Eps 4

7 1 0
                                    

"Jadi kamu udah gak gabung tim basket lagi?" Tanya Rumi sambil membolak-balik bukunya.

"Enggak, lagian dari awal juga aku gak ngelakuin apa-apa di tim basket. Aku hanya main dengan mereka" jawab ku.

"Tapi aku pernah berpikir kalau jangan-jangan mereka suka pada mu. Terutama Kak Aldo dan Kak Leo"

"Suka? Enggak deh. Kalau Kak Aldo sih sepertinya cuma asal biar ada yang bisa dipeluk. Nah kalau Kak Leo sih emang udah baik dari sononya. Gini ya Rum, aku udah trauma sama cowok baik. Mereka itu bukannya baik sama aku aja, tapi emang dia nya yang baik. Baiknya ke semua orang"

"Yakin? Coba deh liat keluar tuh ada Kak Leo. Kita amati apa yg terjadi" kata Rumi sambil menunjuk Kak Leo yang sedang berjalan di lorong.

Kak Leo berjalan sambil membawa bola basket. Dia benar-benar keren. Rambutnya sedikit berantakan setelah latian pagi. Tapi itu justru membuat Kak Leo terlihat lebih tampan. Jaketnya diletakkan begitu saja di bahunya.

"Wow! Kak Leo itu keren ya. Rambutnya yang coklat tua benar-benar keren. Sepertinya aku langsung jatuh cinta dengannya" kata ku sambil terus memperhatikannya.

"Ssstttt! Diam dulu. Tugas kita tuh menganalisis" kata Rumi sambil mencubit lengan ku.

Akhirnya aku berhenti mengagumi Kak Leo dan fokus memperhatikan gerak-geriknya. Tiba-tiba ada perempuan yang menabraknya. Buku yang di bawa perempuan itu jatuh berserakan, begitu juga dengan bola yang di bawa Kak Leo.

"Ini adegan klasik dalam film romantis kan? Tabrakan, buku jatuh, di bantuin, terus terpesona. Hmm terlalu jadul" kata ku. Lagi-lagi Rumi mencubit lengan ku.

"Tuh-tuh liat! Kak Leo langsung pergi gitu aja"

"Hah? Ya mungkin aja lagi buru-buru"

Rumi mengangkat bahunya. Sepertinya dia tidak percaya kalau Kak Leo emang udah baik dari sononya.

Lalu Kak Leo memandangi sebuah pohon. Ada seekor kucing gembul yang tak bisa turun.

"Eh, itu kucingnya Kak Aldo!" Kata ku.

"Iya, aku tau! Diam lah dulu Kayla. Semua orang juga tau kalau Kak Aldo suka membawa kucingnya ke sekolah" bentak Rumi.

Astaga kenapa anak ini jadi galak?

Ku pikir Kak Leo akan menyelamatkan kucing itu. Tapi ternyata dia justru pergi begitu saja.

Lalu Kak Leo berjalan di belakang seorang guru. Ada daun yang menempel di rambutnya. Kak Leo mengeluarkan ponselnya dan memotret kepala guru yang tertempel daun itu. Dia menyapa guru itu dan pergi tanpa memberitau apa pun tentang daun itu.

"Eh?? Kok gitu?!" Teriak ku.

"Tuh kan! Kak Aldo tuh emang baiknya cuma sama kamu. Masih gak percaya?"

"Enggak! Maaf aja, aku terlalu takut"

"Kamu takut sebelum mencoba?"

"Iya! Udah itu kesimpulan ku"

"Ya udah deh terserah. Eh ini jam kosong lagi ya? Cari pacar ah. Bosen jomblo lama-lama. Kamu, yang katanya takut kenal cowok baru, silahkan meratapi nasip"

"Hei!"

Rumi langsung pindah duduk di samping pacarnya. Ih lagi-lagi bikin ngiri.

Aku baru teringat kalau buku latihan tim basket masih ku pegang. Iseng-iseng ku buka buku itu. Isinya menu latihan dan beberapa strategi. Ah aku benar-benar tak mengerti ini semua.

Lalu pandangan ku terhenti saat melihat foto ku bersama tim basket beberapa bulan yang lalu. Kami berfoto karena kemenangan tim basket dalam turnamen. Semua tampak bahagia saat itu. Ku rasa begitu. Itu terjadi sebelum aku bertanya-tanya apa fungsi ku disini. Andai pertanyaan itu tidak ada pasti aku tetap menjadi boneka bahagia. Ahhhhh!

I Hate Romantic StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang