11

4.2K 496 139
                                    

Catatan Penulis: Selamat datang di Part 2! Aku sadar bahwa aku cenderung tidak bercuap-cuap dengan Catatan Penulis di Storm Chasers ini. Mungkin ini gara-gara semua babnya sudah kutulis dari sejak lama ... plus, internetku tidak kuat jika aku menambahkan Catatan Penulis dulu HAHAHA. Aku juga sedang sangat jarang membuka Wattpad. Yah, sekarang praktikum mulai menguasai hariku. Itu, ditambah dengan hujan yang seharusnya tidak turun, awan petir yang terus-terusan mengganggu sinyal internetku, dan banyak sekali masalah pribadi belakangan ini, dan akibatnya ... aku jadi jarang membalas komentar di sini.

Jadi, aku akan coba balas sebisaku hari ini. Sampai ketemu lagi!

ps. Aku belum bisa lanjut menulis lagi. Namun, aku sedang BANYAK sekali menggambar belakangan ini berkat bantuan orang-orang yang sangat berharga di hidupku. Plus, DyanasthasiaRin membuat banyak ilustrasi karakter dengan gaya gambarnya sendiri! Yang di bawah ini adalah ilustrasinya untuk karakter Leluhur baru yang kuperkenalkan di bab ini. Ada yang bisa tebak duluan?

 Ada yang bisa tebak duluan?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

[LIMA HARI SEBELUM BADAI.]


TIPS SELAMAT DARI monster, nomor satu: jika bisa, jangan sampai bertemu monster.

Apalagi monster buaya raksasa dengan mulut di setiap sendinya.

Apalagi sampai membuatnya mengejarmu.

Apalagi sampai membuatnya mengejarmu di rawa-rawa.

Aku dan Serqet terus berjuang berlari di tanah becek ini, yang sendirinya adalah sebuah tantangan karena untuk alasan yang cukup jelas, kami berkali-kali nyaris terpeleset ketika menginjak tanah yang tidak cukup dalam. Buaya raksasa itu terus meraung mengejar kami dengan kecepatan yang ... yah, cukup untuk membunuh kami beberapa detik lagi.

"Berpencar!" seru Serqet sambil melompat ke kiri.

"Apa?" tanyaku sambil tetap berlari.

Buaya itu memilih mengikutiku.

Sialan.

Aku melalui beberapa pepohonan dengan cepat, memilih untuk menggunakan akar mereka sebagai pijakan. Untungnya, walaupun mereka tumbuhan alien, akar mereka tidak seganas sendi-sendi buaya ini. Serius, aku mulai merasa bahwa raungan buaya ini tidak cuma keluar lewat mulut utamanya.

Serqet sudah berada entah di mana, tetapi tanah rawa-rawa ini mulai memadat menjadi tanah hutan. Kejaran buaya ini membawanya semakin jauh dari rawa-rawa, dan pijakanku menjadi lebih solid.

Napasku nyaris habis, tentu, tetapi aku mulai bisa merasakan betapa lancarnya aku berlari. Dan aku berpegangan pada itu.

Cuma ada satu aturan untuk sekarang: jika aku berhenti, aku mampus.

Ragnarökr Cycle: Storm ChasersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang