Chapter 8

15.5K 1.4K 309
                                    

Hampir seminggu Aksa tidak masuk. 'Apa Aksa sakit parah?' Batin Pradit. Pemikiran yang aneh-aneh membuat Pradit terganggu. Akhirnya Pradit nekat mengirim pesan ke Aksa, isinya:

Aksa sakit apa? Mau dijengukin nggak? [Sent 14:13]

Tidak ada balasan. Lalu dengan nekatnya lagi, Pradit meadd id Line Aksa dan mengirim pesan.

S. Pradit: "Aksaaa. Sakit apa? Pradit jenguk mau?"

Hampir sepuluh menit tidak ada balasan. 'Gue gegabah dikit nggak pa-pa lah, Jo.' Batin Pradit.

Lalu Pradit menelepon nomor Aksa. Dering pertama, dering kedua, dering ketiga -diangkat!

"Halo?"

Suara Aksa. Berarti benar. Namun suaranya sedikit berat.

"Aksa?"

"Iya, ini siapa sih? Nggak ada nama nya di hape gue."

"Aksa sakit apa? Mau dijenguk?"

"Lah lo ngapain nelpon gue? Tauan nomor gue dari mana lo? Udah ah gue matiin!"

"Aksa tungguuuuu!! Aksa sakit apa? Mau dibawain buah? Parsel buah ya, rumah Aksa dimana? Nanti Pradit samperin kok!"

Hening selama beberapa saat. Pradit keringat dingin menunggu respon dari Aksa.

"Yaudah bawain parsel buah. Nanti gue kirimin alamatnya."

"Oke!"

Dan sambungan terputus dengan Pradit yang terlalu riang hingga dahi nya terbentur lemari bajunya.

"Aw sakit. Aduh." Pradit mengusap dahi nya lalu tersenyum lagi dan bergegas mandi.

*

"Yaudah tinggal aja, Jo. Nanti gue pulang naik angkot." Kata Pradit setelah samapai si depan rumah Aksa.

"Hah? Nggak deh, mending lo telpon gue aja, nggak pa-pa. Dari pada lo digrepe-grepe pas di angkot." kata Johan sambil menatap Pradit sedikit melotot.

"Ih, Johan! Jangan ngomong aneh-aneh! Iya, iya. Nanti di telpon deh." Pradit berjalan meninggalkan Johan dan masuk ke dalam gerbang. Berdiri di depan pintu rumah dengan gugup bak melamar seorang gadis. Pradit mengatur nafas dan mengetuk pintu.

Ketukan pertama.

Ketukan kedua.

Ketukan ketiga.

Hening.

Lalu pintu terbuka

Terlihat wanita cantik yang berkisar empat puluhan berdiri dihadapan Pradit. "Temannya Aksa, ya? Ayok nak, masuk dulu."

Wanita itu mempersilahkan Pradit masuk dan wanita itu masih berdiri dihadapan Pradit.

"Langsung ke kamar nya Aksa aja, nak Pradit. Nanti ibu bawain piring dan pisau ke atas. Itu buat Aksa kan?" Kata wanita itu-yang ternyata Ibu dari Aksa- sambil menunjuk parsel yang Pradit bawa.

Pradit baru sadar setelah berada di depan kamar Aksa. Sejak kapan ibu nya Aksa mengetahui nama Pradit? Memang lemot.

Pradit mengetuk pintu kamar Aksa dua kali dan masuk ke dalam. Di lihat Aksa masih tertidur-dengan posisi yang menghadap ke arah pintu-padahal sudah jam tiga sore. Pradit meletakkan parsel tersebut di meja nakas dekat kasur dan menghampiri Aksa. Berjongkok menghadap Aksa, Pradit menatap wajah Aksa. Karena iseng dan jahil, Pradit mengusap bibir bawah Aksa perlahan dengan jari jempolnya membuat si empunya terganggu.

"Bangun, nih Pradit bawa parsel nya." Pradit mengusap pipi Aksa lalu mengelus rambutnya.

Aksa membuka mata kaget, mengerjapkan mata nya beberapa kali dan langsung duduk. "Ngapain lo?"

Bitter SweetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang