Aksa sudah menceritakan semuanya kepada Avengers. Semuanya. Dan apa reaksi mereka? Bukan seorang sahabat kalau merespon dengan baik dan sempurna. Respon mereka tak lagi lain: oh gitu, yaudah lah, untung udah selesai, males dengar curhatan melulu.
"Tai lo pada, ya. Nggak di ceritain ngegas, di ceritain pada kayak monyet." ucap Aksa sambil melempar bungkus rokok.
Mereka sedang berada di halaman belakang rumah Aksa, dengan asap rokok yang mengebul.
"Terus gue harus respon apa, Sa? Harus nyanyi bareng Meghan Trainor yang lagu nya kekinian tuh yang No sambil joget-joget?" kata Akbar panjang lebar sambil berdiri.
"Nggak sudi gue liat lo joget, Bay." sahut Adit.
"Kok kamu gitu, Dit? Ngambek nih."
"Jijik, Bay."
"Muna anjing." sahut Bagas.
"Gue pepet nangis lo, Gas."
"Najis bego, Dit."
"Eh gue baru inget, kemaren Bunda bilang yang sebenernya ke gue." ucap Aksa tiba-tiba. Temannya langsung duduk fokus memperhatikan ucapan Aksa. "Alasan khusus dibalik Bunda ngelarang keras."
"Gue kalau jadi emaknya juga ngelarang, Sa." sahut Bagas.
"Lo nggak dipihak gue, Gas?"
"Lanjut dah, Sa."
Aksa terkekeh. "Katanya, anak Bunda kan cewek semua, tiga, kecuali Pradit. Nah, ada salah satu diantara mereka juga nyimpang."
"Buset. Cewek, bro?" sahut Akbar.
Aksa mengangguk lalu melanjutkan, "Bunda nggak ngasih tau anak keberapanya. Yang jelas dia udah nikah dengan pacarnya yang sejenis itu dan tanpa persetujuan Bunda," Aksa memberi jeda, mengembuskan rokok yang baru dihisapnya. "Makanya kemaren dia galak banget, tatapannya tajem."
Aksa menghisap dan mengembuskan rokoknya perlahan, lalu matanya menerawang langit.
"Terus lo gimana nanti?" tanya Rizki.
"Gimana apanya?"
"Yah, kan kemungkinan lo nikahin Pradit dikit."
Aksa tertawa membuat teman-temannya bingung. "Lo pikir, it last forever?" Aksa memberi jeda, mematikan putung rokoknya. Ada senyum sekilas di wajahnya. "Nggak, gue rasa ini cuma monyet-monyetan aja. Cuma karena nafsu yang nggak jelas," Aksa menyenderkan tubuhnya di tiang balkon, "Tapi pasti nanti kita berdua dapet yang emang Tuhan kasih."
Semua temannya melongo mendengar ucapan Aksa. Malah Adit sendiri yang bertepuk tangan. "Kamu hebat sekali, Nak."
"Lo pada kenapa sih." ucap Aksa jengkel.
"Yah jarang-jarang, malah nyaris nggak mungkin ucapan berbobot keluar dari mulut lo gitu aja." sahut Bagas.
"Gas, lo kok jahat jadi temen."
"Sama-sama, Aksa."
Aksa mencibir sambil menimpuk Bagas dengan bungkus rokok dan tertawa.
"Betewe, Sa," Akbar memotong tawa mereka. "Jadi yang ngegebukin lo waktu itu, siapa?"
Aksa berdecak, "Temen sekelas gue, Ibran. Kenapa, Bay?"
"Anjay ikutan manggil gue Abay, unyu, ya?" Aksa memutar bola matanya malas mendengar ucapan Akbar, lalu Akbar melanjutkan, "Terus, lo mau apain? Nggak asik kalau Avengers nggak turun tangan."
"Kita 'kan sepakat, urusan pribadi nggam dicampur." tukas Aksa dengan cepat.
"Nggak asik lo, masih aja deh," Rizki menyambar. "Ajakin ribut, suruh dia berantem juga. Jangan cuma bisa nyewain homoan dia supaya bisa ngegebok elu, Sa."
KAMU SEDANG MEMBACA
Bitter Sweet
HumorAngkasa Putra Nugroho, ketua dari geng yang disebut-sebut Avengers sudah berulah di awal mos dan membuat para guru memisahkan kelima anak anggota Avengers di beda kelas. Seorang remaja normal yang seketika berubah saat bertemu senior terimut seangka...