[SEMINGGU SEBELUM BADAI.]
"APA-APAAAAAAAN?!"
Jeritanku baru bisa mengeluarkan bunyi saat aku merasakan diriku mendarat lagi di atas tanah. Selama sesaat, tubuhku terasa lebih berat—tetapi itu tidak berlangsung lama. Segalanya kembali terasa normal, dan aku jatuh terjerembap.
Udara di sekelilingku sudah tidak beku.
Dingin, tetapi tidak beku lagi—seakan saat meninggalkan rumahku, aku juga meninggalkan udara beku tadi di sana.
Seluruh tubuhku langsung merasa lebih baik, seperti diguyur air hangat setelah lama berada di luar dan bermain salju. Bedanya, kali ini aku tidak basah.
"Apa kaubisa berdiri?" tanya suara Nephthys. Ia mendarat dengan mulus dari jalur bercahaya tadi, dan sedang membungkuk ke arahku. "Kita harus ke Iaru dulu. Ayo."
"A-aku—apa yang terjadi?" ujarku sambil berusaha bangun. Nephthys membantuku berdiri lagi. Astaga, tempat ini gelap sekali. Mata Nephthys jadi tampak menyala lebih terang daripada tadi.
"Aku membawamu melompati hyperspace," jawab Nephthys. "Sekarang kita ada di Nu."
Kata-kata baru itu kembali berpusar di sekeliling kepalaku, dan akhirnya aku punya cukup nyali untuk mengangkat tangan dan menghentikan Nephthys. "Tunggu," kataku sambil memijit pelipis. Nephthys sempat menyebut Restu dan Ash, dan Papa menyebut keduanya saat sedang bertengkar dengan si Pria Pasir. Sekarang beberapa kosakata aneh lain sudah bertambah. Nu. Iaru. Semuanya membuat kepalaku sakit. "Apa yang terjadi?"
"Kami akan jelaskan semuanya nanti," kata Nephthys. "Namun sekarang, yang penting, kita ke Iaru dulu. Aku tidak merasa aman berkeliaran di Benben saat ini."
"Tunggu dulu—apa kau barusan bilang kami?"
"Apa kau benar-benar mengira aku cuma sendirian? Ayo."
Nephthys kembali berjalan, dan kali ini aku tidak punya pilihan selain mengikuti.
Perjalanan kami tidak jauh. Kegelapan tempat ini membuatku sulit mengenali apa-apa, tetapi setelah beberapa menit, mataku mulai terbiasa. Kami sedang berada di sebuah dataran terbuka, seperti semacam tanah tandus. Tidak ada pemandangan yang benar-benar mencolok mengenai tempat ini ... kecuali bahwa ada jurang di depan sana.
"Um," mulaiku. "Itu jurang."
"Iya."
"L-lalu?"
"Tunggulah sebentar."
Nephthys tidak berhenti dan terus berjalan ke arah jurang itu. Aku ragu sejenak, tetapi lalu memutuskan untuk mengikutinya.
Sinting. Aku tidak bisa melihat dasar jurang itu sama sekali. Seakan tempat ini masih bisa lebih gelap lagi.
"Sebenarnya kita sedang di mana, sih?" tanyaku.
"Benben," jawab Nephthys tenang. "Di Nu."
"Dan itu di mana? Asia?"
Apa? Nama-nama tempat di Asia memang aneh-aneh. Nephthys terkekeh kecil. "Tidak. Kita bahkan tidak di Bumi lagi. Sekarang dengarkan dan ikuti semua instruksiku dengan hati-hati. Satelit Ra akan segera terbit, dan beberapa binatang berbahaya akan bangkit bersamanya."
"Apa katamu?"
Nephthys tidak tampak kaget sama sekali. "Aku sudah bilang, kami akan jelaskan nanti. Sekarang tunggu sebentar."
KAMU SEDANG MEMBACA
Ragnarökr Cycle: Storm Chasers
Ciencia Ficción[Buku kedua Ragnarökr Cycle] Setelah terjebak di laboratorium ayahnya selama tiga hari dan harus menyaksikan kakaknya tewas, Bran Olsen sangat senang salju akhirnya berhenti turun. Sayangnya, kesenangannya tidak berlangsung lama. Pertama, dia ke...