Part 1

24.6K 1K 24
                                    

Mery

Aku masih menunggu waktu menunjukkan pukul tiga sore. Aku hanya ingin pulang, meninggalkan ruangan ini. Kehidupan perkuliahan ternyata tidak semenarik yang aku bayangkan, tidak seperti apa yang aku harapkan saat lulus SMA dulu.

Disaat aku hampir menutup mata sepenuhnya akibat kantuk yang tidak tertahankan, akhirnya dosen menutup perkuliahan (pria tua ini sudah mengajar di kelasku hampir 6 pertemuan, dan aku masih belum mengingat namanya).

Aku bediri dan segera meninggalkan bangku. Tidak ada istilah menyimpan buku, karena aku hanya membawa tubuhku dan iPhone di tanganku. Entah kenapa aku tidak tertarik dengan kehidupan yang baru kumulai Agustus tahun lalu.

Aku berjalan di sepanjang koridor kampus sendirian. Sebenarnya ada banyak orang di sekitarku, ada yang sedang duduk bergerombol, mengobrol satu sama lain, orang-orang yang berjalan menuju arah yang sama maupun berlawanan denganku, ada sepasang kekasih yang duduk di bangku panjang di sisi koridor, terlihat menikmati waktu mereka, beberapa mahasiswa yang sedang berdiri di depan ruang kelas menunggu petugas atau dosen untuk membukakan pintu; beberapa sambil membaca buku, beberapa tertawa dengan temannya, dan ada juga yang duduk sendirian. Koridor ini sangat ramai, tapi aku lebih memilih berjalan sendirian. Terasa nyaman bagiku.

Aku berjalan ke arah lift yang terletak di ujung koridor, dan bersyukur karena saat itu tidak ada yang sedang menunggu lift. Aku menekan tombol turun.

Tiga sks yang sangat menjenuhkan membuat perutku lapar. Tujuanku saat ini hanya kantin, mengisi perut dan mendinginkan kepalaku yang sejak tadi harus berkorban diisi dengan ilmu-ilmu yang terlalu berat baginya. Setelah itu aku akan pulang.

Saat aku baru saja mulai melamun, akhirnya pintu lift terbuka, aku segera masuk ke dalam. Aku mempunyai kebiasaan untuk langsung menutup pintu lift setelah masuk ke dalam lift, jadi aku menekan tombol tutup.

"Hey tahan liftnya!" terdengar suara dari luar, aku segera memindahkan jariku untuk menekan tombol tahan.

Pemilik suara itu muncul. Seorang perempuan yang sepertinya seumuran denganku.

"Makasih ya." Katanya sambil terengah-engah.

"Sama-sama." Balasku singkat.

Aku menekan tombol lantai satu, kantin tempatku berkuliah terletak di lantai satu. Lift mulai bergerak turun. Suasana hening, namun tiba-tiba sesuatu yang konyol terjadi. Perutku menimbulkan bunyi gemeruyuk yang cukup keras untuk terdengar bukan hanya untukku. Namun anehnya, suara gemeruyuk itu tidak sendirian, perempun yang berdiri di sebelahku ternyata juga sedang lapar, karena bunyi perutnya tidak kalah keras dari milikku. Merasa malu namun geli, kami berdua tertawa kecil. Aku merasakan pipiku panas karena malu.
"Sorry, efek terjebak 3 sks mata kuliah abstrak." Kataku mengakhiri tawaku.

Aku menoleh ke arah perempuan tadi dan melihatnya nyengir.

"Kita ngalamin hal yang sama deh, tapi aku 3 sks lebih banyak. Mana yang ngajar banyakan ngomong ke slide." Katanya.

Perkataannya tidak lucu, tapi tetap tertawa geli karena masih mengingat perut kami yang berbunyi bersamaan.

"Sonya." Katanya singkat sambil menyodorkan tangannya ke arahku.

"Mery." Aku menjabat tangannya.

Ya, sudah adatnya untuk berjabat tangan dengan seseorang yang baru kita kenal.

"Keberatan kalau aku ajak makan bareng?" Tanyanya setelah jeda singkat perkenalan. Aku tersenyum.

"Engga kok, kebetulan aku juga belum makan siang." Jawabku.

Lift terbuka dan kami segera menuju ke arah kantin. 'Sepertinya aku akan punya teman baru.' pikirku. Aku mengikuti Sonya yang berjalan dengan cepat, mungkin tidak bisa menahan rasa lapar lagi.

Kami mencari meja yang kosong, dan segera mendapatinya tepat di bawah AC. Best spot. Kota dimana aku kuliah (Surabaya) memang terkenal dengan suhu udaranya yang tidak bisa dibilang biasa. Panas di Surabaya seakan tidak mau dikalahkan oleh kota lain di nusantara ini.

"Pesen apa? Aku yang traktir, sebagai tanda perkenalan, dan peringatan untuk menjaga rahasia tentang perisitiwa di lift tadi." Sonya tersenyum ke arahku. memecah lamunanku.

"Ummm, Good Day Freeze sama Nasi Goreng?" Aku memutuskan setelah berpikir sejenak.

"Seems like i just made friend with an illucionist." Katanya sambil nyengir.

"Kenapa?".

"Karena aku pengen mesen menu yang persis sama kamu." Katanya sambil merogoh tasnya dan menemukan dompetnya.

Aku hanya tersenyum ke arahnya. Dia meninggalkan meja sambil menuju ke counter tempat makanan kami dijual. 'entah angin apa, kayanya kami bakal cocok deh.' pikirku.

Sonya duduk di sebelahku setelah memesan makanan kami.

"Jadi, kelihatannya kita belum pernah bertemu sebelumnya." Kataku memecah keheningan.

"Aku sih udah, aku sering lihat kamu jalan sendirian." Katanya sambil tersenyum.

"Okay. Jadi kelihatannya aku belum pernah betul-betul memperhatikan sekelilingku sehingga belum pernah melihatmu sebelumnya.".

Sonya tertawa kecil.

"Aku jurusan Ekonomi Pembangunan, tahun 2015." Katanya.

"Aku Akuntansi, 2015 juga." Kataku.

Kami kembali terdiam. Uh, aku memang paling payah dalam hal memulai pembicaraan. Kami berdua terdiam sambil menunggu pesanan datang. Mungkin aku bukan payah, hanya terlalu lapar untuk mengobrol. Akhirnya makanan kami datang, dan kami makan dalam diam. Berkonsentrasi dengan apa yng ada di depan kami.

"Kamu dari Surabaya?" Tanya Sonya.

Kami baru menyelesaikan makan siang kami.

"Engga, aku dari Jakarta. Kamu?" Kataku.

"Aku asli sini. Papaku orang Jawa, tapi mamaku Batak.".

"Loh serius?" Aku cukup terkejut dengan perkataannya.

"Aku kira ga bakal nemu orang Batak disini. Aku Batak juga, udah ga asli sih, soalnya lahir dan besar di Jakarta." Lanjutku.

Terkadang ikatan suku dapat membuat kita merasa tidak asing dengan orang lain walau belum pernah bertemu sebelumnya.

"Oh ya? Kalau gitu kamu harus main ke rumahku kapan-kapan, mamaku pasti senang kenalan sama sesama orang Batak." Katanya sambil tersenyum lebar.

"Boleh." Balasku.

Kami kemudian ngobrol sambil menikmati hawa dingin AC yang berbanding terbalik dengan cuaca di luar yang menyengat kulit.

She is nice. Disaat aku berpikir akan berakhir sendirian untuk 3 tahun kedepan, ternyata aku bisa mendapatkan seorang teman juga. Aku betul-betul bukan tipe orang yang suka bergaul. Aku nyaman dengan diriku sendiri. Dunia dimana hanya ada aku, dan hal-hal yang kusukai.







A/N
Terima kasih banyak untuk teman-teman yang udah sempatin dirinya untuk baca cerita ini.
(P.S. Pardon my enormous typos, I'll fix it ASAP)

Vote, Comment, Follow. xoxo ❤

She Likes Girl ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang