"Eh... Selamat siang, Pak!" Sehee buru-buru berdiri dan membungkukkan tubuh menghadap gurunya. Wajahnya memerah karena ketahuan sedang berpegangan tangan dengan Jungkook. Akal sehat Sehee mengatakan bahwa tidak ada salahnya berpegangan tangan dengan adik kelasnya yang imut itu, tapi hatinya terus saja merasa bersalah.
"Siang Kang Sehee," gurunya tersenyum, memunculkan beberapa kerutan di ujung matanya. Saat seperti ini, tidak akan ada orang yang mengira kalau pria paruh baya di depan Sehee itu kenyataannya sangat disiplin.
"Selamat siang, Pak!" Jungkook ikut membungkukkan tubuhnya. Berbeda dengan Sehee, Jungkook nampak mencoba menghindari tatapan gurunya itu.
"Siang Jeon Jungkook," senyum di wajah guru mereka sedikit pudar saat mengucapkan nama Jungkook, "kalian sudah rukun?"
Mendengar pertanyaan gurunya, dahi Sehee mengernyit. "Memangnya kami pernah berkelahi ya, Pak?" tanya Sehee dengan nada jenaka di ujung kalimatnya.
"Wah, Sehee ini baik hati sekali. Mungkin karena itu Tuhan memberikan jalan yang mudah untukmu masuk ke Universitas Seoul, ya?" Sehee terkejut. Gadis itu terkejut karena setelah tiga tahun berada di bawah didikan beliau, dia baru menyadari kalau gurunya yang satu ini religius. Dan karena gurunya tiba-tiba menyebutnya 'baik hati sekali'.
Seingatnya, Taehyung dan Jiyeon sering sekali memarahinya karena ia sering bersikap tidak peduli. Jiyeon juga pernah menangis karena ia pernah mengatakan suatu candaan tentang berat badan Jiyeon yang sering bertambah—iya, Sehee memang tidak pernah memilah kata-kata yang keluar dari mulutnya dengan baik.
Bahkan dulu saat Taehyung dan dirinya masih kecil, dia pernah mendorong Taehyung hingga sahabat karibnya itu menabrak ujung meja belajar Sehee. Sehee sudah lupa alasan di balik perbuatannya itu. Namun seingatnya, Taehyung tidak pernah menemuinya hingga tiga bulan setelah kejadian itu terjadi.
Membuat Sehee kecil menangis di depan rumah Taehyung, ia meronta ingin menemui Taehyung yang mengunci diri di dalam kamarnya karena takut bertemu dengan Sehee. Ia takut gadis kecil bertenaga banteng itu mendorongnya dari tangga yang berada tepat di depan pintu kamarnya.
"Saya tidak sebaik itu, Pak. Memangnya dari mana Bapak menyimpulkan kalau saya baik hati?" senyum di wajah Sehee belum luntur. Ide tentang dirinya yang baik hati masih terasa lucu di benaknya.
"Wah, benar-benar," gurunya menggelengkan kepala sembari mendecak, berulang kali melirik Jungkook yang masih menundukkan kepalanya dalam-dalam.
"Kalau aku berada di posisimu, aku tidak akan memaafkan orang yang mencorat-coret loker sekolahku dengan curahan hatinya."
Ah, masalah itu, batin Sehee. Tunggu, apa? Memaafkan?
"Pelakunya belum pernah menemui dan meminta maaf kepada saya, Pak" Sehee mengernyitkan dahinya semakin tidak mengerti dengan hal yang dibicarakan gurunya tersebut.
Setelah mendengar pernyataan Sehee, gurunya terdiam tanpa ekspresi. Matanya bolak-balik menatap Sehee dan Jungkook. Semuanya jadi jelas untuknya sekarang. Pria itu tahu kalau Sehee belum mengetahui akhir dari masalahnya di awal tahun pembelajaran kemarin. Ia juga tahu kalau bukan haknya untuk mengatakan hal itu. Jadi pria itu segera berpamitan untuk pulang setelah mengada-ada sebuah alasan.
Guru itu meninggalkan Sehee dan Jungkook yang kembali duduk berhadapan. Setelah kepergiannya, Jungkook tidak mengatakan sepatah kata pun. Ia juga tidak menatap mata Sehee yang selalu ia kagumi. Sehee tahu ada yang mengganggu bocah laki-laki yang tadi terlihat baik-baik saja itu.
"Jungkook, kau tidak apa-apa?" tangannya meraih pundak lemas Jungkook. Ada raut khawatir yang sangat jelas terukir di wajahnya.
"Noona..."
"Ya?"
"Aku pelakunya."
To be continued
A/N : can we talk about how unbelievably handsome Jungkook is in media? :"""""""" nah, we should talk about how my procrastinating self starting to go away right now :))) yeay, your votes and comments will be really helpful for this story. Ily bby <3
KAMU SEDANG MEMBACA
Scribbles
FanfictionSehee terlanjur bersumpah untuk membunuh siapa pun yang berani menyoretkan tinta ke lokernya. sekarang dia harus bagaimana?