Catatan Penulis: Rin masih recovery, jadi ilustrasi untuk Bab ini aku abstainkan dulu. Dan, karena sekarang sedang libur, kami LDR sementara HAHAHA. Namun, berita terakhir, dia hanya perlu meng-outline ilustrasinya—dan kehabisan tinta. Jadi sepertinya aku akan bisa mengunggah ilustrasi-ilustrasi yang kurang dalam waktu dekat.
Selamat membaca!
Update 5/2/2017: ilustrasinya sudah kutambahkan di akhir bab!
***
[EMPAT HARI SEBELUM BADAI.]
"BAGAIMANA KEADAANNYA?"
Nada prihatin Serqet adalah yang pertama menyentakku ke kesadaran.
Lenganku masih terasa agak perih, dan—
Perih.
Gelap.
Udara—
Nyaris tanpa disuruh, paru-paruku menyentak udara sebanyak mungkin.
Berhasil.
Perutku perih, tetapi aku bisa bernapas—
"Bran!"
Itu Serqet lagi.
Sepertinya usahaku menarik napas tidak sengaja mengeluarkan suara yang sangat keras, dan Serqet jadi sadar bahwa aku sudah sadar. Atau semacamnya. Aku belum membuka mataku lagi, tetapi aku mulai bisa merasakan sekelilingku. Tidak ada angin di sekitarku. Aku sedang berbaring di atas sesuatu yang lembut ... kasur?
Tanganku yang terluka sedang mati rasa. Perutku juga. Aku tidak bisa merasakan apa-apa dari sana. Mungkin itu lebih baik daripada merasakan sakitnya terus-terusan.
Aku masih ingat bisa melihat tulangku di dalam luka cakaran Ophois.
"Serqet, tenang dulu," sahut suara lain. Itu suara Isis. "Dan hati-hati dengan lengan kirinya."
"Aku hati-hati, kok," kata Serqet dengan keras kepala. "Aku cuma perlu—"
"S-Serqet," gumamku lemah. Sepertinya itu malah membuat Serqet semakin terburu lagi ke arahku. Aku bisa merasakan angin lembut dari sisiku—Serqet sudah sampai di sisi ranjangku.
"Bran," katanya. Aku bisa mendengar kecemasan luar biasa di suaranya. "Bran, kaubisa mendengarku?"
"Y ... yeah," kataku lemas. Suaraku serak, dan selain itu, aku tidak merasa kuat banyak-banyak bicara. Serqet menghela napas lega dan tertawa kecil sendiri dengan gemetar.
"Astaga. Astaga. Aku tidak percaya." Ia menghela napas lagi. "Kau menghirup lumayan banyak udara Geb. Idemu mengaktifkan masker Nephthys itu genius, tetapi ternyata sebelum Ophois akhirnya meninggalkanmu, dia merusaknya dulu. Untungnya, itu membuatnya tidak sengaja menyalakan klipku yang di telingamu juga, dan benda sialan itu memanggil langsung ke kristal ba-ku. Aku jadi bisa cepat menemukanmu. Jika aku terlambat barang semenit saja, ditambah luka-lukamu, mungkin kau sudah...."
Ia tercekat di sana. Ia tidak melanjutkan bicara lagi beberapa lama, sebelum akhirnya menelan ludah.
"Pokoknya ... kau menghirup cukup banyak udara Geb hingga kau agak keracunan. Isis sudah memberimu obatnya, tapi sekarang tubuhmu harus detoksifikasi dulu. Jangan banyak bergerak. Aku serius kali ini."
"Mmm," erangku. "Nanti aku bosan."
"Kau bahkan belum bisa membuka mata, Bran," kata Serqet. Suaranya terdengar seperti sedang tersenyum. "Aku serius. Jangan memaksakan diri. Penyembuhanmu luar biasa cepat karena darah Brigid yang kaubawa, tetapi itu tetap makan waktu. Aku sangat menghargai nekatmu menyelamatkanku dari Ophois, tetapi itu sudah cukup. Oke?"

KAMU SEDANG MEMBACA
Ragnarökr Cycle: Storm Chasers
Science Fiction[Buku kedua Ragnarökr Cycle] Setelah terjebak di laboratorium ayahnya selama tiga hari dan harus menyaksikan kakaknya tewas, Bran Olsen sangat senang salju akhirnya berhenti turun. Sayangnya, kesenangannya tidak berlangsung lama. Pertama, dia ke...