3

4K 540 68
                                    

[SEMINGGU SEBELUM BADAI.]


AKU BARU SAJA menghabiskan supku saat aku sadar ada yang salah: tidak ada suara angin yang bersiul keras dari luar.

Perlahan, aku meletakkan mangkuk aluminium itu dan mengendap-endap ke arah jendela. Aku harus bersyukur kantin di lantai 2 cukup lebar dan tidak terletak persis di tengah bangunan, karena aku tidak yakin mau bergerak meninggalkan lantai 2 hanya untuk memeriksa keadaan di luar.

Aku sudah kehilangan jejak berapa lama aku terjebak di EL. Terutama karena aku tidak membawa jam, dan tidak mau repot-repot mencari jam di sekitar sini yang masih hidup. Toh, aku juga tidak terlalu memerlukan penanda waktu. Segalanya berlangsung begitu saja di sini. Aku tidak terlalu peduli.

Langit yang terus berawan dan sangat gelap entah siang atau malam juga tidak banyak membantu. Aku tidak yakin masih ada orang yang dengan rajinnya menghitung hari sejak segala hal mulai jadi buruk hingga sekarang, entah untuk alasan apa pun. Dengan situasi harian yang tidak ada bedanya sama sekali, mencatat pergantian hari sudah kehilangan makna. Bahkan untuk menjadwal makan sekalipun.

Omong-omong, ya, aku akhirnya mulai menjadwal makanku. Tidak banyak pilihan di EL, tapi aku harus merasa beruntung karena baru terjebak di sini setelah sekitar seminggu lebih terjebak di rumah—itu pun dalam keadaan yang terus bertambah parah. Perutku sudah terbiasa dengan diet minim, dan persis adaptasi seperti itu yang menyelamatkanku hingga sekarang. EL tidak menyediakan banyak pilihan makanan. Mereka ternyata punya beberapa vending machine, mesin camilan otomatis, dan semuanya sudah mati. Aku tidak bisa memukul kacanya hingga pecah dengan tangan kosong, tapi untung EL punya banyak hal. Tasku juga. Aku tidak yakin apa saja yang sudah kugunakan untuk membongkar mesin-mesin itu demi makanan di dalamnya.

Selain camilan, aku juga sempat berkeliling interior EL. Lantai 4 kacau. Lantai 3 tetap membosankan dan seram. Aku cuma kuat bergerak sampai lantai 6 sebelum merasa bahwa aku perlu istirahat jika mau naik lagi—ya, aku lapar. Pintu ke lantai 8 terkunci, dan tidak ada apa-apa di lantai 7.

Sementara itu, aku mencoba berburu di sekitar kantin dan lantai bawah, dan ternyata aku berhasil menemukan penyimpanan makanan beku mereka. Berkat udara yang menggigit, listrik mati tidak merusak isi kulkas mereka sama sekali. Oke, mungkin tempat ini tetap tidak sedingin kulkas beku yang optimal, tapi paling tidak makanan di dalam juga belum busuk.

Aku memutuskan untuk bersarang di kantin. Tempat itu luas, mungkin lantai paling lega yang ada di gedung ini—bahkan lobi di lantai 1 masih memiliki beberapa hal dan dekorasi yang membuat tempatnya tidak terlalu lega, belum lagi sangat banyak jendela di sana yang mengarah langsung ke luar. Bukannya kenapa-kenapa, tapi lantai 1 berada pada ground level. Orang-orang dari luar akan langsung masuk ke lantai 1. Jika aku, misalnya, membuat api di lantai 1, semua orang akan melihatnya dan bisa masuk dengan mudah. Dari lantai 2, jika mereka melihat cahaya sekalipun, aku bisa melihat duluan jika mereka tiba.

Itu juga mengesampingkan pertimbangan bahwa ada beberapa bahan makanan di sini. Setelah menjarah sebanyak mungkin pembakar bunsen yang bisa kudapatkan dari lab-lab di lantai atas, aku mencoba memanfaatkan beberapa alat masak yang ada di dapur kantin ini untuk memasak makananku. Hasilnya bukan masakan kelas chef bintang sekian, tapi masih bisa dimakan.

Karena ini, aku sadar betul pada keterbatasan sumber dayaku. Jika aku harus bertahan lebih dari seminggu, aku tidak yakin aku akan mati tenang di gedung ini.

Lantai 5 masih tidak bisa diakses. Benturan terakhir yang melemparku kembali ke tangga darurat dan memisahkanku dari Ignotus waktu itu membantingku sampai ke set tangga berikutnya di bawah, dan aku masih takjub sampai sekarang pada fakta bahwa kepalaku tidak pecah dan tulangku tidak ada yang patah. Oke, banyak luka gores dan memar yang kudapatkan waktu itu, tapi setelah pingsan entah berapa lama, aku terbangun tanpa banyak hambatan. Mungkin jaket tebal dan ranselku berperan menyerap sebagian dampak benturanku. Entahlah. Tidak ada suara lagi dari lantai 5. Aku terbangun, mengalami lag sebentar, lalu langsung berusaha naik dan kembali menggedor pintu lantai 5 tanpa hasil apa pun.

Ragnarökr Cycle: Storm ChasersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang