2

10.3K 956 42
                                    

- Heart -

Suasana di kediaman Jung tampak seperti biasa. Para pengurus kebun sibuk dengan kegiatan mereka, begitu pula maid-maid yang mengurusi rumah. Namun jauh berbeda bila melihat ke dalam ruang tengah rumah. Orang-orang yang berada di sana belum membuka suara semenjak Mr. Jung menceritakan kenapa ia pulang sangat cepat juga mengenai bayi yang dibawa oleh Yunho.

Mrs. Jung memperhatikan bayi mungil itu sembari tangannya mengusap-usap pipi si bayi yang belum bangun. Manis sekali, batinnya. Melupakan kenyataan kalau anak semata wayangnya akan menjadi tersangka dari sesuatu yang dapat mempermalukan keluarga mereka. Bayi mungil itu sudah merebut semua perhatiannya.

Meraih lengan si bayi, menggenggam pelan dan menciumnya. Aroma khas bayi tercium. Seolah memutar waktu saat ia baru melahirkan si anak; rasanya sangat menyenangkan, bahagia dan hidupnya terasa lengkap. Bayi itu kembali menghangatkan dadanya.

Mr. Jung dan Yunho mengamati apa yang dilakukan oleh Mrs. Jung. Kelihatan sangat menyukai si bayi. Sebetulnya Mr. Jung juga tertarik pada bayi manis itu, ingin sekali menyentuh dan menggendongnya. Tapi.. mengingat masalah mengenai bayi tersebut belum selesai, beliau tak bisa melakukannya.

Menghembuskan napas kemudian menatap putranya, "jelaskan semuanya." Kata Mr. Jung.

Yunho menengadahkan kepala melihat sang appa menatapnya, "sudah ku katakan, aku tak mengenalinya. Sungguh!"

"Lalu kenapa dia bilang itu anakmu?" tanya Mr. Jung, "tak mungkin dia datang ke perusahaan dan menyerahkan bayi itu tanpa alasan. Kalau kau memang bukan ayahnya, dia pasti tak melakukan itu." Lanjutnya.

"Appa~" Yunho merasa terpojok. Apa yang dikatakan ayahnya memang benar, tapi ia sendiri juga tidak mengerti. Ia benar-benar tidak mengenali orang tersebut. Bertemu saja baru tadi pagi, "atau dia ingin memeras kita, mengaku-ngaku kalau bayi itu anakku." Simpulnya asal-asalan.

'Tuk'

Mr. Jung menjitak kepala Yunho. Bisa-bisanya pemuda itu berpikiran negatif di saat seperti ini. Bukannya membantu mencari solusi, malah membuat kesal. Apa gunanya sertifikat yang memuat nilai-nilai terbaik si Jung muda di berbagai bidang dipajang di ruang tengah kalau masalah ini dipikirkan tidak dengan kepala dingin? Rasanya ingin menjitak Yunho lagi.

"Kalian jangan bicara dengan suara keras. Lihat, dia mulai menangis." Kata Mrs. Jung menginterupsi perdebatan suami dan anaknya. Merengkuh tubuh kecil tak berdaya itu ke dalam dekapannya, menggendong dan mengayunkan pelan.

"Huks.. huks.." isak tangis dari si bayi mulai terdengar.

"Aigoo~ apa kau lapar, hum? Jankanman.." Mrs. Jung berlalu dari ruang tengah meninggalkan dua namja berstatuskan suami dan si anak yang terus mengarahkan tatapan kepadanya.

Lagi, Mr. Jung menghela napas lelah, "kau cari orang itu dan bawa kemari. Jangan pulang sebelum kau menemukannya." Titah sang kepala rumah tangga kemudian berjalan menyusul istrinya ke arah dapur.

"Mwo? Appa!" Yunho ingin protes, tapi ayahnya sama sekali tak mendengarkan, "hash.." ia mendengus lalu beranjak dari duduknya.

Mencari orang tadi? Oh ayolah, Seoul bukan kota kecil. Dimana dia harus mencari orang yang memberi ia bayi? Huh, benar-benar merepotkan.

~xXx~


Jendela yang tertutup dan cahaya lampu meja yang redup membuat keadaan dalam ruang kecil itu remang-remang. Sesosok orang tampak duduk di tepi ranjang dekat lampu berada. Tubuhnya bergetar, air mata yang membanjir terus mengalir tanpa henti membuat kantung matanya kian membengkak serta bibir merah yang meloloskan isakan. Membuat ia terlihat sangat menyedihkan.

HEARTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang