Aku (Ofar)

2K 237 25
                                    

Sepulang kampus, aku langsung menuju rumah Yuki yang memang tak jauh juga dari rumahku sendiri. Aku harus meminta penjelasan dari mulut bawel sahabat terbaikku itu, karna tidak biasanya dia mau membolos dan maen cabut aja saat jam kuliah belum usai.

Tapi yang kutemui hanya ayahnya Yuki, karna bunda katanya sedang istirahat. Sementara orang yang aku cari, malah katanya belum pulang.

"Aish...tu anak kemana sich???" gerutuku

Aku berkali-kali mencoba menghubungi handphonenya tapi tak ada jawaban sama sekali, saat kudongakkan kepala, terlihat mendung yang bergelayut pada sang langit.

"Bentar lagi pasti hujan, lo dimana sich Kuy???" entah kenapa tiba-tiba perasaanku tidak enak.

Kulajukan mobilku kesegala arah, aku tak tau harus kemana, yang pasti aku memiliki feelling yang kuat untuk menyusuri jalan agar bertemu dengan Yuki.

Rintik hujan telah menyapa bumi dengan riangnya, bukan lagi rinai gerimis yang mengguyur tanah kering ini tapi sebuah hujan yang cukup lebat telah membasahi alam ini dan itu membuatku sedikit kesulitan untuk mengemudi karna jarak pandang yang sedikit terhalang.

Aku tak tau sudah di daerah mana saat aku putuskan meminggirkan mobil dan mencoba turun, mungkin aku bodoh dan sedikit konyol saat tak terduga kakiku beranjak keluar mobil dan berjalan membelah hujan.

Dingin, sudah pasti kurasakan, otakku memaksa untuk berbalik dan masuk dalam mobil lagi tapi entah kenapa hatiku tetap memaksa langkah ini semakin menjauh dan sedikit berlari, bersamaan dengan degup jantungku yang tetiba terasa nyeri.

Saat hati dan fikiranku masih berperang, samar dalam remangnya malam dan guyuran hujan, aku melihat sosok gadis yang sepertinya sangat familiar bagiku. Langkahku semakin mendekatinya dan reflek tanganku memeluk gadis yang tengah menangis itu.

Yuki, gadis itu adalah Yuki. Seseorang yang seharian ini memenuhi fikiranku karna terlalu mengkhawatirkannya.

Dan lihatlah, apa yang dia lakukan disini? Terduduk lemas ditengah hujan lebat, dan....dia menangis?

Meski aku tak begitu jelas bisa melihat air matanya karna sudah berbaur dengan air hujan, tapi aku bisa merasakan getaran dan isakannya dalam pelukanku.

Belum sempat aku berucap, gadisku tiba-tiba terlihat lunglai dalam pelukanku dan sepertinya dia pingsan.

*****

Aku berdiri disini, di depan ruangan yang didalamnya sedang terbaring gadis manjaku. ICU, ruangan yang penuh dengan peralatan yang entah tak kutau namanya, ruangan yang menjadi penghubung gadisku dengan alam ini.

"Tuhan, jaga dia. Aku tak ingin terjadi apa-apa padanya, sungguh aku tak akan bisa memaafkan diriku sendiri jika hal buruk menimpanya"

Aku seperti orang bodoh yang hanya bisa mondar mandir dengan perasaan yang sungguh hancur, akupun tak merasakan dingin ditubuhku meski baju yang kukenakan sudah basah kuyup karna hujan.

Fikiranku terlalu fokus pada Yuki, aku takut saat ini, bahkan sangat takut.

Aku tak ingin kehilangan lagi, cukup sekali aku kehilangan seseorang yang aku cintai, Yua.

Dan sekarang aku tak ingin kehilangan Yuki secepat ini.

Bayangan saat kecelakaan 5 tahun lalu tiba-tiba terlintas lagi dalam memoriku, saat dimana Yua mendorong tubuh mungil Yuki agar terhindar dari tabrakan itu, tapi naas malah tubuh Yua yang menjadi korban.

Saat itu aku yang baru datang ingin bergabung bermain bersama mereka, langsung terpaku ditempat. Sesaat setelah itu aku berlari ke arah Yua yang sudah berlumuran darah, dalam keadaan kritis, Yua masih sempat menanyakan kondisi Yuki. Aku tau gimana sayangnya Yua terhadap Yuki, seperti adiknya sendiri, itu pula yang membuatku menyukai sosok tomboy dari sahabat kecilku itu.

BidadariKu ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang