04

319 7 2
                                    

Mungkin kalian rada aneh liat plotnya yang melenceng kayak tikungan. Mohon dimaklumi.

Happy reading

°°°

Apa benar lo masih hidup?
Alvi, seharusnya lo nggak usah sembunyi kayak gini.
Asal lo tau, sumpah gue kangen sama lelucon lo, meskipun juga lo nggak lucu tapi di mata gue lo itu lucu dan berharga.
Semua udah beda dua tahun yang lalu, lo pergi ke Miami tanpa sepengetahuan gue.
Bahkan, setelah beberapa hari lo pergi, Arlin ngabarin gue bahwa lo udah nggak ada.
Tak disangka-sangka, tadi gue diberi tahu Billy lo masih hidup.
Please Al, lo jangan buat gue tambah bingung.

Menatap indahnya kota metropolitan di rooftop sekolahnya. Gadis itu menarik udara dengan perlahan dan mengehembuskannya.Fikiran gadis itu tetap menuju ke sosok yang bernama Alvi, sahabat kecilnya.

Coba deh lo tunjukkin bahwa lo itu masih hidup. Meskipun lo dalam wujud mayat pun nggak papa, gue nggak takut.Disini gue kesepian Al.
Billy dan Daisy sekolah di SMA lain, nggak bareng gue.

Salsa mulai ngaco.

"Ngapain lo disini?"

Salsa terperanjat kaget mendengar suara familiar itu.

"Lo kok ke sini?" Salsa balik bertanya.

"Hmm."

"Ha-hem-ha-hem. Kebiasaan kalo ada yang nanya," Salsa mendengus sebal.

Setelahnya dua remaja itu saling diam. Masing-masing menatap lurus ke depan, memandang kota metropolitan. Keduanya sedang mencari ketenangan. Salsa tetap memikirkan kabar burung itu. Hingga tak sadar, angin malam menerpa rambut hitam gadis itu, pipinya yang lembut juga diterpa sang angin. Daun-daun melambaikan tangannya seakan menunjukkan kalau daun daun itu menyuruhya untuk pergi karena malam mulai menyerang langit. Tercetak jelas gambaran sang bulan di cakrawala. Setelah dua detik, gadis itu beranjak dari duduknya dan melenggang pergi meninggalkan roof top itu. Dia harus pulang pasti keluarganya khawatir terutama abangnya itu, abang paling perhatian sama adik-adiknya.

"Sal," suara bariton di belakang Salsa yang berjarak sekitar satu meter darinya.

Gadis itu bergeming, langkahnya tertahan memberikan kesempatan cowok itu untuk bersuara, dia sama sekali tak berniat untuk berbalik badan. Namun, dia berubah fikiran setelah mendapat suatu perkataan yang muncul mulus dari bibir cowok itu.

"Gue anter pulang." Entah itu suatu ajakan atau santapan kalimat berita, gadis itu membalas, "Nggak. Nanti ngerepotin lo. Sorry, gue bukan cewek yang suka merepotkan orang lain atau bakalan mau menerima ajakan orang yang suka SKSD* sama gue," Salsa sengaja menekan ucapannya untuk menyindir Deva yang sok akrab dengan dia.

Tiba-tiba ponsel berdering, menandakan ada telepon masuk. Dilihat ternyata telfon dari Leon, lalu diangkatnya.

"......Naik angkot aja atau taksi bang.....nggak mau, gue pokoknya nggak mau.....aduh bang, gitu aja percaya sama tu anak......yah b-"

Belum selesai meneruskan ucapannya, Leon sudah memutuskan sambungannya. Sukses membuat gadis itu mengerucutkan bibirnya, dia melirik sekilas Deva yang ada di depannya. Ternyata Deva tertawa geli melihat Salsa cemberut, seketika Salsa menyentaknya, "Apa lo ketawa gitu? Udah pergi sono."

Deva pun berjalan menjauhi roof top menuju tangga. Melihat Deva benar benar pergi, Salsa tidak bisa tinggal diam. Dia harus memenuhi perintah abangnya. Kalau tidak, pasti bakalan kena marah. Selebihnya, Salsa paling anti kalau lihat orang marah.

"Kak."

Deva pun menahan langkahnya, lantas berbalik badan seraya menaikkan alisnya.

"Gue bareng. Gue disuruh abang gue untuk pulang dianter lo sampai rumah dengan selamat, sentosa, dan sejahtera," Salsa langsung tancap gas agar Deva nggak kegeeran.

Deva bergeming sejenak, lantas memberi penjelasan, "Gue nggak suka kalo dipanggil dengan sebutan 'kak'. Kenapa? Karena itu sebutan bisa membuat harga diri seseorang menjadi lebih tinggi. Gue suka kalo cukup dipanggil dengan nama panggilan gue itu. Sebenarnya sih risih, apalagi dipanggil sebutan itu oleh junior. So, mulai sekarang lo manggil gue dengan sebutan 'Deva' aja."

Salsa ternganga, mulutnya sedikit terbuka menunjukkan bahwa ada perasaan terkejut dan seolah tak percaya. Ini senior bicara panjang lebar bukan pertama kalinya, bahkan kedua kalinya. Ni anak otaknya lagi geser kali, ya. Kok mau sih dia bicara sama gue kayak gitu, padahal belum akrab.

Saat ini mereka berada di dalam mobil putih. Mobil itu melaju dengan kecepatan sedang. Salsa melirik Deva yang tengah fokus menyetir. Pandangan cowok itu tertuju lurus ke jalanan sepi. Di sana Salsa menemukan titik kepribadian yang sungguh misterius. Sampai akhirnya dua detik berlalu, Deva juga ikutan melirik dengan bertanya-tanya, gadis itu pun tertangkap basah melirik Deva.

Dukk!

Suara benturan kecil mengenai dashboard mobil milik Deva. Jidat Salsa tepat mengenai dashboard itu, memerahlah jidat itu. Bersamaan dengan itu Salsa refleks hampir berteriak, namun dia langsung mengurung teriakannya itu ketika melihat Deva beranjak bangkit dari sofa mobil dan keluar.

Dilihatnya cowok itu tengah kesal membuat Salsa juga ikut beranjak keluar mobil dan menutup pintu mobil pelan. Gadis itu menghampiri cowok itu yang berkacak pinggang di depan ban mobil kanan bagian depan.

"Kenapa?" tanya Salsa.

Pandangan cowok itu kini mengalih ke seluruh penjuru jalan sedang mencari sesuatu.

Gadis itu mengulang pertanyaannya dengan nada yang lebih mengeras, "Kenapa?" Namun, tetap tak dihiraukan oleh Deva. Oleh sebab itu, Salsa terpaksa menoyor bahu Deva. Seketika Deva melotot tajam, lantas menjawab, "Ban mobil gue kena paku. Lebih baik lo bantu gue nyari bengkel."

"Nggak usah pake nada keras gitu bisa nggak?" Salsa melipat kedua tangannya di depan dada.

Deva telah terhanyut oleh fikirannya sendiri sampai dia lupa kalau dia sulit untuk bisa marah sama Salsa. Tapi kali ini, dia malah meninggikan suaranya seolah menunjukkan bahwa dia marah, membuat gadis itu membalas tatapan tajam darinya.

"Maaf," Deva menatap nanar lurus ke objek di depannya. Seolah tak ingin membuat gadis di depannya kesal. Deva memang gampang marah jadi wajar kalau banyak yang terkena korban kemarahannya meskipun korban itu tidak melakukan kesalahan secuil pun.

***

*SKSD kepanjangan dari Sok Kenal Sok Dekat.

°°°
Vomment jangan lupa, buat nambahin semangat saya :v
Saya akan sangat terbantu sekali. Maaf kalo partnya yang ini dikit. Sekali lagi mohon kemaklumannya.

Selasa, 10 Mei 2016

KlandestinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang