02 - Great vs Giant

238 14 0
                                    

Puluhan, bahkan hampir ratusan lawan mengelilingi Emiya hingga tidak ada celah bagi dirinya tuk meloloskan diri. Namun memang tidak ada niat bagi dirinya untuk menghindari dari kerumunan musuh yang mengelilinya tersebut. Justru dia sendiri senang, hingga dia tersenyum lebar dihadapan mereka. Para musuhnya tersebut bingung atas sikap Emiya itu, mungkin dia sudah rusak karena sebentar lagi dia akan mati, setidaknya itulah yang mereka pikirkan.


"Bagaimana situasinya, Emiya?!" Teriak Scythe padanya. Namun dia tidak menoleh sedikitpun, karena yang ada dihadapannya saat ini adalah yang paling utama. Bukan karena dia takut, atau bukan juga karena lawan yang dihadapinya ini tidak bisa dianggap remeh. Lawannya sangat lemah, itu sudah dipastikan oleh Emiya, maka dari itu dia fokus pada lawannya. Kenapa? Karena dia sudah tidak sabar tuk melahap semua lawannya tersebut, dia terus tersenyum dan terlihat seperti menahan tawanya.

Dia menahan tawanya, karena ratusan lawan yang dihadapinya terlihat seperti serangga. Sekali serangan saja sudah tewas, terlebih lagi bagaimana reaksi mereka saat dia menghancurkan salah satu temannya itu yang membuatnya merasa senang. Beberapa saat setelah itu dia pun sedikit lebih tenang, kemudian mengacungkan pedang yang besarnya dua kali lipat dari tubuhnya tersebut ke arah mereka seraya berkata, "Bayangkanlah, kalian dombanya dan aku serigalanya. Berlarilah kalian sejauh mungkin, agar aku bisa memperhatikan ketakutan kalian."

Mereka yang merasa terpancing atas ucapan Emiya pun maju menyerangnya secara bersamaan. Emiya pun mengayunkan pedangnya secara horizontal memutar ke sekililingnya. Tubuh mereka yang menyerang Emiya pun tidak bisa dibilang tertebas lagi, lebih tepat dibilang hancur akibat serangan kuat dari Emiya tersebut. Kejadian itu membuat yang lainnya menjadi gentar dan secara perlahan menjaga jarak darinya. Emiya pun berdiri tegak dihadapan mereka lalu menancapkan pedangnya ke tanah seraya berteriak, "Cukup hadapi saja lawan yang ada didepanmu itu. Berhentilah tuk terus merengek didekatku karena aku benci itu." ucapannya itu ditujukan pada Scythe yang sebelumnya berteriak padanya.

"Kalau begitu, mari kita lanjutkan. Domba bertindaklah seperti domba, larilah sejauh mungkin karena kalian takkan bisa memangsa serigala."

Mendengar ucapan Emiya, sedikit demi sedikit semua lawannya pun menjauh dan akhirnya berusaha tuk melarikan diri. Sedangkan Emiya tersenyum melihat pemandangan tersebut dan menghancurkan mangsanya satu persatu dalam sekali tebasan. Hingga dia telat menyadari bahwa seseorang mendekatinya dengan cepat dan mengayunkan pedang ke arahnya.  Secara reflek dia mencoba untuk menghindari serangan tersebut, namun itu sudah terlambat.

Sebuah darah keluar dari lengan kirinya. Ekspresi Emiya berubah seketika, yang awalnya tersenyum saat menghabisi lawannya, sekarang menjadi sedikit emosional menatap seorang pria berambut putih panjang hingga sampai ke pinggang yang berhasil melukainya saat ini.

"Kau lebih terlihat seperti seekor gorilla daripada dibandingkan dengan serigala. Asal kau tahu, serigala itu membunuh mangsanya secara diam-diam tetapi kau membunuh mangsamu secara keras dan suaranya pun sungguh bising ditelingaku."

Emiya hanya terdiam menanggapinya, namun tatapannya pada pria tersebut sangatlah tajam. Bagaikan seorang predator yang diganggu saat sedang membunuh mangsanya.

"Aku punya kenalan yang mirip denganmu, meskipun aku lebih memilihmu yang terlihat lebih anggun dan cantik ketimbang dirinya. Dan dia saat ini sedang menghadapi temanmu yang berambut putih itu." Ucap pria tersebut sambil menunjuk ke arah belakang Emiya. Emiya pun menoleh kebelakang, dia melihat Scythe yang terpental akibat serangan lawannya tersebut dan seketika itu juga.

"Apa yang kau lihat, Gorilla? Kau sedang dimangsa lho."

Tanpa Emiya sadari pria tersebut sudah berada didekatnya, dia pun melangkah mundur menjaga jarak untuk menjauh dari jangkauan serangannya tersebut. Akan tetapi ayunan pedang pria tersebut ternyata lebih cepat dari yang Emiya pikirkan. Emiya pun terpaksa tuk menangkisnya, dan hal ini membuat celah pertahanannya pun terbuka. Pria itu pun kembali menyerang kesisi yang berlawanan dan hal ini memang sudah dapat ditebak oleh Emiya, namun kecepatan serangan Pria itu membuat Emiya sedikit tertekan karena dia tak mampu mengimbangi kecepatannya.

Emiya dapat menangkis serangan kedua dari Pria tersebut, akan tetapi tanpa diduga Pria itu berputar dan mengayunkan kakinya ke sisi  yang berlawanan lagi dan akhirnya Emiya pun tertendang. Dia sedikit terpental dan hampir terjatuh. Sedangkan Pria itu berhenti menyerang Emiya, hanya memandang Emiya yang bertekuk lutut dihadapannya. Hal ini membuat Emiya merasa dipermalukan.

"Kenapa Wanita Gorilla? Apa hanya segini kemampuanmu? Mana kekuatan yang kau banggakan itu?"

"Dia lawan yang cukup kuat, kecepatannya itu yang sangat merepotkan. Jika terus seperti ini, aku akan membuang waktuku saja. Dan kelihatannya Scythe juga sedang tertekan, mungkin lawan yang dihadapinya juga tidak sesuai. Kalau begitu..."

Emiya pun berdiri dan mancabut pedangnya, kemudian dia mengangkat pedangnya tinggi-tinggi dan mengayunkannya ke tanah dengan sekuat tenaga. Tanahnya pun hancur dan membuat debu yang tebal hingga Pria tersebut tidak bisa melihat apa-apa. Disisi lain, Emiya tidak mengambil kesempatan tersebut tuk menyerangnya. Melainkan dia berlari menjauhinya dan mengarah pada Scythe yang keadaannya sudah sangat tertekan.

Emiya mengayunkan pedangnya ke arah Pria Raksasa, lawan Scythe yang akan menyerangnya tersebut. Menyadari hal itu secara spontan dia menahan serangan Emiya dengan tangannya, namun tekanan yang Emiya berikan sangat kuat hingga dia pun tergeser menjauh dari Emiya dan Scythe.

"Lama sekali kau, Emiya. Aku sudah lelah menunggumu dari tadi."

"Jangan banyak mengeluh, Scythe. Aku sadar bahwa dia bukan lawan tandingmu. Makanya aku datang kesini."

"Apa maksudmu, Emiya?"

"Aku akan menghadapi Pria Besar tersebut. Kau Scythe, tolong hadapi lawan yang jauh berada dibelakangku saat ini."

Emiya tidak memberitahu Scythe bahwa dia sendiri sudah kewalahan melawan pria berambut putih tersebut. Karena kecepatannya bukanlah tandingan Emiya saat ini, akan tetapi Emiya tahu bahwa Scythe dapat mengimbanginya. Karena Scythe tidak kalah cepat dari Pria tersebut. Yang Emiya takutkan saat ini adalah kondisi Scythe yang sudah terluka membuatnya sedikit khawatir.

"Oi oi oi~ Wanita Gorilla, kenapa kau berlari menjauhiku? Apa aku tidak pantas tuk menjadi lawanmu?" Ucap pria berambut putih tersebut, dan Emiya pun mendengarnya. Dia merasa kesal, amarahnya meluap hingga membuat tangannya gemetar. Namun Emiya bukan kesal karena dia dipanggil Wanita Gorilla oleh pria tersebut. Dia kesal karena tidak bisa membalas serangan pria itu, dan menyerahkan segalanya pada Scythe. Emiya pun memikirkan cara untuk meningkatkan semangat Scythe melawan Pria itu. Akhirnya, Emiya pun mendapatkan idenya.

"Hei Scythe."

"Apa Emiya?"

"Kalau kau bisa membunuhnya. Aku akan memberimu sebuah ciuman fantastis yang belum pernah kau rasakan."

Mendengar hal itu, Scythe pun tiba-tiba bersemangat. Emiya pun sedikit lega dan bisa fokus menghadapi lawan barunya.

"Yoh~ Aku lega ternyata kau lebih besar dariku."

"Huh, bocah~, sepertinya mainanmu itu terlihat berat."

"Sudahlah Gorilla, jangan panggil aku dengan sebutan menjijikkan itu."

"Kau sendiri juga hentikan sebutan itu. Membuatku kesal dan serasa ingin segera menghabisimu."

"Gorilla..."

"Bocah..."

"Gorilla...................."

"Bocah...................."

Mereka berdua pun maju. Emiya mengayunkan pedang secara vertikal ke arahnya, sedangkan Pria Gorilla tersebut memukul pedang Emiya hingga membuat tekanan yang luar biasa kuatnya. Tanah disekitarnya pun retak diiringi dengan angin kuat yang terhempas dari tekanan yang mereka buat.

Pertarungan mereka pun dimulai.


***


NEXT, Part 3: Gun & Sword

to be continued~


Zeireikai AO - The Absolute Order (ch01)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang