Chapter 13

13.9K 993 32
                                    

Johan's POV

Johan menghela napasnya melihat sahabatnya, Pradit, yang menatap seorang laki-laki tampan dengan semangatnya. Seorang lelaki yang selesai bernyanyi untuk pentas seni di akhir semester 4 membuat seluruh hall sekolah-yang merangkap sebagai tempat olahraga indoor-ramai oleh teriakan.

Mereka berkenal sudah sangat lama, tentu saja. Sudah 2 tahun mereka bersahabat. Dan faktanya bahwa sahabatnya ini gay, memang begitu ada nya.

"Kenapa sih? Nggak bisa diem amat lo."

Pradit menoleh. Menatap Johan dengan menggebu-gebu. "Johan kenal dia kan? Kenalin ke Pradit donggg."

Johan mendengus. "Nggak ah, males gue."

Pradit cemberut. Mendekatkan dirinya ke Johan sambil menggoyang-goyangkan lengan Johan. "Ayolah Jo, Pradit suka sama suaranya."

"Yakin suara nya doang?"

"Iya suara nya doang."

"Bukan orang nya, 'kan?"

"Bukan kok."

Lalu hening. Pradit mengerjapkan mata beberapa kali dan melanjutkan, "Kalau itu nggak tau juga." Pradit menyengir, membuat Johan jengah.

"Yaudah," Johan berdiri dari bangku nya dan berjalan sedikit, "Ayok. Sekarang kita ke dia."

Pradit menatap Johan kaget. "Kok sekarang? Nggak Jo, takut ah."

"Sekarang atau nggak sama sekali?"

Terlihat Pradit mengembuskan napasnya. Mengalah. Johan menatap Pradit yang berdiri dan berjalan gontai, namun Johan tidak menggubrisnya. Hingga mereka sampai di belakang panggung, dan melihat seorang laki-laki yang dicari.

Sebenarnya Johan sudah mengenalnya. Razky Fairzan Kleint, nama nya. Biasa dipanggil Razky, atau bisa Kiky. Memiliki darah campuran, Indonesia-Perancis.

"Ky!" Johan memanggil sambil melambai ke arah Razky.

Orang yang dipanggil pun menoleh dengan senyum mengembang. Wajah yang sempurna.

"Kenapa Jo?"

Razky menatap Johan dan Pradit secara bergantian. Lalu Johan membuka suara, "Biasa. Ada yang mau kenalan sama abang ganteng."

Razky tertawa renyah. Pantas saja semua wanita rela bertekuk lutut dihadapannya. Paras sempurna dengan tawa yang renyah. Jangan lupakan suara indahnya.

"Bisa aja, Jo. Udah kayak panggilan sayang aja."

Johan mencibir membuat Razky nyengir lebar. "Ini temen gue, Pradit," Lalu menoleh ke Pradit yang gemetaran. "Dia suka banget sama suara lo."

Razky merasa kaget dan tersanjung. Ekspresinya sangat jelas terlihat. "Benarkah? Terima kasih!"

Razky mendekatkan dirinya ke Pradit membuat Pradit semakin menegang. "Ayo, kenalan. Razky." Kata Razky sambil menjulurkan tangannya.

Pradit menerima uluran tangan Razky. "U-um, Pradit."

"Nah, udah kan. Gue mau ke kelas, Prad. Lo sama Razky aja." Johan berbalik namun lengannya ditahan. "Apa lagi?"

"Pradit sini aja. Sekalian gue kenalin sama temen-temen band gue. Udah sana Jo, nggak pa-pa." Sahut Razky membuat Johan menatap Razky bingung. Namun yang ditatap hanya tersenyum.

"Oke."

Dan Johan pun meninggalkan mereka.

*

"JOHANNNNN. KENAPA NGEIYAIN NINGGALIN GUE?" Johan menyumpal telinganya dengan earphone, berpura-pura tuli walau tidak mungkin. Suara Pradit cempreng sekali.

Bitter SweetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang