12

9.4K 765 20
                                    

ㅡ Heart ㅡ

warning : no edit,  foreign language not italic.


Senyum belum pudar di bibir merah milik pria menawan ini, malah rasanya ingin tersenyum sangat lebar memberitahu dunia bahwa hatinya tengah berbunga-bunga. Sorot doe eyes itu pun tak teralihkan dari seorang pria lain yang sedang berusaha menstabilkan napas setelah hampir dua jam menangis.

Jejak-jejak air mata masih tercetak di wajahnya membuat Jaejoong menahan kikikan di mulut. Bukan bermaksud jelek, ia sebenarnya tak menyangka si tuan muda akan menangis hebat begitu. Tapi.. sekarang ia paham–dia telah menjadi seseorang spesial di hati Yunho. Seseorang yang dianggap ada oleh pemuda tersebut. Bolehkah Jaejoong beramsumsi kini Yunho membutuhkannya?

Sebelumnya euisa sudah memeriksa keadaan Jaejoong dan memberi air mineral untuk membasahi kerongkongan. Namja cantik itu juga di bantu duduk bersandar pada headboard supaya tubuhnya bisa lebih bebas bergerak. Lengan Jaejoong memanjang menyentuh pipi Yunho lalu ibu jarinya mengusap bekas air mata di sana hingga namja Jung itu menoleh dan memperhatikan si istri.

"Kau semakin kurus Yunho-ah.."

"I-itu karena kau tidak mengurusku, huk!" tarikan napas yang membuktikan ia kelelahan sebab menangis. Menyentuh punggung tangan Jaejoong yang ada di pipinya.

"Kalau begitu aku akan memasak banyak dan kau harus menghabiskan semua." Sahutnya di sertai senyum tipis. Ia menikmati sentuhan kecil Yunho di tangannya, begitu pula dengan si namja tampan.

"Aku akan membawamu pulang, huk! Jika kondisimu sudah benar-benar pulih." Katanya lagi yang diamini oleh si namja cantik.

Dan selanjutnya mereka menghabiskan waktu dengan mengobrol. Perbincangan yang mengalir begitu saja tanpa hambatan untuk mencari suatu topik. Yah, banyak hal yang menjadi bahan pembicaraan–mulai dari Jaejoong yang memberitahu nama seorang teman yang ikut andil dalam malpraktek bersama para ilmuwan yang menculiknya, bagaimana mereka memperlakukan ia sehari-hari juga emosi Jaejoong naik-turun tiap Shirota mengajak bicara dan betapa tersiksa ia ketika tak dapat menggerakkan tubuh.

Yunho juga tak kalah bersemangat bercerita mengenai Kyuhyun. Perkembangan si bayi, kebiasaan baru dan tingkah-tingkah menggemaskan putranya.

Lalu usaha Yunho untuk mencari Jaejoong membuat si namja cantik mengeratkan pegangan tangan mereka yang sejak tadi tak terlepas. Pertemuan dengan Changmin yang memberitahu perihal Jepang. Junsu yang setiap kesempatan menyerukan pertanyaan sama yang kadang membikin Yunho stress sendiri lalu soal penggerebekan dan efek penculikan dari obat bius. Yunho tidak melewatkan sedikitpun. Tidak lupa mengenai orang tuanya yangjuga ingin segera bertemu si istri.

Tanpa terasa waktu berlalu. Bulan telah mengambil posisi untuk menggantikan pekerjaan matahari. Si namja tampan tampak menyenderkan kepala di tepi bangsal dekat kaki Jaejoong. Tertidur. Mungkin lelah karena bercerita dan menemani si istri mengobrol. Tidurnya tampak nyenyak meski dengan dengkuran halus lolos dari bibir berbentuk hati itu meski posisinya terduduk–mungkin tidak nyaman.

Jaejoong sendiri masih terjaga sembari memandangi wajah lelaki berstatus suaminya. Tangannya ia gerakkan menyentuh surai berwarna cola milik si pria tampan lalu mengusap pelan. Tak bisa ia lukiskan betapa bahagia hari ini dengan kata-kata, bahkan kata bahagia itu tak cukup menjelaskan semua.

Orang pertama yang ia lihat saat membuka mata dan mendengar kata rindu adalah suaminya sendiri. Ia teramat senang. Ia juga merindukan Yunho. Apalagi membayangkan kisah dimana si suami kebingungan mencari-cari dirinya–seulas senyum terbentuk di cherry lips itu. Terharu? Tentu.

Terima kasih Yunho.

Perlakuan mengusap kepala Yunho tampaknya makin membuat si namja tampan nyenyak dalam tidur. Terbukti dengan menggeser kepala merapat ke kaki Jaejoong dan bergumam pelan. Pria menawan itu Cuma tersenyum kecil lalu menyusuri wajah Yunho yang menghadap ke arahnya.

HEARTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang