7

48 5 0
                                    

"Hati-hati dengan orang yang kau benci
Karna, bisa saja
Seiring waktu berjalan
Rasa benci itu bisa berubah menjadi cinta"

.

NEW day. New me.

Aku memotong rambutku tadi pagi. Sepanjang bahu. Rata. Aku menaruh tas-ku di meja. Jantungku berdebar tidak karuan. Di sepanjang koridor, aku berbicara dengan Harris --salah satu teman dekat Dafa-- dia captain sepakbola. Badan-nya yang atletis membuat seluruh gadis di sekolah ini menyukainya. Dan--ia juga anak dari kepala sekolah. Parahnya lagi, sekolah ini milik ayahnya

Tetapi, kepopuleran-nya dikalangan para gadis seimbang dengan kepopuleran Dafa dan Hafidz. Nathan? Bagaimana dengan Nathan? Nathan, dia tidak terlalu populer. Mereka berempat sahabatan. Maka, pantas saja tadi aku mengobrol dengan Harris topiknya "Dafa"

Jadi, gini:

Aku berjalan ke ruang kesiswaan terlebih dahulu. Mengambil jadwal kegiatan pentas seni. Well, aku akan tampil--enggak ada yang nanya, ya? Ah. Tak apa. Fyi--. Setelah itu, aku berjalan melewati koridor. Aku kaget, tiba-tiba saja Harris berdiri didepan ku dan tersenyum.

"Hey" rasanya, aku ingin menjerit sekarang juga. Siapa sangka Harris Aarkan menyapaku. Ia berjalan ke sebelahku. Lalu kami berjalan bersama. Berhubung, kelas kami hanya dipisahkan oleh dinding.

"Em, hi." balasku gugup. Semoga ia tidak melihat raut wajahku sekarang. Ah, pasti sudah mati ditempat aku.

"Kamu--Nabilla, 'kan? Captain cheers itu?" aku mengangguk. "Dulunya iya." koreksiku. Ia terkekeh. "Aku tahu. Pantas saja aku jarang melihatmu di lapang. Yang ada malah Ghea. Oh, kalo boleh tahu, kenapa kamu mundur?"

"Aku lelah aja. Lagian juga, Ghea pantas kok jadi captain-nya." ia terkekeh. Aku terdiam dan menatap-nya heran. Ia menatapku. Lalu tersenyum.

Love?Where stories live. Discover now