13

3.3K 461 72
                                    

Catatan Penulis: Oke keterlambatanku kali ini parah karena sampai tiga jam HAHAHA. Mencari koneksi internet dengan kecepatan memadai memang menantang.

Seperti yang kujanjikan, aksi baru dimulai di bab ini. Dan ada satu adegan yang sangat bodoh di sini nanti. Sepertinya aku akan ganti itu di revisi nanti.

Setelah aku bisa menulis, tentu.

Anyway, daripada berkeluh-kesah, aku akhirnya membuat perjanjian dengan Ayang DyanasthasiaRin untuk membuatkan satu ilustrasi karakter untuk setiap babnya karena dia lebih jago menggambar daripada aku :") dan untuk bab ini, ilustrasinya adalaaaah protagonis kita kali ini, yaitu Bran Olsen!

Anyway, daripada berkeluh-kesah, aku akhirnya membuat perjanjian dengan Ayang DyanasthasiaRin untuk membuatkan satu ilustrasi karakter untuk setiap babnya karena dia lebih jago menggambar daripada aku :") dan untuk bab ini, ilustrasinya adalaaaah ...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Selamat membaca!

***

[LIMA HARI SEBELUM BADAI.]


KAMI MENDARAT LAGI di Benben, tetapi sekarang posisi kami lebih dekat dengan lautan. Matahari sedang tinggi. Serqet mengambil beberapa langkah menjauh dari arah laut yang berkilau.

Dari kejauhan sana, aku bisa melihat sesuatu meliuk-liuk di permukaan air. Sesuatu seperti.... "Ular raksasa?"

"Iya," kata Serqet dengan gugup sambil terus menjauh dari garis air. "Karena sebagian besar permukaan Nu adalah laut, sebagian besar kehidupan juga berkembang di sana. Ular neik itu salah satunya."

"Kau tampak gugup."

"Jelas. Neik adalah risiko gangguan terbesar bagi Iaru. Salah satu musuh bebuyutan Ra bahkan menggunakan neik sebagai lambang gerakannya."

"Serqet!"

Suara itu adalah suara seorang wanita. Kami semua menoleh ke belakang, mendapati seorang Leluhur Duat perempuan berlari panik ke arah kami. Ia mengenakan pakaian kain, berambut hitam bergelombang, dengan kristal ba kuning di dahi—sepertinya ditempelkan ke semacam tiara—dan garis wajah lembut. Matanya yang berwarna hijau terang berkilau panik.

"Maaf—aku tadi hendak—"

"Wadjet, tenang dulu," kata Serqet sambil menghampiri Leluhur itu dan menepuk bahunya, seperti memintanya berhenti sebentar dan mengatur napas dulu. "Tenang dulu. Ada apa?"

"Aku ...," Wadjet menelan ludah sekali dan menghela napas dulu, "aku baru saja mendapatkan berita ini, jadi aku tadi hendak menghubungimu lewat ba, tetapi ternyata kau sudah di sini. Aku ... aku...."

"Berita apa?" tanya Serqet sambil mengernyit. Entah siapa Wadjet ini, tetapi sepertinya Serqet sangat menganggap serius kata-katanya.

"Para Sunauwu-Imen," kata Wadjet dengan gemetar. "Tidak hanya para Sunauwu-Imen ... tetapi juga para Tangan Kanan dan Mata Ra yang ditugasi menghubungi mereka."

Ragnarökr Cycle: Storm ChasersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang