Mobil Rafael telah berada di pekarangan rumahku sementara aku masih bingung harus mempersilahkannya untuk masuk atau tidak.
"Kalau kamu belum siap aku ketemu orang tuamu gapapa ko, aku langsung pulang aja ya". Ucapnya
"Eh gak ko yank ayo masuk aja gapapa ko". Ucapku
"Kenapa baru pulang?". Tanya Ayah yang tiba-tiba sudah berada di depan pintu.
"Iya tadi Alya ada acara di kampus yah". Ucapku
Ayah tidak memperdulikan ucapanku, Ayah hanya memperhatikan Rafael.
"Saya Rafael om teman Alya". Ucap Rafael lalu mencium punggung tangan Ayah.
"Alya buatkan Rafael minum". Ucap Ayah
"Gak usah om, saya mau langsung pamit aja, permisi om". Pamitnya.
Mobil Rafael makin lama makin jauh meninggalkan rumah ku.
"Ayah mau bicara sama kamu Al". Ucap ayah lalu masuk ke dalam rumah.
"Duduk". Ucap Ayah
"Ada hubungan apa kamu dengan dia?". Tanya Ayah
"Namanya Rafael ya". Ucapku tapi kulihat tatapan Ayah semakin tajam menahan emosi
"Tadi kan Rafael udah bilang kalo dia temen Alya". Ucapku
"Ingat Al kalian berbeda ayah tidak setuju kalau kamu pacaran apalagi dengan non muslim, kalian berbeda". Ucap Ayah
"Tapi kami saling sayang yah". Ucapku mulai dengan nada tinggi.
"Sayang! Alya dalam agama kita gak ada yang namanya pacaran, itu termasuk zina Al, walaupun kamu harus menikah ayah tidak setuju kalau kamu menikah dengan dia". Ucap Ayah dengan nada yang tidak kalah tinggi.
"Terserah Ayah". Ucapku lalu pergi ke kamar.
Di kamar aku mulai menangis, menangisi keadaanku yang harus menjalani hidup serumit ini, aku tidak ingin ke hilangan Rafael, aku sangat mencintai Rafael.
"Al Bunda boleh masuk?". Tanya Bunda yang sudah berada di depan pintu kamarku.
"Kenapa? Bunda mau menghakimi Alya juga kaya Ayah?". Tanyaku dengan nada tinggi.
"Nggak sayang, Kamu jangan seperti itu semua kan bisa dibicarakan baik-baik". Ucap Bunda lembut.
"Udahlah Bun,Al capek Al mau tidur besok harus kuliah". Ucapku lalu menutup wajahku dengan selimut. Ku dengar Bunda menghela nafas mungkin Bunda lelah memiliki anak yang berwatak keras sepertiku.
_____________
Hari ini aku langsung berangkat ke kampus tanpa sarapan terlebih dahulu, karena aku malas kalau harus berdebat dengan Ayah lagi terlebih mengenai Rafael.
"Sayang ko kamu udah datang pagi-pagi begini, udah sarapan?". Tanya Rafael dan aku jawab dengan gelengan kepala.
"Kacian ayanknya aku, ayok ke kantin". Ucapnya sembari menyubit pipiku dan menggandeng tanganku menuju kantin.
"Ko Kamu diem aja si dari tadi yank? Kenapa?". Tanyanya
"Ayah nyuruh kita putus Raf". Ucapku lemas
"Hah! Ko bisa?". Tanyanya yang terkejut
"Aku bilang ke ayah kalau aku sayang sama kamu dan kita berpacaran, maafkan aku ya Raf". Ucapku menunduk
"Gapapa sayang bukankah akhirnya nanti orang tua kamu juga bakal tau, yaudah nanti aku kerumah kamu ya untuk jelasin ke Ayah kamu?". Tanyanya
KAMU SEDANG MEMBACA
Bismillah, Be Myself
Spiritual(Selesai) Aku hanya ingin menjadi diriku sendiri, terserah orang mau bilang apa yang penting aku tetaplah aku, aku tetap di jalur yang benar dan tidak melanggar aturan, tapi itu dulu sebelum aku menjadi seperti sekarang ini.. Inilah kisahku.