1.1

29 3 0
                                    

18 Agustus. Tujuh belas tahun yang lalu lahir seorang bayi perempuan mungil dengan kulit putih pucat yang diberi nama Kang Sehee. Tidak ada yang menyangka kalau Sehee adalah gadis tangguh yang tidak dibesarkan oleh kedua orangtuanya. Di balik wajah manis itu, ada jiwa seorang wanita dewasa yang tidak sering merasakan kasih sayang orangtua.

Sehee tidak mengenal orangtuanya sejak ia berumur sepuluh tahun. Tidak ada lagi ibu atau ayah di hidupnya sejak saat itu. Yang ada hanya seorang paman baik hati dari keluarga ibunya yang mengasuhnya hingga sebesar sekarang. Ibunya meninggal empat puluh delapan jam setelah kelahirannya. Ayahnya pergi. Ia juga tidak tahu dan memang tidak ingin tahu kemana lelaki bejat itu pergi.

"Sehee-ya, selamat ulang tahun!" teriakan Jiyeon sepertinya dapat membuat telinga Sehee tuli saat itu juga. Lengannya erat memeluk leher Sehee.

Demi melihat senyum lebar Jiyeon, Sehee ikut tersenyum tipis. Ia bergumam terimakasih sebelum melongokkan kepalanya ke sekeliling taman kampus yang rindang. Mencari Kim Taehyung yang –anehnya, tidak ada bersama Jiyeon.

"Kemana Taehyung?" tanya Sehee setelah memastikan kalau Taehyung benar-benar tidak ada. Ia menatap Jiyeon yang menatap ke arah lain.

"Itu... dia ada di perpustakaan," jawab Jiyeon terdengar gelagapan. Dahi Sehee membentuk beberapa lipatan.

Perpustakaan? Yang benar saja. Taehyung pasti kehilangan akalnya kalau sampai dia menyempatkan datang ke perpustakaan sendirian, terlebih di hari ulang tahun Sehee. Dari dulu, Taehyung selalu berusaha menjadi orang pertama yang mengucapkan selamat ulang tahun untuk Sehee. Ada apa dengan Taehyung?

"Kau yakin? Maksudku, kau tahu 'kan kalau Taehyung bukan tipe manusia yang akan belajar bahkan jika syarat selamat dari kiamat adalah dengan mendapat nilai ujian yang baik?" Sehee menjelaskan pelan-pelan kepada Jiyeon.

"Entahlah, dia sedang ingin sendirian," ucap Jiyeon setelah mengedikkan bahunya tidak peduli. Dia kemudian meletakkan kepalanya di pundakku. Membuatku dapat melihat apapun yang ada di belakang tubuhnya.

Dia di sana. Bukan, bukan Kim Taehyung. Junior Sehee yang kemarin Sabtu malam merecoki acaranya bersama dua sahabatnya. Sehee bahkan lupa namanya. Jung siapa?

Sehee sedang memutar otaknya. Mencari catatan apapun tentang Jung-siapa pun- yang berdiri beberapa meter di belakang tubuh Jiyeon. Sehee memang memiliki masalah dalam menghafal nama orang lain. Apalagi orang yang ia temui di saat yang tidak diinginkan. Sementara Jung-siapa pun- itu melangkah mendekati Jiyeon dan Sehee.

Dari jarak yang sudah cukup dekat, Sehee menyadari Jung-siapa pun- itu membawa sebuah tempat makan berbentuk mangkuk dengan warna mencolok. Ia mengamati laki-laki berambut gelap yang berjalan semakin dekat kepadanya itu. Beberapa langkah sebelum lututnya menyentuh bangku yang diduduki Jiyeon dan Sehee, ia berhenti.

Kepalanya yang sedari tadi menunduk menatap sepatu hitam yang ia pakai kemarin Sabtu akhirnya mendongak. Matanya bertemu dengan mata Sehee yang menatapnya lamat-lamat. Tergeragap, ia refleks, kembali menunduk. Setelah beberapa detik menenangkan jantungnya yang berdebar di atas batas kecepatan, ia kembali menatap Sehee.

"Ada apa?" tanya Sehee membuat Jiyeon menegakkan tubuhnya, ia menatap Sehee aneh.

"Ada apa yang ada apa? Aku tidak mengatakan apa pun," ucap Jiyeon polos. Kepolosannya dihilangkan oleh toyoran tangan Sehee yang cukup keras di dahinya.

"Bukan kau, Bodoh! Dia," Sehee menunjuk laki-laki di belakang Jiyeon dengan dagu tirusnya. Jiyeon menatap arah yang ditunjuk Sehee.

"Oh, Jungkook-ah! Ada apa?" tanya Jiyeon sambil berdiri dari duduknya dengan senyum yang lebih lebar dari sebelumnya.

Jungkook! Terimakasih, Jiyeon-ah. Sorak batin Sehee.

"Ini..." Jungkook menatap kotak makan yang ia bawa. Dua pasang mata yang lain juga ikut menatap kotak makan itu. Tapi hanya salah satu di antara keduanya yang paham maksud Jungkook.

Tanpa banyak bicara, Jiyeon mendudukkan Jungkook dengan mendorong tubuh tinggi besar itu. Membuat Jungkook terduduk di samping Sehee. Tanpa banyak bicara dan berpikir pula, Sehee segera berdiri menyejajari Jiyeon. Secara serempak, Jungkook dan Jiyeon melayangkan pandangannya kepada Sehee.

"Kenapa kau ikut berdiri?" bisik Jiyeon kepada Sehee, berusaha menjaga perasaan Jungkook.

"Karena kau berdiri, aku tidak mau duduk di samping orang asing," jawab Sehee dengan suara lantang, meruntuhkan benteng yang dibangun Jiyeon agar Jungkook tidak sakit hati.

"Duduk!"

"Tidak mau."

"Kubilang duduk! Aku tidak akan membelikanmu hadiah ulang tahun jika kau tidak duduk," intonasi suara Jiyeon akhirnya meninggi. Membuat Jungkook ingin mengintip sedikit adegan perdebatan keduanya lewat celah poninya.

Sehee segera duduk di samping Jungkook. Dekat. Terlalu dekat untuk Jungkook yang merasakan wajahnya memerah karena jarak lengan mereka yang hampir menempel. Jiyeon tersenyum melihat keduanya duduk di bangku yang sama. Puas dengan hasil kerjanya.

"Baiklah, aku akan pergi. Sampai jumpa nanti Sehee-ya, Jungkook-ah!" ucapnya seraya berlalu menjauh dari dua anak manusia yang sekarang duduk dengan atmosfer yang sangat canggung.

ScribblesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang