8

353 29 2
                                    

Sementara di pesawat.

"Val kangen banget deh sama Bintang"

"Ya kan habis ini ketemu"

"Hubungan Bintang sama Reno gimana ya?"

"Bentar lagi nyusul kita"

Sang gadispun tersenyum dan menyenderkan kepalanya di bahu lelakinya.

***

"Duh gak sabar deh ketemu sama Vini" ujar Bintang

Reno bergumam dan fokus menyetir.

"Ntar kalo ketemu Vini aku bakal keluar jalan-jalan sama dia, ngehabisin waktu berdua. Quality time gitu. Kita nge mall, ngafe trus curhat-curhatan gitu trus nonton film. Dan endingnya di tutup ke salon, spa rileks badan, pijet pijet gitu deh"

Reno menoleh sebentar dan fokus menyetir lagi. "Gak usah ngaco, besok udah ujian"

"Ya gak ada salahnya kan? Itung-itung refreshing sebelum ujian"

"Aku gak bakal ngizinin"

"Aku gak perlu minta izin kamu"

Reno diam dan tidak menghiraukan Bintang. Reno tau Bintang hanya bercanda dan dia gak akan mungkin melakukan itu. Secara besok mereka sudah ujian. Reno hanya mengerjai Bintang.

Keheningan menyelimuti mereka berdua setelah insiden perdebatan kecil tadi. Sampai di bandara pun mereka berdua masih diem-diem an.

***

Bintang's pov

Duh ini Reno kenapa sih diem mulu, yang tadi kan aku cuman bercanda lagian itu cuman cara biar di mobil nggak diem-diem an boring lah kalo sepanjang perjalanan cuman diem dan dengerin suara di radio. Ketika aku hendak mengajak bicara dan meminta maaf ke Reno handphoneku bunyi, tertera nama Vini di layar. Segera ku angkat.

"Waalaikumussalam, di depan pintu masuk Vin"

"....."

"Iya, yaudah aku tunggu ya. Assalamualaikum"

"Bang Valdo masih di toilet" aku memberi tahu Reno dan dia hanya bergumam. Perasaan bersalahku semakin besar.

Setelah 5 menit menunggu akhirnya yang ditunggu datang juga. Vini melambaikan tangan padaku

"Ahh Bintang aku kangen banget" ujarnya antusias

"Aku juga Vin"

Kami berpelukan lama, sampai suara bang Valdo menginstrupsi kami.

"Ehemm" dia berdehem

Aku dan Vini melepaskan pelukan sambil cengengesan. Bang Valdo merentangkan tangan dan aku pun memeluknya.

"Ah tuan putri kecil ku udah gede ya"

Aku melepaskan pelukannya dan memukul lengannya, dia hanya terkekeh

"Iyalah orang di urusin"

"Udah ayo, mama nungguin di rumah" ujar Reno dingin

"Udah lama gak ketemu Reno masih aja dingin, gak berubah" bisik Vini

Aku menanggapinya hanya dengan senyuman.

Di mobil kami bercerita. Reno dan Bang Valdo sibuk membicarakan bisnis. Maklum mereka kan penerus perusahaan om Pandu. Aku dan Vini bercerita masalah wanita, biasa girls talk.

"Jadi gimana London?"

"Hm gimana ya Tan, London itu... satu kota yang dimana banyak tempat sejarah. Secara bangunan nya itu bangunan kuno"

"Kalo itu mah aku juga tau Vin"

"Hehe, by the way sekolah kamu gimana?"

"Besok ujian Vin, doain ya"

"Semoga adik iparku bisa lulus ujian ya Allah"

"Aamiin"

"Ehm gimana kalo kita mampir ke kedai coklat dulu" usul Vini

"Hm terserah sih" timpal bang Valdo

"Jangan ngaco, kalian habis perjalanan jauh. Butuh istirahat" ujar Reno

"Duh Ren, apa salahnya sih mampir ke kedai bentar. Ya kan Tan?" Vini menoleh padaku meminta persetujuan

"Hmm aku oke oke ajasi"

"Mama nungguin" balas Reno

"Ntar aku telpon, mama bakal ngerti kok. Udah gpp kali Ren, biar rileks" bang Valdo menengahi.

Setelah bang Valdo yang angkat bicara barulah Reno mau untuk mampir ke kedai coklat.

Kedai coklat ini merupakan langganan kami ber4. Dulu waktu Vini sama bang Valdo masih di Indonesia kita sering banget kesini. Aku dan Vini suka banget coklat, malah dulu waktu masih sd aku pengen banget punya kedai coklat kayak gini. Biar kalo aku pengen makan coklat itu gratis

Setelah pesan dan berbincang-bincang.

"Jadi kapan kalian nikah?" ujar bang Valdo tiba-tiba

Aku tersedak mendengar pertanyaan bang Valdo. Reno hanya menatap bang Valdo datar. Kok bisa sih dia tenang-tenang aja sedangkan aku kaget banget. Vini malah tersenyum manis ke arahku dan Reno bergantian.

"Nikah? Kita aja belum lulus SMA bang" kataku

"Yaudah kalo gitu setelah lulus SMA aja" ujar Vini. Langsung saja aku injak kaki nya, dia meringis menahan sakit

"Apaan sih kok jadi bahas nikah gini, kayak kalian mau nikah aja" ujarku mengalihkan topik

"Emang" balas Vini bersemangat

Aku pun melongo, dan Reno mengernyitkan dahinya. Vini mengangkat tangan kirinya dan di jari manisnya melingkar sebuah cincin yang manis. Vini menggerakkan jari-jari nya yang lentik dan memamerkan deretan giginya.

Aku membekap mulut dan terharu. Segera ku peluk Vini

"Ah Vini! Selamat ya, bentar lagi aku bakal jadi adik ipar nih"

Bang Valdo tersenyum bahagia, bisa kulihat kedua nya memang sangat bahagia. Reno menatapku dengan tatapan yang sulit ku artikan. Aku hanya tersenyum membalasnya

***

Reno's pov

Tak terasa jam sudah menunjukkan pukul 3 sore, aku mengajak mereka untuk pulang.

Setelah sampai rumah aku berpamitan untuk mengantar Bintang pulang. Sepanjang perjalanan Bintang hanya diam dan sesekali ikut bersenandung mengikuti lagu yang terdengar dari radio. Sesampainya di rumah nya pun Bintang masih diam. Dia melepas seatbelt

"Makasih ya udah nganterin pulang, kamu hati-hati"

Aku hanya mengangguk dan tersenyum. Dia membuka pintu namun aku menahannya.

"Nikah yuk"

Mulutnya terbuka menandakan dia terkejut dengan ucapanku. Dia terpaku beberapa saat

"Ren, kita lulus aja belum. Masa iya mau nikah" ujarnya

"Ya kita nikahnya habis lulus. Aku bakal ngelamar kamu"

Dia terkekeh "Reno sayang, nikah itu bukan main-main. Itu komitmen dan hanya satu kali"

"Aku janji gak bakal poligami kok Bi"

"Awas aja kalo kamu berani" ujarnya sambil menyubit pinggang ku. Aku tertawa lalu menahan tangannya. Mata kami bertemu

"Udah ah kamu pulang sana" dia memutuskan tatapan mata kami. Dia mencium pipiku sekilas dan keluar dari pintu lalu melambaikan tangan sebelum masuk ke rumah.

Aku memandangnya sampai dia hilang di balik pintu. Ku lajukan mobil.



---------------^_^--------------

tbc

Cinta RenoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang