Epilog

21K 900 87
                                    

Two years later

Aksa sudah mengemas barang-barangnya. Kamar pun sudah tersapu bersih. Sang Mama sudah berteriak-teriak dari bawah, memanggil-manggil dan mengingatkan bahwa sudah jam delapan pagi.

"Mama ih, teriak melulu!"

"Heh, kamu kayak cewek, ya. Lamaaaa banget! Mama aja udah selesai packing dari semalem! Makanya semalem jangan ngayap!"

Aksa berdecak, "Kan semalem ketemu yayang dulu, Ma. Salam pisah."

Dan wajah Aksa memerah ketika mengingat apa yang dilakukannya semalam dengan Pradit. Sedikit olahraga ranjang tidak masalah, bukan?

"Kenapa kamu, senyam-senyum aja? Nah kan, ketauan ya abis ngapain." ucap sang Mama menyadarkan Aksa dari lamunannya.

"Ck, Mama apaan sih. Kepoooo." kata Aksa tertawa lalu membawa kopernya dan koper Mamanya ke taksi.

Pagi itu mereka berdua meninggalkan rumah, bergegas ke bandara, untuk mendatangi kota London.

*

Ruang tunggu untuk keberangkatan ke London cukup sepi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Ruang tunggu untuk keberangkatan ke London cukup sepi. Hanya ada beberapa orang berlalu-lalang dengan tergopoh-gopoh pagi itu. Aksa sudah mengecek linenya berkali-kali, tapi tidak ada satu pun sebuah pesan. Aksa melirik jam tangannya lagi, sudah nyaris pukul sembilan; kurang dua puluh lima menit lagi. Aksa cemberut, belum terlihat tanda-tanda Avengers maupun Pradit dan Johan.

"Sa, sepuluh menit lagi kita naik, ya. Takut nggak keburu." ucap sang Mama membuyarkan lamunan Aksa.

Aksa menghela napas, "Iya, Mama cantik."

"Sa, itu tuh gerombolan kamu, 'kan?"

Aksa mengikuti arah pandang Mamanya dan tersenyum lebar.

"Buset, makin tinggi lo. Liburan abis lulus ngapain?" Itu Bagas.

"Susu terus buset, mau nyusuin siapa sih lo nanti?" Itu Akbar.

"Najis sekarang udah kayak jerapah inggris." Itu Rizki.

"Gue cuma mau nitip bule inggris. Lu tau 'kan gue naksir banget yang bule-bule." Itu Adit.

"Bule kayak gimana dulu, Dit?" sahut Rizki dan Akbar bersamaan.

"Bawel deh kutu aer." ucap Adit.

"Gue kira lo pada udah nggak sudi liat gue." kata Aksa.

"Yah, kok lo tau."

Kalimat serempak Avengers membuat Aksa memutar bola matanya malas lalu tertawa. Sementara itu ia menghampiri Pradit sambil tersenyum.

"Makin tinggi juga si ganteng." ucap Aksa sambil mengacak pelan rambut Pradit.

"Kamu yang tinggi melulu. Sekarang berapa?" tanya Pradit.

"179."

"Tuh kan."

"Kamu berapa?"

"178."

"Yailah beda sesenti."

"Ih, aku udah bertahun-tahun baru naik dua sentimeter!"

"Takdir, beb."

Pradit memberengut sedangkan Aksa terkekeh, lalu Pradit tersenyum. "Pradit bakalan kangen Aksa."

"Apalagi Aksa. Bawaannya mau nyiumin Pradit mulu, apalagi..." Aksa berhenti teringat sesuatu, lalu berbisik. "Ah iya, masih sakit nggak?"

Pradit terdiam, lalu menunduk. Telinganya memerah. Sambil menggelengkan kepala ia berkata, "Udah nggak begitu."

Aksa menghela napas. "Bagus deh. Kapan-kapan ke London ya, kalau lagi liburan semester gitu."

"Kamu aja belum ke London, udah bawel amat, sih."

Aksa tertawa pelan, lalu mencubit hidung Pradit. "Yah, itu juga kalau kangen, sih."

"Skype-an terus makanya." ucap Pradit menatap Aksa dengan cemberut.

"Iya lah pasti. Tenang aja."

Dengan gerakan cepat Aksa mencium bibir Pradit sekilas. "Nggak usah panik, nggak ada yang liat."

"Disini 'kan ada orang." sahut Johan.

"Waduh, nggak keliatan. Yaudah deh ulang aja gimana? Izin dulu nih sekarang." kata Aksa dengan cengiran khasnya.

"Nggak perlu!" ucap Avengers dan Johan bersamaan membuat mereka tertawa bersama.

"Udah gih sana, jam sembilan take-off, 'kan?" tanya Pradit dan Aksa mengangguk. "Jangan aneh-aneh disana."

"Aneh-aneh gimana, sih? Disana juga bakalan dibully kalau ketemu yang gay kayak gini."

"Tergantung, Sa. Kalau kamu ketemu orang-orang kayak gitu, bisa aja 'kan."

"Ya kamu jangan gitu. Semoga aman-aman aja, gitu."

Pradit hanya diam lalu mengangguk.

"Sa, ayok. Nanti ketinggalan, jangan lama deh." sahut sang Mama.

"Iya Ma, iya!"

Pradit tersenyum. "Yaudah, sana. Hati-hati. Kalau udah sampai jangan lupa ngabarin."

"Iya ganteng, udah kayak emak-emak ya, bawel."

Mereka berdua terkekeh, lalu Aksa mengecup kening Pradit cukup lama. "Bye, gonna see you again as soon as possible."

"Just focus on your study. After you done it, focus about us."

"Aye, Captain! I love you, darl."

"Love you too, Angkasa."

***

A/N: yhaaaa, terima kasih atas partisipasinya!!!! Dengan ini gue deklarasikan, Bitter Sweet selesai! *wooo* /ditimpuk

Berniat untuk melanjutkan dengan plot Johan, dan cuma satu pov, nggak loncat sana sini. Tapi gue diomelin sama temen gue disuruh yang straight aja :(

Eh bentar gue inget nemu ginian disalah satu pusat perbelanjaan:

Eh bentar gue inget nemu ginian disalah satu pusat perbelanjaan:

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(Maaf gue tau ini gajelas cuma gue ketawa aja sendirian-_-)

Padahal gue udah ngebayangin kalo JoDit (Johan-Adit) bakal kayak gimana ceritanya dan lebih banyak plot-twist hwhw. Tapi yaudala ya, gue juga lagi terbang untuk bikin fanfic :^)

Much thankies gaes!

Tuesday, 5 July 2016 6:50 PM
Jakarta.

Bitter SweetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang