15

131 3 0
                                    

anyway, sebenernya ceritanya belum selesai lho. Masih ada lanjutannya.

happy reading guys..

___________________________________________________

BRRUKK!!!

Bersamaan dengan itu, suara rintihan terdengar jelas di telinga Salsa. Insiden itu terjadi di gerbang sekolah dan tepatnya sepulang sekolah. Untung sekolah kian mulai sepi. Tak banyak siswa yang tahu akan insiden itu. Palingan cuma lima atau enam siswa yang belum menginjak kakinya pulang ke rumah.

"Lo bisa nggak jaga tu kaki?"

"Buat apa? Ini kaki-kaki gue kenapa lo yang marah?"

"Jelas gue marah karena lo yang ngejegal kaki gue."

Rival mengabaikan teriakan Vani dan berbalik badan untuk segera pulang tanpa dengan perasaan bersalah. Salsa melihat Vani dengan luka di lututnya langsung membawanya pulang ke rumah. Sesampainya di rumah Vani, Salsa tidak langsung pulang karena Vani sendirian di rumahnya. Lagipula dia juga tidak tega meninggalkan salah satu sahabatnya itu. Dia mencoba menenangkan Vani yang sedari tadi terus marah-marah karena perbuatan Rival yang sungguh menjengkelkan.

"Sal."

"Hmm."

"Lo pulang deh gue udah agak baikan kok." Salsa mengangguk kecil dan setelah itu dia bergegas keluar dari rumah Vani. Sampai di gerbang rumah Vani, dia menunggu sekitar lima menit untuk menghentikan sebuah taksi yang bisa mengantar dia pulang. Selama di dalam taksi Salsa sibuk dengan fikirannya. Salsa merupakan anak baru di SMA Cakrawala dan masih sekitar seminggu dia besekolah di sana. Panggilan supir taksi mengagetkan Salsa yang sempat-sempatnya melamun. Supir itu menanyakan di mana letak rumah Salsa dan dia pun menujukkan arah rumahnya yang hampir dekat. Setelah sampai di depan gerbang rumahnya, dia bergegas masuk ke rumah.

Kreeek.

Suara geseran pintu itu terdengar jelas di telinga Salsa. Setelah membuka pintu rumahnya dia langsung menutupnya dengan suara yang tak asing lagi. Sementara kelopak matanya melirik Daisy yang tengah asik menonton televisi. Tetapi, Salsa hanya sekilas melirik Daisy. Tanpa berfikir panjang dia langsung naik tangga dan bergegas ke kamarnya. Tapi belum selangkah dia menaiki tangga, tiba-tiba panggilan Daisy mengagetkan dan membuatnya berbalik badan menatap Daisy.

"Sal, lo darimana?"

"Rumah temen."

"Namanya?"

"Vani."

"Eh, kirain habis dari rumah temen cowok lo yang itu." Salsa membalasnya dengan pelototan tajam dari matanya.

"Bercanda, Sal. Gitu aja marah habis lo jomblo sih hehe." Daisy tertawa geli melihat ekspresi Salsa. Salsa yang begitu capek akhirnya dia mengabaikan sidiran dari saudara kembarnya itu. Daisy juga satu sekolah dengan Salsa. Dulu, memang mereka tidak satu sekolah. Karena kemauan mama mereka sendiri jadi dia satu sekolah sama Daisy. Salsa langsung merebahkan tubuh mungilnya di atas kasur empuk. Dia menatap langit-langit kamar setengah sadar dengan raut wajahnya menggambarkan kesedihan. Tiba-tiba ponselnya bergetar dan dilihat ternyata pesan dari Fime.

From : Fime

Sal, kita ke taman Erly, yuk! Ada yang mau gue omongin.

Ekspresi Salsa berubah ceria. Dia langsung bergegas menuju taman Erly. Taman itu berada di belakang sekolahnya. Di sana terdapat Fime yang telah menunggunya tapi kali ini berbeda dari biasanya. Raut wajah gadis itu menujukkan pancaran ceria.

" Ada apa?" tanya Salsa.

"Sal, gue tahu kita udah sahabatan sejak kecil."

"Terus?"

"Kita sama-sama menyukai hujan. Setiap kali hujan turun kita melewati dan menerobosnya bersama-sama. Kita juga sama-sama menyukai kesendirian karena ketika kita sendiri kita bisa melampiaskan semua roda kehidupan kita. Akankah kita terus seperti itu, Sal?"

"Pasti dong."

"Tapi kita bisa berhubungan lewat jaringan lain." Salsa mencoba mencerna sepotong kalimat yang baru diucapkan oleh Fime yang merupakan salah satu sahabatnya dari kecil. Dia baru mau bertanya tapi dipotong oleh ucapannya Fime.

"Itu nanti. Gue harap lo bisa terus bersama dengan gue."

"Udah ya. Gue pergi dulu." lanjutnya. Fime meninggalkan Salsa yang masih sibuk mencerna kalimat-kalimat yang baru saja dilontarkan oleh Fime. Dia berjalan setengah sadar dan entah kemana dia melangkah.

'Tess.' butiran air hujan mulai turun. Tetesan itu menyadarkannya dan bergegas untuk pulang karena senja sudah tiba. Kali ini dia membiarkan tubuhnya diguyur air hujan karena dia sangat merindukan waktu-waktu seperti ini. Sesampainya di rumah, Salsa beranjak untuk mandi dan mengerjakan tugas rumahnya. Setelah mengerjakan, dia mengambil ponsel dari tas ranselnya dan terus memandangi layar ponsel hingga beberapa menit dan itulah kebiasaan Salsa kalau lagi bingung. Tiba-tiba ponselnya bergetar.

From : Vani

Sal, besok gue masuk sekolah kok. Lo nggak usah khawatir

To : Vani

Mana mungkin gue khawatir sama lo yang ada Rival kali yang khawatir keadaan lo.

_________________________________

Selasa, 14 Juni 2016

KlandestinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang