Bahagia di Tempat Terindah

2.1K 228 29
                                    

Aku disini merasa sangat nyaman, tenang dan damai. Kicauan burung seakan mengiringi langkahku sehingga tak ada kata lelah bagiku, semilir angin membelai setiap inci ragaku, memaksa diriku terbuai dalam angan ini. Tak ada rasa sakit, yang aku rasa, aku sangat BAHAGIA.

Aku berhenti pada sebuah pohon, duduk dan memakan sebuah apel. Kulayangkan pandanganku kesegala penjuru, air, daun, bunga, kupu dan berbagai keindahan lainnya terpampang jelas di hadapanku saat ini.

Lukisan Tuhan memang tiada duanya, aku bersyukur bisa berada disini. Dan aku ingin terus disini.

"Hai kakak bidadari yang cantik" sapa seorang gadis kecil yang entah darimana asalnya, yang pasti dia sudah duduk disebelahku dengan membawa mawar putih.

Aku menoleh ke sumber suara, dan sedikit terkejut melihat gadis kecil ini. Dia sangat cantik, putih, bersih dan senyumnya sungguh menawan. Dia bersinar.....iya bersinar seperti bintang.

Senyum tak pernah lepas dari bibir mungilnya, rasanya aku jadi gemas sendiri melihat wajahnya. Tak ada ràsa bosan untuk memandang lukisan Tuhan yang terpaut dalam raganya.

"Kakak jangan melamun" sapa suara lembutnya membuyarkan konsentrasiku

Aku hanya tersenyum malu.

"Kak....ayo kita tangkap kupu-kupu!!!" teriaknya yang sudah berlari menjauh dariku

Tanpa banyak fikir, akupun beranjak dan ikut berlari bersamanya. Kita berputar-putar mengikuti kemana kupu terbang, rasanya sangat bahagia. Tawa lepas kita mengiringi setiap langkah kecil yang tak tentu arah, hingga akhirnya kita lelah dan berhenti pada sebuah pohon rindang.

Nafasku masih tersenggal, aku sudah lama tak berlarian seperti, benar-benar aku bahagia disini.

"Apa kakak senang berada disini?" tanyanya namun memalingkan wajahnya ke arah lain, ke arah pemandangan yang terhampar luas ini.

Aku hanya mengangguk, meski dia tak melihat anggukkanku tapi aku yakin dia tau jawabanku. Jelas saja aku senang disini, bahkan sangat senang.

"Tapi kakak tidak boleh berada disini" ucapnya datar tanpa menoleh padaku, sontak membuatku mengerutkan kening, tak paham dengan ucapannya.

"Heheheh....." dia malah tertawa kecil "Maksud Tiara, belum saatnya kakak disini. Kakak harus pulang dan menyelesaikan apa yang belum kakak selesaikan" lanjutnya kemudian.

"Kenapa aku harus pulang?" tanyaku belum mengerti "Aku senang disini dan aku ingin tinggal disini selamanya karna disini, aku tak merasakan apapun, aku tidak kesakitan lagi, aku nyaman disini" protesku pada gadis kecil ini.

"Tiara ngerti kok, ini memang tempat kakak tapi bukan sekarang waktunya. Kakak harus pulang dulu, nanti kalau sudah saatnya, Tiara akan jemput kakak. Tiara akan jadi teman dan akan mengajak kakak jalan-jalan disini" lagi-lagi senyumnya merekah sempurna.

Aku terdiam, ingin kembali protes tapi sudahlah, tak ada gunanya toh dia cuma anak kecil. Lebih baik aku menikmati pemandangan ini, karna aku takut jika aku tak akan punya kesempatan seperti ini lagi.

"Ini buat kakak" ucap Tiara sambil memberikanku setangkai bunga mawar putih.

Aku lebih senang bunga anggrek daripada mawar, tapi tak apalah kutrima saja mawar dari Tiara.

"Nanti kalau kakak mau kesini lagi, kakak harus bawa mawar putih buat Tiara ya. Tiara suka banget dengan mawar, selain harum, mawar putih memiliki arti tersendiri, yaitu keabadian" penjelasan Tiara membuatku hanya terpaku

"Waktu kakak tidak banyak lagi disini, saat matahari mulai tenggelam, kakak harus pulang. Dan maaf, Tiara nggak bisa temani kakak lebih lama. Tiara harus pergi sekarang, tapi jangan khawatir karna kita pasti akan bertemu lagi"

"Percayalah, apa yang kita sudah mulai harus kita selesaikan sebelum semua berakhir"

Aku ingin bersuara tapi tiba-tiba cahaya disekitarku sangat terang, kuletakkan kedua telapak tanganku di depan mataku, mencoba menghalau sinar yang sangat silau. Sesaat kemudian cahaya kembali normal namun aku tak dapat menemukan Tiara, si gadis manis laksana bidadari itu.

Aku masih menatap mawar putih pemberian Tiara, ada perasaan damai saat aku mencoba menghirup aroma harum dari sarinya.

Perasaan yang benar-benar membuatku tak ingin beranjak dari sini.

Udara semakin dingin dan cahaya matahari mulai meredup, sinar jingga di ufuk barat menandakan bahwa senja tlah tiba.

Aku teringat ucapan Tiara yang mengatakan bahwa aku harus pulang saat matahari tenggelam, aahhh rasanya kakiku tak mau beranjak.

Memandangi cahaya jingga membuat setetes air mataku mengalir, hatiku tiba-tiba terasa sakit. Ada sebuah perasaan yang aku sendiri tak dapat menjabarkannya.

Rasa rindu, kecewa, bahagia dan putus asa terasa jadi satu. Sesaat ingin tersenyum tapi sesaat kemudian ingin menangis.

"Yuki sayang......!!!" samar aku mendengar sebuah suara lembut memanggil namaku.

"Yuki.....!!!" lagi-lagi kudengar seseorang menyebut namaku. Cahaya malam mulai menampakkan diri, sang surya beristirahat dan gelap mulai terasa.

Aku berdiri dan mencoba melangkah perlahan menuju sumber arah suara yang memanggilku.

Dalam remang cahaya jingga aku merasa ringan dan seakan-akan melayang. Ada sebuah pusaran yang seolah-olah menarikku untuk terhisap di dalamnya, aku berpegangan pada dahan pohon yang bisa kujangkau. Aku harus berjuang agar aku selamat, aku masih ingin disini, aku masih ingin hidup.

*****

Kukerjapkan mataku saat kurasa ada yang menggenggam jemari tanganku, perlahan-lahan netraku menormalkan situasi dengan pencahayaan yang terasa sangat menyilaukan bagiku.

Kuedarkan pandangaku disekitar, dan tatapanku berhenti pada sosok yang duduk tepat disebelahku. Tangannya masih setia menggenggam jemariku lembut.

Jantungku berdetak lebih cepat saat melihat senyumnya, ada sesuatu yang menusuk tepat di hatiku saat samar aku mendengar critanya.

"Tuhan, kenapa Kau memberikanku kehidupan lagi jika pada akhirnya harus mengalami rasa sakit lagi?"

Aku ingin terisak, tapi sebisa mungkin aku tahan. Otakku mengingat semua yang telah kulewati, tentang fakta bahwa keadaanku semakin parah, tentang Yua yang berada dirumah Al dan soal Tiara gadis bidadari.

"Apa yang kita sudah mulai harus kita selesaikan sebelum semua berakhir"

Aku kembali teringat kata-kata Tiara, dan kini aku baru menyadari makna ucapannya itu.

Mungkin sudah saatnya aku berkorban untuk mereka, orang-orang yang kusayangi yang slama ini sudah banyak sekali berkorban untukku.

Setidaknya aku ingin menjadi orang yang bermanfaat.

Aku ingin pergi dengan sebuah senyuman.

Apa yang aku lepaskan sekarang kelak pasti aku dapatkan lagi.

Bahagia itu jika melihat orang yang kita sayangi tersenyum.

Meski untuk mengukir senyum itu, kita harus menangis.

============================

Maaf jika partnya pendek soalnya dipaksa banget ni..... (ngabuburit)
Pengen cepat kelar aja ni story biar bisa bikin story lain, karna jujur Ana maunya fokus dengan satu story.
Jika sudah finish baru bikin yang anyar, walaupun sebenarnya ide pokok cerita sudah bermunculan di benak tapi sekali lagi, FOKUS.

Btw Ana ngucapin Marhaban Ya Ramadhan buat kalian yang menjalankan,
Semoga kita bisa menggunakan waktu dengan sebaik-baiknya di bulan penuh berkah ini.

Oke, Ana berbuka dulu ya karna waktu PAPUA sudah tiba adzan maghrib.

Makasih.... !!!!

BidadariKu ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang