(Character in Pic: Voca 'Mad Scarlet')
Note: I Don't Own The Copyrights for This Cool Fanart! Though My Story is Mine =w=
*****
"Perlahan tapi pasti mereka akan mati," ujar Latrevia padaku seraya tersenyum.
Aku tidak tahu apa yang dia pikirkan secara jelasnya. Akan tetapi aku menyadari suatu hal, dia sudah mengetahui hal ini, merencanakan sesuatu yang tidak ku ketahui dan menikmatinya.
"Maka dari itu, aku membatasi pemberian Anugerahku pada mereka," tegasku pada gadis bersurai hitam tersebut.
Tiba-tiba dia pun tertawa kecil seolah memandang bodoh diriku ini, yang jelas tawanya sedikit membuatku kesal.
"Apa yang lucu, Exodus Grimore?!" bentakku pada mahkluk yang bukan manusia itu.
Mendengar itu, secara spontan dia berhenti tertawa dan menutupi wajahnya terkecuali matanya yang tajam menatapku seolah mengancam. Dia pun berkata, "Apa kau lupa apa yang terjadi pada Yansen saat terakhir itu?"
Ucapannya mengejutkanku, membuatku mengingat apa yang selama ini kubuang jauh-jauh. Memaksaku untuk menyadarinya kembali, memori yang perih, insiden yang pedih dan perpisahan yang menyakitkan.
Sudah cukup, aku tidak mau mengingatnya kembali. Kenyataan bahwa aku membutuhkannya sudah ku musnahkan sedari dulu. Aku sudah menetapkan aturan untuk diriku sendiri, aku akan menggunakan kekuatanku sendiri demi mendapatkan apa yang kutuju.
Kesadaranku pun kembali, di hadapanku masih ada sosok Latrevia dengan tatapan mematikannya. Tak ada yang harus kutakuti, bukankah aku sudah menentukan pilihanku sendiri.
Aku pun membalas tatapan mautnya itu, dengan nada mengancam aku pun menjawab, "Seperti apa ya, Latrevia? Aku sudah melupakan hal itu."
Tak ada reaksi Latrevia setelah mendengar jawabanku, dia tetap tenang seolah telah mengetahuinya. Dia pun kembali melangkah kecil menari memutariku.
"My Master, Naru."
"Kau memang menakutkan, bukan kebetulan kau adalah wadah yang tepat untuk menampung Anugerah <Cross Eye> milikku."
"Akan tetapi..."
Dia berhenti di belakangku, memelukku dari belakang, tanpa nafsu membunuhku, hanya sekedar menjahiliku saja, lalu dia pun berkata dengan lirihnya, "Kau takkan bisa menguasaiku, My Master."
Dia melepaskan pelukannya setelah itu dan lanjut berkata, "Maka dari itu, mereka bisa menggunakan Anugerahmu secara paksa meski kau melarangnya. Seperti yang dilakukan Yansen dulu."
Dia pun tersenyum seraya aku menoleh ke belakang tuk melihatnya dan berkata, "Dan seperti yang dilakukan Voca baru saja."
"Sekali mereka menggunakan Anugerahmu, maka mereka takkan bisa berhenti untuk menggunakannya lagi. Anugerahmu akan terus menggerogoti tubuhnya, organnya dan jiwanya sampai habis tak tersisa." lanjut Latrevia.
"Jadi begitu, tidak separah yang kupikirkan," jawabku secara tak langsung menantangnya. Aku bisa melihat raut wajahnya yang terkejut mendengar ucapanku. Karena dia pasti sudah menyadari bahwa ucapanku barusan tidak hanya sekedar bualan belaka.
"Latrevia,"
Fokusnya teralihkan setelah mendengar panggilanku. Dia kembali menatapku, namun kali ini bukan tatapan yang tajam menusukku, melainkan tatapan kosong seolah menunggu perintahku.
"Suatu saat aku pasti akan menguasaimu seutuhnya, pemilik Exodus Grimoire, Latrevia 'Nexodia VII', Mantan Ratu Nexodia."
"Ah, aku akan menantikan saat-saat itu, My Master." ucap Latrevia seraya tersenyum sadis padaku.
Tak peduli berapa banyak cobaan yang menghadang, tak peduli besar pengorbanan yang harus kuberikan.
Agar bisa menemukanmu, akan kulalui segalanya.
Agar bisa membunuhmu, akan kukorbankan apa yang kupunya, Marie!
* End of Naru's POV *
*****
Sementara itu, pertarungan antara Tsuki dengan Rachel pun sudah mendekati akhirnya.
"Selamat tinggal, Tsuki," ucap Rachel sembari melayangkan pukulan kerasnya pada Tsuki.
Akan tetapi.
Bola mata Rachel melebar, dia merasakan ada sesuatu yang menancap di punggungnya. Namun hal itu bukan alasan bagi Rachel untuk menghentikan serangan yang sedang dia lancarkan pada Tsuki yang sudah tak berdaya.
Namun kejadian aneh tersebut tak berhenti sampai situ saja. Secara spontan suatu benda yang tertancap pada punggung Rachel pun semakin banyak, dan setelah itu percikan api muncul di punggungnya.
Sebelum pukulannya mengenai Tsuki, secara mendadak tubuh Rachel terbakar oleh api lalu meledak. Tsuki pun terhempas jauh akibat ledakan tersebut hingga tak sadarkan diri.
Kumpulan asap tebal menutupi daerah ledakan tersebut, namun tak selang berapa detik sebuah tekanan angin yang dibuat oleh Rachel menghapusnya.
"Tak kusangka kau masih bisa bertahan dari rentetan serangan yang ku berikan, Serangga Betina," ucap Rachel tersenyum kesal, sementara itu si Serangga Betina yang bernama Voca itu hanya terdiam menanggapinya.
"Kutarik semua penghinaanku padamu, kau juga merupakan petarung yang tidak bisa dianggap rem—"
Bibir Rachel menganga, matanya membelalak. Dia mematung seketika menyadari ada yang menjanggal pada lawannya.
Tubuh Voca terbakar oleh api merah menyala, dan api tersebut sangat besar, api besar tersebut membentuk sebuah sosok. Sosok itu adalah sosok yang sangat kuat dan melegenda.
"Dragon..." gumam Rachel dalam keadaan terkejut.
Satu hal lagi yang paling mengejutkan, yaitu Voca yang diselimuti api tersebut berdiri menghadapi Rachel, dalam keadaan tak sadarkan diri.
Voca bertarung dalam keadaan pingsan, sama sekali tak ada kesadaran yang bisa dirasakan oleh Rachel sebelumnya.
Rachel yang masih belum percaya dengan lawannya kali ini hanya bisa bertahan tanpa mengambil langkah tuk membalas serangan yang ia lakukan sebelumnya.
Dengan lirih Rachel pun berkata.
"Siapa sebenarnya kau ini?"
*****
Next, Part 11.
Mad Scarlet -SWITCH ON-
KAMU SEDANG MEMBACA
Zeireikai AO - The Absolute Order (ch01)
FantasyZeireikai AO - The Absolute Order Sinopsis: Nexodia, sebuah Negeri yang terisolasi. Dimana sang pemimpin Negeri tersebut, Liner mengizinkan pembunuhan sebagai suatu hal yang wajar dan tidak dianggap sebuah kriminal. Beberapa Organisasi pun terbentuk...