Aksa menatap pantulan dirinya di kaca. Ia habis menangis, sungguh. Dadanya masih terasa sesak. Aksa tersenyum masam, lalu tertawa parau. Menjijikan sekali seperti ini ternyata, bagaimana wanita yang dulu pernah ia perlakukan seperti ini, batinnya.
Suara pintu toilet terbuka menampakkan seorang Razky di pintu toilet. Aksa menatapnya tanpa ekspresi dengan mata yang sedikit sembab, menyedihkan sekali.
"Lo kenapa?" Suara Razky memecahkan lamunan Aksa. "Kacau banget."
Aksa mengedikkan bahunya. "Nggak pa-pa," Aksa menghela napas seraya berjalan mendekati Razky, lalu berdiri di sampingnya dan berkata, "Abis lo kelar nyanyi, 5 menit cukup." Lalu Aksa keluar dari toilet.
Aksa mengembuskan napas berat, menepuk pipinya sekali-duakali, lalu kembali ke mejanya. Terlihat Pradit dengan wajah yang khawatir, membuat Aksa meringis. Mengkhawatirkan Razky?
"Aksa, kemana aja, sih?" tanya Pradit setibanya Aksa di meja. Adit sengaja memesan meja yang terpisah-untuk dua-tiga orang dengan meja sejajar-agar Aksa dapat duduk bersama Pradit. Jangan lupa bahwa Adit juga ingin dudum dengan Johan.
"Kenapa?" Aksa menatap wajah Pradit yang agak panik.
"T-Tadi, Aki mau ke sini pas liat Aksa nggak ada," Pradit memberi jeda, ia menggigit kukunya. Apa seperti ini saat Pradit panik? "Pradit takut."
"Lho, kok takut? Siapa tau dia mau ngobrol doang?" Aksa menatap Pradit yang menggeleng cepat. Wajahnya amat gelisah, membuat Aksa bingung.
"Halloooo! Sekarang kita lanjut lagu kedua ya! Ayo tebak, kira-kira lagu nya apa? Ah iya, kalau ada yang mau request lagu bisa kok ke sini! Lagu apa aja, barat, jepang, korea, cina juga boleh!"
Suara cempreng khas MC membuat beberapa pengunjung tertawa dan ada juga yang mencibir. Aksa masih menatap panggung kecil itu, dan orang-orang yang menyiapkan peralatan musik mereka lagi. Di sana Razky menggunakan kursi bersama mik dengan gagangnya.
Dan nafas Aksa tercekat mendengar nada gitar yang sangat ia kenal.
Same bed but it feels just a little bit bigger now
Our song on the radio but it don't sound the same
When our friends talk about you, all it does is just tear me down
Cause my heart breaks a little when I hear your nameIt all just sounds like oooooh?
Mmm, too young, too dumb to realize
That I should have bought you flowers
And held your hand
Should have gave you all my hours
When I had the chance
Take you to every party
Cause all you wanted to do was dance
Now my baby's dancing
But she's dancing with another manSemua lagu yang dinyanyikan Razky dari hati. Dan hatinya untuk Pradit. Aksa menatap Pradit, ia membeku di tempat. Matanya menatap panggung tanpa berkedip. Aksa menghelas napas, tersenyum masam.
My pride, my ego, my needs, and my selfish ways
Caused a good strong woman like you to walk out my life
Now I never, never get to clean up the mess I made, ohh?
And it haunts me every time I close my eyesDan lagu mengalun begitu saja tanpa Aksa dengar. Masih setia menatap Pradit yang setia menatap Razky. Perutnya melilit, ia mulas. Wajahnya sudah entah seperti apa saat ini.
Suara tepuk tangan menyadarkan Aksa dari lamunannya. Pradit masih menatap ke panggung, menatap Razky. "Pradit," panggil Aksa seraya Aksa berdiri dari kursinya. "Pradit disini dulu ya, Aksa mau keluar sebentar." Dan Aksa keluar tanpa mempedulikan suara teriakan teman-temannya.
Aksa menatap langit, mengeluarkan sebatang rokok dan membakarnya. Menghisapnya perlahan, lalu mengembuskannya. Rokok memang selalu menjadi pelampiasan yang tepat untuk Aksa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bitter Sweet
HumorAngkasa Putra Nugroho, ketua dari geng yang disebut-sebut Avengers sudah berulah di awal mos dan membuat para guru memisahkan kelima anak anggota Avengers di beda kelas. Seorang remaja normal yang seketika berubah saat bertemu senior terimut seangka...