Selamat menikmati cerita 😃
Happy reading ^_^Mohon koreksinya ya, kalo ada typo
***
Hening.....
Iya memang, di sini, di kamarnya Silvy sendirian. Termenung....
Dipikir-pikir harinya akan semakin sulit dengan kehadiran Arka di sini. Kehadiran cowok itu membuat kepalanya pusing tujuh keliling. Kadang-kadang perhatian, kalo nggak kadang sikapnya seperti es, kadang juga terlalu emosian *eh malah kebanyakan kata-kata kadang*. "Mungkin cowok itu punya kepribadian ganda," gumam Silvy dalam hati.
***
Sinar matahari menembus celah kamar Silvy. Silvy mengerlipkan matanya karena silau. Silvy segera beranjak dari tidurnya, lalu ia menuju ke dapur karena haus. Langkahnya berhenti karena mendengar seseorang bercakap-cakap, dan suara itu tak asing di telinga Silvy.
Ternyata itu adalah Arka dan Juminten. Entah mereka sedang membicarakan apa, Silvy tak mau tau. Tetapi, Silvy bingung terhadap dirinya sendiri. Kenapa beberapa hari ini pikirannya selalu terpusat kepada Arka? Sepertinya sebentar lagi ia akan gila.
***
Silvy sudah siap berangkat sekolah, dan ia segera menuju ke garasi mobilnya.
"Lo berangkat bareng gue," ucap seorang sehingga Silvy menghentikan langkahnya dan ternyata itu Arka.
"Gue nggak mau bareng lo," ucap Silvy ketus.
Tiba-tiba......
Silvy merasakan tubuhnya melayang. Ia sontak kaget, dan ternyata Arka menggendongnya. Ini kali ketiga Arka menggendongnya. Arka masih tetap menggendongnya hingga mendudukkannya di bocengan motor. Silvy masih terpengangah dengan tingkah laku Arka. Arka segera menyetater motornya tanpa sepatah kata pun.
"Pegangan yang erat," ucap Arka.
"Nggak mau."
Brummm.....
Arka mengegas motornya hingga Silvy tejengkal ke pundak Arka.
"Lo sengaja ya? Cari kesempatan dalam kesempitan," ucap Silvy kesal.
"Makanya pengangan yang erat," ucap Arka dan Silvy hanya menuruti ucapan Arka. Motor Arka meninggalkan rumah Silvy.
***
Motor Arka pun sampai di parkiran sekolah dan merekapun langsung turun. Silvy berjalan ke kelas melewati koridor sekolah. Ia sudah sampai di depan pintu kelasnya.
"Good morning," sapa Silvy sambil mengulas senyum di bibirnya. Entah kenapa perasaan aneh yang ia rasakan. Semua siswa di kelas Silvy menatap Silvy dengan intens seakan ingin mengintrogasi. Tiba-tiba saja, Nessa beranjak dari tempat duduknya dan menghampiri Silvy yang berdiri mematung.
"Oh, jadi ini pembalasan lo selama kita jadi sahabat," ucap Nessa dengan nada dinginnya.
"Apa sih maksud lo?" tanya Silvy tak mengerti.
"Nggak usah pura-pura deh lo," ucap Nessa dengan mata berkaca-kaca.Lalu, Silvy merenggut tangannya dan memeluknya.
"Hei... hei.... kenapa lo nangis? Lo bisa kan cerita sama gue," ucap Silvy mencoba menenangkan. Tetapi, tiba-tiba saja Nessa melepas pelukan Silvy dengan kasar. Silvy hanya bingung dengan tingkah laku Nessa.
"Lo masih pura-pura juga," ucap Nessa dengan nada meninggi dan mata sembab.
"Lo kira gue nggak lihat apa yang barusan terjadi," ucap Nessa berapi-api sambil mengusap air matanya dengan kasar lalu pergi meninggalkan Silvy yang masih berdiri mematung.
KAMU SEDANG MEMBACA
90 Days With You
Teen FictionSeorang gadis bernama Silvya Marcellina Squard, memendam rasa kepada cowok paling populer di sekolahnya yang bernama Arka Putra Wijaya. Ia harus bersabar ketika mamanya menelepon bahwa akan pergi ke luar negeri selama 3 bulan dan akan ada seseorang...