Part 3

10.8K 844 48
                                    

Sonya

"Kamu udah nunggu lama?" Tanyaku pada Tomas.

"Engga kok, baru 5 menitan."

Jawabnya sambil tersenyum. Kami bertiga terdiam.

"Oh iya, Tom, kenalin ini sahabat aku. Mery."

Aku melihat ke arah Mery yang dari tadi menunduk. Mery mendongakkan kepalanya, lalu melihat Tomas. Dia tidak tersenyum.

"Tomas." Tomas menyodorkan tangannya.

"Mery." Jawab Mery singkat.

Mery menjabat tangan Tomas. Sebelum Tomas sempat mengayunkan jalinan tangan mereka, Mery melepaskan tangannya. Aku yang mulai merasakan suasana kikuk, segera mengajak mereka duduk.

Sepanjang makan siang, Aku dan Tomas banyak mengobrol. Mery lebih banyak diam. Dia lebih banyak mendengarkan, beberapa kali menjawab pertanyaan yang Tomas tujukan. Dan yang kutujukan, hanya agar aku tetap merasa keberadaannya di meja ini.

Aku merasa seperti kehilangan perhatian Mery kali ini. Dia tidak terlihat marah, hanya saja ekspresinya tidak bisa aku tebak. Uuh, aku kesal pada diriku, kenapa aku tidak bisa tau apa yang Mery sedang pikirkan.

"Ke belakang bentar ya." Mery beranjak dari bangkunya.

Aku dan Tomas melanjutkan pembicaraan, namun aku tidak bisa berkonsentrasi, aku masih bingung dengan sikap Mery.

Hampir 10 menit Mery sudah meninggalkan meja, dan belum kembali sejak tadi. Aku akhirnya meninggalkan Tomas di meja makan, dengan alasan ingin ke kamar kecil.

Aku menuju kamar kecil restoran itu, bukan dengan tujuan sebenarnya, tetapi ingin mencari tau kemana Mery pergi.

Saat aku memasuki kamar kecil, aku melihat bahwa tidak ada seorang pun di kamar kecil. Aku mulai panik.

Bagaiman kalau Mery lebih dahulu pulang, tanpa pamit dulu kepadaku. Kesalahan apa yang telah aku perbuat? Aku betul-betul bingung. Aku hendak kembali ke meja makan, saat aku melihat sosok Mery tengah duduk di salah satu bangku restoran, yang terletak di balkon. Aku segera menghampirinya.

Mery duduk disana sendirian, balkon itu terlihat sepi, hanya ada Mery yang sedang memandang ke arah luar restoran, tidak tau apakah dia sedang melihat pemandangan yang berada di depannya (restoran tempat kami makan terletak di lantai 7 sebuah gedung yang sekaligus adalah salah satu pusat perbelanjaan di Surabaya), atau hanya menerawang saja.

Aku duduk di sebelahnya, dan dia segera menyadari kehadiranku.

"Kamu gapapa Mer?" Tanyaku, sambil melihat ke depan, sama seperti yang Mery lakukan.

"Gapapa kok. Emang aku kelihatan kenapa-napa?" Jawabnya, aku dapat melihat senyum Mery dari ekor mataku.

"Aku dari tadi ngerasa kamu beda aja. Iya kamu emang dasarnya pendiam, tapi kali ini beda aja Mer. Rasanya kok perhatian kamu lagi terpecah. Kamu ada masalah? Atau Aku ada buat salah ya dari tadi? Atau kamu kurang nyaman karena tiba-tiba aku ngajak Tomas?" Tanyaku bertubi-tubi.

Mendengar itu Mery terdiam. Aku jadi gugup karena apa yang aku ucapkan tadi sepertinya berlebihan. Mery menarik nafas sejenak.

"Engga kok Son. Kamu kelihatannya asik banget ngobrol sama Tomas. Aku seneng kalau kamu nyaman. Dan gapapa kok Tomas ikut kita makan siang hari ini. Maafin deh kalau aku rada aneh. Tapi emang gapapa. Santai aja." Jawabnya.

Jujur aku kurang puas dengan jawaban Mery. Seperti ada yang dia coba sembunyikan. Tapi aku segan untuk menanyakannya.

Aku mengajak Mery untuk kembali ke meja makan. Tomas sedang asik dengan HPnya saat kami kembali. Kami melanjutkan perbincangan kami.

She Likes Girl ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang