22

328 15 4
                                    

"Halo?"

"Vin ada dimana?"

"Rumah Tan, kenapa?"

"Aku kesana ya, ada yang mau aku ceritain"

"Oh yaudah"

"Oke"

Bintang memutuskan panggilan dan meminta taksi yang di tumpanginya menuju ke rumah Vini. Ia ingin bercerita pada sahabatnya itu.

Sekitar 30 menit ia sampai di rumah Vini. Diketuknya pintu rumah sahabatnya itu.

"Bintang" ujar Vini, Bintang langsung memeluknya dan seketika tangisannya pecah kembali

"Kenapa?" Vini panik dengan keadaan sahabatnya ini.

"Udah masuk dulu yuk"

Bintang melepaskan pelukannya dan mengikuti Vini masuk kedalam rumah.

"Oke tenangin diri dulu baru cerita semuanya"

"Reno udah tau"

"Trus?"

"Kita putus"

"Hah?!" Vini kaget dengan ucapan Bintang.

"Tan seriusan kalian putus?" Bintang menganggukan kepala.

"Trus Reno mau?"

"Nggak"

"Berarti kalian belum putus dong"

"Vin hidup aku udah gak lama lagi, jadi percuma aja hubungan aku sama Reno. Mending dia gunain waktunya buat ngelupain dan cari pengganti aku. Mau gak mau Reno harus mau putus dari aku"

"Tan, gak bisa gitu dong. Kenapa nggak dicoba aja kalian lanjut. Harapan hidup biar ada. Buktinya selama 3 tahun ini kamu baik-baik aja kan selama pacaran sama Reno"

"Mungkin kemarin Tuhan masih berbaik hati ngasih aku hidup lebih panjang. Tuhan ngebiarin aku dapet kasih sayang dari seseorang sebaik Reno. Dan sekarang waktu perpanjangan kebahagiaanku udah habis Vin. Jadi sekarang, biarin Reno yang bahagia lebih lama"

"Tan..."

"Udah ah aku haus mau ngambil minum" Bintang beranjak dari kursi dan menuju dapur, namun ia berbalik.

"Bang Valdo mana?"

"Masih di kantor, lembur katanya"

Bintang ber-oh ria dan melanjutkan langkahnya menuju dapur. Vini masih berperang dengan pikirannya. Ia tak habis pikir dengan jalan pikiran Bintang, bisa-bisanya dia memutuskan Reno sepihak. Kenapa nggak dibicarain baik-baik. Bintang nggak mikir apa gimana perasaan Reno setelah tau penyakitnya ditambah permintaan putus darinya. Shock berat nih Reno, kasihan adik iparku.

Prang!!!

Vini terlonjak kaget dengan bunyi pecahan dari dapur. Segera dia berlari menuju dapur.

"Bintang!" pekik Vini. Bintang tergeletak dengan hidung yang mengeluarkan darah. Vini panik bukan main, ia segera memanggil pembantu dan supirnya untuk membawa Bintang ke rumah sakit.

Diperjalanan airmata Vini terus mengalir, ia mencoba menelepon Sari, memberitahu kabar anaknya. Ia juga menelepon Valdo dan menyuruhnya segera ke rumah sakit.

"Tan, bertahan ya" tangis Vini tak kunjung reda, sepanjang perjalanan ia merapalkan doa berharap yang terbaik untuk Bintang.

***

Setelah sampai di rumah Bintang, Reno memakirkan mobilnya depan pagar rumah Bintang dan turun dengan tergesa-gesa.

Tok! Tok! Tok!

Reno mengetuk pintu rumah Bintang nggak sabaran.

"Bintang mana mbok?" ujar Reno begitu pintu terbuka

"Non Bintang nggak ada dirumah den" jawab mbok Surti. Mendengar jawaban dari pembantunya seketika pikiran khawatir Reno melayang kemana-mana. Menerka-nerka kejadian yang bisa saja dialami Bintang, namun dengan segera ia menepis pikiran itu.

"Mbok! Panggil mang Ujang, suruh siapin mobil sekarang!"

Sebelum Reno melanjutkan perkataannya, ada suara yang mengintrupsi. Suara Sari, namun suara itu terdengar seperti panik. Jangan-jangan ada hubungannya dengan Bintang.

Mbok Surti langsung meninggalkan Reno dan hendak memanggil mang Ujang. Sari keluar beserta Fendi, isak tangis Sari dan wajah khawatir Fendi membuat Reno semakin khawatir dengan keadaan Bintang.

"Om ada apa?"

"Bintang masuk rumah sakit"

Hari ini sungguh membuat Reno ingin menangis, hal-hal yang mengejutkan terjadi berurutan.

"Bareng sama Reno aja om"

Tanpa berpikir Sari dan Fendi setuju dengan usul Reno. Mereka bertiga menuju rumah sakit dengan perasaan tak tenang berharap tidak terjadi hal yang tidak diinginkan. Sepanjang perjalanan ketiga manusia ini merapalakan doa.

Sampai rumah sakit Sari, Fendi dan Reno menuju ruang ICU. Karena Vini mengabarkan bahwa Bintang ada di ruang itu. Di balik kaca terlihat Bintang dipasangi banyak alat. Entah apapun itu, Reno melihatnya tak tega berharap Tuhan masih melindungi Bintang. Bahkan jika boleh, ia rela menggantikan posisi Bintang. Biar saja dia yang merasakan sakit yang diderita Bintang, asalkan jangan gadisnya. Dokter yang memeriksa Bintang keluar, langsung seluruh anggota mendekati dokter itu.

"Gimana keadaan putri saya, dok?"

Dokter itu menggelengkan kepala, "Maaf pak, saya sudah berusaha namun Tuhan berkehendak lain"

Bagai petir disiang bolong menyambar hati Reno setelah ia mendengar perkataan dokter tersebut. Sari dan Vini langsung menangis menjerit. Sari menangis dipelukan Fendi. Fendi sekuat tenaga menenangkan istrinya. Ia juga terlihat shock mendengar kematian putri kesayangannya itu. Seketika airmata Reno menetes.

"Gue benci liat orang ngegelengin kepalanya. Bilang sama gue, omongan lo itu gak bener!" teriak Reno sambil mencengkram kerah baju dokter itu. Valdo berusaha melerai mereka, menghalangi amukan Reno kepada dokter itu.

"Ren tenang Ren, ini rumah sakit!" Seakan tak mendengarkan perkataan Valdo, Reno menerobos pintu ruang ICU.

"Yang tabah pak. Semoga keluarga yang ditinggalkan diberi keikhlasan" ucap dokter tersebut sambil mengusap bahu Fendi.

Didalam ruang ICU, Reno memandangi wajah Bintang. Wajahnya damai, sangat cantik. Bahkan dalam keadaan tidur pun Bintang masih kelihatan cantik. Tangan Reno bergerak mengusap pipi Bintang.

"Bi, kamu bangun ya. Banyak hal yang belom kita lakuin sama-sama"

"Jangan curang! Jangan pura-pura tidur, aku tahu kamu suka molor tapi sekarang kamu bangun ya. Katanya kamu pengen ke Paris, ngelihat kecantikan kota itu. Kalau kamu bangun, sekarang juga kita berangkat ke Paris"

"Ren"

"Ikhlasin Bintang" ujar Vini

"Apaan sih Vin, orang Bintang lagi tidur. Dia bercanda, habis ini bakal bangun kok"

"Ya kan Bi, kamu cuman bercanda. Kamu bangun ya sayang. Tunjukkin ke mereka kalo kamu masih hidup dan bakal terus disamping aku"

"Ren! Gak ada gunanya, Bintang udah gak ada, yang diperluin Bintang sekarang itu bukan tangisan lo! Rengekan lo! Tapi dia butuh keikhlasan dan doa dari lo!" teriak Vini, ia berniat menyadarkan Reno.

"Hush! Kalo ngomong jangan ngasal Vin" ujar Reno tak peduli dengan ucapan Vini

"Bintang, bangun sayang. Buka mata kamu. Bintaanggg!!! Bangunn!!" Seketika airmata Reno mengalir deras.

---------------^_^--------------

tbc

Cinta RenoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang