07 - Death Violence (Part 3)

118 8 0
                                    

(Cast-Character in Pic: Tsuki "Cross Eye" Mode)

(Source Pic: Tsunemori Akane from Anime Psycho-Pass, I DON'T OWN THE COPYRIGHTS FOR THIS PIC AND THIS GREAT ANIME =W=)


*****


Langkah Naru terhenti lantaran dia menyadarinya. Tsuki mengaktifkan Anugerahnya tersebut, sedangkan Anugerah yang Voca gunakan sebelumnya tiba-tiba menghilang.

Naru menggertakkan giginya secara keras, dia mengerti bahwa Voca gugur dalam pertempuran dan Tsuki pun mulai terdesak setelahnya. Seketika itu juga dia mulai berjalan secara cepat hingga berlari sekuat tenaga. Dia merasa bersalah karena telah mengajak para rekannya bertarung demi keegoisannya sendiri.

Sementara itu.

Shota, laki-laki muda dengan raut wajahnya yang manis sedang menghadapi ratusan lawan. Meskipun kalah dalam jumlah, kekuatan Shota masih jauh lebih unggul daripada ratusan lawannya tersebut.

Shota yang sangat menguasai teknik bertarung jarak dekat itu begitu mudah menghabisi satu persatu lawannya, dengan kelincahan dan kelihaiannya bergerak, dengan mudah dia dapat menghindari serangan para musuhnya tersebut. Hingga seseorang datang mendekat, dan ratusan lawannya tersebut secara serentak pun menghentikan pertarungan.

"Oi oi oi! Kenapa membunuh seorang bocah ingusan saja kalian tidak becus?!" teriak orang tersebut pada ratusan lawan yang dihadapi Shota.

"Tapi Tuan—"

Sebuah pukulan keras dilayangkan pada salah satu dari mereka yang menjawab ucapannya hingga membuat yang lain pun terdiam tanpa sepatah katapun. Sedangkan, Shota hanya memperhatikan kejadian tersebut dengan datar.

"Beraninya kau menjawab! Dasar sampah tak berguna!" bentak orang tersebut pada mereka.

"Hee, jadi kau lebih hebat dari mereka semua," ujar Shota memecahkan ketegangan yang dibuat orang tersebut.

Orang itu pun menoleh, memandang rendah Shota lalu berkata, "Pulanglah kau bocah! Tempatmu bukan di sini!"

Shota tertawa lepas mendengar apa yang orang itu katakan, dan kemudian dia pun menjawab, "Tenang saja Paman. Justru aku bersedia mengantarkanmu ke tempat asalmu."

Orang itu hanya memiringkan kepalanya tanda tak mengerti maksud ucapan Shota. Tak lama setelah itu Shota pun mengakhiri kalimatnya, "Neraka!" teriaknya seraya berlari menghadapi orang tersebut.


*****


Di sisi lain, Tsuki yang mulai menggunakan Anugerah pun sedang bertarung melawan orang yang telah mengalahkan Voca, Rachel.

Tsuki dengan jelas mengarahkan revolver kanan-nya pada Rachel lalu menembakkannya tanpa pikir panjang. Sedang Rachel dapat menghindari arah peluru tersebut dengan mudahnya.

Namun, kali ini Rachel yang tercengang. Tanpa dia sadari perutnya telah tertembak dan berdarah, Rachel kehilangan keseimbangannya dan akhirnya bertekuk lutut. Tak lama setelah itu sebuah ledakan besar terjadi tak jauh di belakangnya hingga membuatnya terkejut.

Matanya membelalak sesaat dia menoleh ke belakang, hasil ledakan tersebut membuat dinding markasnya hancur tak tersisa. Sungguh dia tidak tahu darimana asal ledakan tersebut, namun ada satu hal yang dia tahu pasti.

Posisi ledakan tersebut sama persis dengan arah tembakan yang dilancarkan oleh Tsuki sebelumnya. Dengan kata lain, besar kemungkinan bahwa ledakan tersebut berasal dari serangan revolver milik Tsuki yang terlihat unik tersebut.

Lalu bagaimana dengan luka pada perut yang dia dapat? Itulah yang sedang dipikirkan oleh Rachel saat ini. Dia pun terus memikirkannya, hingga akhirnya dia terpaksa menaruh dugaan pada senjata yang digunakan Tsuki saat ini.

Revolver milik Tsuki memang bukan senjata yang seperti biasa pada umumnya. Dua Revolver milik Tsuki terlihat sangat unik, terutama pada bagian larasnya yang berbeda satu sama lain. Pada tangan kanannya, laras revolver tersebut terlihat besar dan pendek dengan dilapisi emas. Sedangkan pada tangan kirinya, laras revolver terssebut terlihat sangat kecil dan panjang dengan perak sebagai lapisannya.

"Kupuji kau karena berhasil melukaiku," ucap Rachel seraya berdiri. Sedang Tsuki tetap tidak meresponnya.

Tsuki yang terlihat berbeda dari sebelumnya membuat Rachel cenderung lebih hati-hati dalam menyerang. Namun hal itu merupakan suatu keuntungan bagi Tsuki sendiri, karena Rachel belum menyadari kelemahannya yang pastinya akan terungkap juga cepat atau lembat.

"Untuk sementara, aku tidak perlu gegabah dalam menyerang. Lagipula sepertinya dia masih belum menyadari  kelemahanku," ucapnya dalam hati.

Tsuki mengarahkan revolver kanannya pada Rachel, seketika itu juga Rachel langsung bergerak maju menggunakan akselarasi kilatnya.

Menanggapi tindakan Rachel yang maju secara terang-terangan, Tsuki pun justru menggunakan akselarasinya tuk mundur menjauh dari Rachel. Inilah yang membuat Rachel tersentak, Tsuki mengarahkan revolver kanannya ke tanah tepat Rachel berada lalu menembakkannya.

Ternyata benar dugaan Rachel bahwa ledakan besar sebelumnya disebabkan oleh senjata Tsuki. 

Peluru tersebut meledak seketika menyentuh tanah, Rachel berhasil menghindari jangkauan ledakan tersebut dengan bergerak menuju sisi samping kiri, namun tiba-tiba kaki kirinya tertembak dan jatuh tersungkur. Rachel sangat panik lantara tidak mengerti serangan yang satu ini.

"Bagaimana bisa aku tertembak? Darimana asalnya peluru ini? Apa ledakan tadi yang membuatnya?" bentak Rachel dalam hati untuk dirinya sendiri yang panik menghadapi situasi ini.

Belum sempat Rachel berpikir lebih dalam, Tsuki secara kilat telah berada pada jangkauan serangan revolver-nya, lalu peluru revolver kanannya pun ditembakkan. Rachel yang mengerti bahwa peluru itu mempunyai hulu ledak yang kuat pun terdesak lantaran kaki kirinya lumpuh statis dan tak bisa bergerak.

Rachel pun tiba-tiba menjerit sambil menghentakkan tanahnya. Tanah tersebut retak dan meledak menghempaskan puing-puing bebatuan kecil, peluru tersebut pun mengenai salah satu dari puing bebatuan tersebut dan meledak.

Ledakan pun terjadi tuk ketiga kalinya, dan kali ini serangan tersebut berhasil mengenai Rachel. Tsuki pun siaga menunggu debu tebal akibat ledakan itu menghilang.

Tak lama kemudian, debu tebal pun mulai menghilang dan terlihat siluet Rachel yang berdiri tegap. Namun ada keanehan yang membuat Tsuki sendiri pun menjadi waspada.

Kedua tangan dari siluet gelap tersebut justru terang, berwarna merah menyala-nyala bagai kobaran api.

Netra Tsuki membesar seraya melihatnya langsung saat debu tebal sepenuhnya menghilang. Rachel dengan tegapnya berdiri, kedua tangan cyborg-nya berapi dan luka pada perut dan kaki kirinya pun dibakar.

"Bodohnya aku justru malah mewaspadaimu," ujar Rachel dengan tenangnya.

Dia pun melangkah pelan dan saat itu juga api pada kedua tangannya menghilang, namun masih menyala bagai sebuah baja yang dipanaskan.

"Aku adalah petarung jarak dekat, sungguh bodohnya diriku yang justru menjaga jarak denganmu," ucap Rachel.

Tsuki menggertakkan giginya dan bersiaga menghadapi Rachel yang kali ini sudah sangat serius.

"Kalau begitu, aku akan mulai mendekatimu, sedekat dengan nafasmu," ujar Rachel lalu bergerak kilat mendekati Tsuki.

Rachel mungkin belum menyadari kelemahan Tsuki, namun dengan pola serangannya kali ini dia akan segera menyadari kelemahannya.

Bahwa Tsuki itu lemah dalam bertarung jarak dekat.


*****


Next, Fallen Mother

TBC~

Zeireikai AO - The Absolute Order (ch01)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang