adiknya itu agar mau bercerita.
“Ngga.”
“Ga biasanya lu ngelamun malem-malem di depan balkon?” Billy masih terus gencar menanyakan sang adik.
Leo menengok kearah abangnya menatap dengan ekspresi datar. “Gue gapapa.”
“Oke, terserah.” Billy menyerah lalu masuk ke dalam kamarnya.
Tapi tak lama kepalanya menyembul dari arah dalam kamar. Matanya menatap adiknya serius, lalu mengatakan hal yang membuat rahang Leo mengeras.
“Besok Dean mau ketemu lo di cafè biasa.”
Melihat respon sang adik yang hanya diam dengan wajah menahan marah, Billy hanya menghela nafas lalu berkata lagi, “Katanya ada yang harus kalian bicarain.”
“Gada lagi yang harus di bicarain.” setelah mengucapkan itu, Leo langsung masuk ke kamarnya dan menutup pintu balkon dengan suara kencang.
Billy kembali menghela nafas, sudah tau respon apa yang akan ditunjukkan adiknya. Akhirnya ia berteriak ke arah balkon adiknya, berharap adiknya mendengar.
“LEO. MASA LALU ITU DI JADIIN PELAJARAN DI MASA DEPAN BIAR GA KE ULANG LAGI. LO GA BISA TERUS-TERUSAN MENGHINDAR DARI MASA LALU. KARNA MASA LALU ITU JUGA BAGIAN DARI HIDUP LU.” teriak Billy.
"Lo ga bisa terus-terusan menghindar gini, dek." Billy lagi dan lagi menghela nafasnya mencoba menghilangkan rasa sesak di dalam dadanya, lalu masuk ke dalam kamarnya.
*
Berkali-kali Leo memandang kearah jam dindingnya yang menunjukkan pukul dua lewat lima belas menit. Berkali-kali pula Leo membulak-balikkan badan karna tidak bisa tidur.
Leo lalu mendudukan badannya dan terus membuat menutup matanya sambil duduk, mencoba untuk tidur duduk mungkin saja itu berhasil. Tapi hal itu tetap tidak berhasil. Ia malah merasa punggung dan lehernya pegal.
“Woy mata! ayok dong tidur! Besok gue sekolah, nih!” gumamnya pada diri sendiri.
Leo mengacak-acak rambutnya merasa kesal sendiri karna ia tidak bisa tidur sedangkan besok ia harus sekolah, matanya lalu memandang ke arah luar balkon.
Menghela nafas panjang akhirnya Leo berdiri dan menuju balkon kamarnya. Di tengok nya balkon abangnya yang sepi, menunjukan bahwa abangnya telah nyenyak tidur.
Dia berdiri menghadap depan memandang gelapnya malam—atau mungkin bisa dibilang sudah pagi. Berkali-kali Leo menghela nafas berat. Memikirkan apa yang abangnya ucapkan tadi.
“Mungkin gue emang harus ketemu dia.” gumamnya lalu memasuki kamarnya dan mencoba lagi untuk kembali tidur.
*
“Le? Lo kenapa, deh? Daritadi diem mulu. Ga asik! Apa lo sakit ya? Coba sini gue periksa.” ucap Dea, ia lalu menaruh tangannya di atas dahi Leo memeriksa apakah Leo sakit atau tidak.
“Ngga panas kok. Trus kenapa diem aja sih? Ada yang lo pikirin ya?”
Leo menggeleng, “Ngga, gue gapapa.”
“Bentar deh.” Dea mendekatkan wajahnya ke arah Leo, membuat Leo memundurkan badannya. “Gue baru nyadar. Kantong mata lo item kayak panda. Emangnya lo tidur jam berapa semalem?”
![](https://img.wattpad.com/cover/53939085-288-k817263.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Annoying Girl [Re-Publish]
Подростковая литератураNamanya Leonardo Arfi Pratama. Yang jelas gue suka banget sama dia tapi gue juga benci sama sifatnya. Ada sesuatu dalam diri dia yang ngebuat gue ngerasa dia tuh milik gue. Tapi gue gatau apa. -Deandra A Deandra Anastasya. Gue benci banget sama dia...