D I R G A' S P O V
10 Juli 2013
Kegiatan ini sungguh membosankan. Coba mereka pikir, apa pentingnya memerintah anak baru untuk menggunakan atribut aneh, datang pagi-pagi, menulis surat cinta, joget di tengah lapangan. Hah? Dengan itu mereka beralasan melatih kedisiplinan? Alasan klise!
Aku masih menyusuri lapangan sekolah baru ini dengan santai—tanpa peduli dengan teman-teman lain yang sibuk berlari kesana-sini karena lupa membawa atribut lah, dapat hukuman lah. Pandangan kuedarkan ke sekitar, mencari gerombolan orang-orang yang mungkin kukenal. Namun pencarianku dikacaukan oleh senior yang sudah berteriak dengan toa di depan sana, menyuruh kami segera masuk barisan karena upacara akan dimulai.
Tanpa banyak protes, aku langsung mencari barisan A4 sesuai dengan pembagian kelompok kelas kemarin. Memang ini bukan pembagian kelas tetap karena belum dibagi kelompok IPA, IPS maupun Bahasa.
Dan di sana aku pertama kali melihatnya. Sedang berdiri dengan tatapan lurus di barisan paling depan, di samping barisan kelasku, tepatnya A3.
11 Juli 2013
Perwakilan dari setiap kelas yang meliputi ketua dan sekretaris diminta untuk berkumpul di aula karena akan ada pengarahan dari senior. Aku tak tahu bagaimana caranya bisa menjadi ketua, yang kutahu kemarin aku dengan paksa dicalonkan, terpaksa mengikuti alur kegiatan, dan terpaksa pula dipilih oleh anak-anak perempuan kecentilan di kelas ini.
Ruang aula terlihat lengang, hanya ada setidaknya dua belas orang dari perwakilan sepuluh kelas pada masa orientasi ini. Dan di sana aku melihatnya untuk yang kedua kali, sedang bertanya pada senior wanita yang sedang duduk pada kursi kayu di depannya. Hingga aku sadar bahwa ia akan menjadi alasan untukku mengenang masa-masa SMA yang tidak pernah terbayangkan.
25 Juli 2013
Sudah beberapa hari ini aku memerhatikannya. Dia masuk kelas X IPA 1, sedangkan aku X IPA 3, tidak terlalu jauh karena aku masih bisa melihatnya ketika pergi ke kantin atau perpustakaan.
Akhir-akhir ini aku tahu bahwa ia mengikuti ekskul jurnalistik. Dan entah ada tarikan apa yang membuatku beranjak mengikutinya juga, meninggalkan ekskul olahraga dan impian menjadi pemain basket yang sudah kubangun semenjak SMP.
14 Desember 2013
Pembagian raport sekaligus pengumuman juara diadakan hari ini. Pagi-pagi kami sudah dikumpulkan untuk apel dengan pemberian sambutan oleh kepala sekolah sekaligus mengumumkan peraih juara umum untuk semester pertama ini.
Pengumuman pertama dimulai dari kelas dua belas, dengan wajah-wajah yang sudah kuduga sebagai peraih juara tetap di SMA yang bisa dibilang favorit ini. Hingga sampai di kelas sepuluh IPA, kudengar namanya dipanggil dan seketika tepukan riuh membahana. Sosoknya berjalan anggun ke depan dengan seulas senyuman tipis yang membuat siapa saja kuyakin tak akan mampu untuk berpaling. Bahkan hanya senyuman tipis.
Dinara Reiska Winata. Hingga kusadari kekagumanku bertambah lagi untuknya.
5 September 2014
Siang ini kami diminta berkumpul untuk mengadakan pemilihan kandidat pengurus ekstrakurikuler. Pemilihan ketua OSIS sudah dilaksanakan beberapa hari yang lalu, dan ini saatnya pemilihan pengurus ekskul yang nantinya akan bergabung menjadi bagian dari anggota OSIS SMA Wiyata Mandala.
Beberapa hari ini banyak senior yang memintaku mencalonkan diri, karena kepengurusan di sekolah kami hanya dipegang oleh siswa kelas sebelas. Hingga akhirnya aku berbicara pada mereka untuk meminta Dinara mencalonkan diri, dan benar saja banyak yang memilih Dinara untuk menjadi sekretaris sekaligus partnerku selama satu tahun kedepan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tahu Diri [End]
Подростковая литератураCinta itu tidak selamanya harus diucapkan, bukan? Karena terkadang, semakin sering diutarakan perasaan itu akan semakin hambar.