- Heart -
Doe eyes tersebut melebar. Memancar takut serta kaget. Bila dulu sorot intam hitam itu bersahabat, maka kini berbeda sebab ia sudah tahu siapa sebenarnya sosok pria di hadapannya ini. Berkedok teman yang kemudian menjadikan dirinya sebagai kelinci percobaan. Meski mengaku bodoh, tetap ia korban disini. Dan.. kenapa ia bisa berada di tempat ini lagi? Tempat dimana semua masalah berawal.
Jaejoong mencoba menggerakkan tubuhnya. Tidak bisa. Bi-bius? Dengan kening mengerut melayangkan tatapan memohon pada pria yang masih betah menatapinya disertai seringai senang.
"Harusnya kau sudah tahu." ujarnya tenang berganti raut kasihan. Hanya pura-pura karena sesungguhnya smirk mengerikan itu tetap terpajang di bibir, "bagaimana kabarmu, hm?" mengusap pipi Jaejoong pelan dan mendapat pelototan dari namja cantik itu.
Pria ini terkekeh sebentar sembari menjauhkan tangannya lalu kembali menampakkan senyum sinis. "Dan anakmu..?"
Tatapan tajam si pria cantik kian lebar. Ba-bagaimana dia bisa tahu mengenai keadaannya yang telah memiliki seorang anak? A-ah.. jahitan di bawah perut sudah menjadi bukti kuat. Kembali satu kata yang berhasil memompa jantung terbesit di benaknya.
Anak.. anak..
Muncul tawa seorang bayi dalam pikirannya, berganti-ganti selayak slide film. Bayi kecilnya.. bagaimana keadaan si bayi kini? Makan dengan baik? Tidur nyenyak? Siapa yang akan mengurus? Mengajak bermain? Memberi vitamin? Membawa untuk pemeriksaan kesehatan? Dan hal lainnya berterbangan dalam kepala si pria canti membuat tatapan tajam tadi berubah sendu.
Kyunie..
Seandainya ia bisa bergerak, tentu saja melarikan diri dari sini. Sudah berapa lama ia terbaring? Sehari? Dua hari? Tiga hari? Seminggu? Sebulan? Jaejoong tak dapat memperkirakan waktu. Apalagi dengan bius yang membuatnya tak sadarkan diri juga mati rasa. Sungguh, dia tak mau berada di tempat ini. Ingin bertemu Kyunienya, memeluk, menggendong dan mencium bayi kecil manis itu. Ya, Jaejoong amat-sangat merindukan Kyunie kecil.
"Aku tak menyangka kau benar-benar hamil. Padahal sebelumnya aku ingin membuktikan dengan benihku." terselip nada kecewa yang membuat Jaejoong mengernyit risih.
Apa? Benih darinya?! Gah! Seumur hidup dia tak akan mau! Apa jadinya bila hal itu terjadi? Dia tidak akan memiliki bayi semanis Kyuhyun. Tak bertemu dengan Yunho, Mr dan Mrs Jung juga Junsu. Ia tak mungkin bertemu dengan orang-orang yang menjadi keluarganya.
Meski orang itu penyebab kelainan di tubuhnya, sekarang Jaejoong tak akan menyumpah lagi. Malah berterima kasih. Namun kalimat tadi terdengar menjijikkan di telinga seseorang berstatus sebagai istri dan ibu seperti dirinya. Ketidaksukaan jelas tergambar di wajah Jaejoong.
Si pria berjubah putih bak dokter memandang Jaejoong lekat disertai wajah serius. "Walau bukan karenaku, tak apa. Jahitan di bawah pusarmu sudah menjadi bukti aku berhasil." Menaik sudut bibir -menunjukkan senyum menyerupai smirk. "Dan urusankita belum selesai, Jejung."
~xxXxx~
Senyum tipis terukir di bibir hati milik pemuda bermarga Jung yang baru tiba di rumah. Sorot tajamnya tengah mengamati sosok kecil yang sedang duduk di dalam sebuah box berukuran 3x3 meter ditemani berbagai macam mainan. Suara-suara jeritan kecil yang keluar dari mulutnya menghiasi ruang tengah. Tampak asik sendiri. Senyum Yunho makin lebar.
Ah, Jagoan kecilnya kini sudah bisa duduk dan merangkak bahkan tengah belajar berdiri. Pertumbuhannya terbilang cepat, Yunho sendiri takjub tiap si bayi telah dapat melakukan sesuatu yang baru.
Inilah yang membuatnya menjaga kewarasan selama dua bulan terakhir pasca menghilang si istri. Alasan Yunho tetap bertahan, melanjutkan hidup dan bekerja. Untuk Kyuhyun. Bayi kecil itu tentu membutuhkan orang tua, meski ia kini sendiri. Walau Mr dan Mrs Jung ikut membantu mengurus si kecil, Yunho tidak ingin Kyuhyun kekurangan perhatian darinya. Maka dari itu berusaha semaksimal mungkin untuk selalu berada di dekat Kyuhyun–bagaimana pun ia adalah ayahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
HEART
Fanfiction[Republish. Dikarenakan masih ada yang mencari dan menanyakan keberadaan FF ini] Jung Yunho kaget bukan main ketika diserahi sesosok bayi ke tangannya. Terlebih penyerahan itu terjadi di lobby kantor, dimana banyak pasang mata yang menyaksikan. Apa...