Mery
Grab yang aku pesan sudah hampir sampai di kosan Sonya. Setelah menghabiskan seminggu penuh bersama Sonya, sudah saatnya aku kembali ke Jakarta. Aku hanya mendapat ijin seminggu dari kampus untuk tidak ikut kelas. Aku juga merasa tidak enak kalau harus mengambil libur lebih panjang dari pekerjaanku di Cafe Bang Jo. Jadi setelah tujuh hari penuh dengan nostalgia, Sonya revisian, jalan-jalan sore yang dilanjutkan dengan makan malam, dan seks, aku akan terbang kembali ke Jakarta, dan akan kembali lagi saat wisuda Sonya.
"Udah ga ada yang tinggal lagi kan? Coba periksa lagi, charger, powerbank, kaca mata, apa lagi ya?" Kata Sonya sambil sibuk mengambil alih ranselku dan memeriksa kembali semua hal yang aku butuhkan.
"Udah beres semua Son." Balasku sambil memeluknya dari belakang, walau sebenarnya aku hanya ingin menghentikan Sonya yang mulai mengacak-acak isi tasku.
Sonya memalingkan wajahnya untuk melihatku yang berada di belakangnya, yang saat ini menggerakkan tubuh kami ke kiri dan ke kanan seperti sedang berdansa. Dia tersenyum sambil terus menatapku. Hatiku masih tetap saja bergetar setiap Sonya menatap kedua mataku. Setelah puas menatapku, dia kembali memalingkan wajahnya kedepan.
"Kabarin aku, tepat saat kamu udah keluar dari pesawat. Ini perintah. Okay?"
"Bahkan kalau perlu, aku bakalan telpon kamu begitu pesawat landing." Perkataanku disambut dengan pukulan keras dipunggung tanganku.
"Jangan aneh-aneh! Ingat perintah pramugari tiap naik pesawat! Idupin hp hanya kalau udah sampai bandara."
"Iya iyaaaa." Kataku sambil memutar mataku.
Sonya menyandarkan kepalanya di bahuku sambil memejamkan matanya. Aku mengambil kesempatan untuk mencium lehernya. Sonya menikmati apa yang aku lakukan pada lehernya. Nafasnya menjadi lebih berat.
"Mer?" Sonya menggumamkan namaku sambil tetap menikmati posisi kami dan ciuman di lehernya.
"Hmm." Jawabku.
"Kamu udah mikirin, habis ini kita bakal gimana?"
Mendengar pertanyaan Sonya membuatku melepaskan ciumanku di lehernya. Aku berpikir sejenak, lalu menjawab...
"Kalau menurut kamu?"
"Iiiih. Aku kan nanyain kamu duluan." Sonya sambil menatapku tajam. Aku tersenyum, lalu membalikkan badan Sonya dan kembali melingkarkan tanganku di pinggangnya supaya tubuh kami tetap rapat.
"Untuk sementara, aku belum bisa ninggalin Jakarta, Son. Papa aku sendirian. Kakak dan abangku juga sibuk. Jadi mungkin untuk waktu yang belum bisa ditentukan, aku harus tetap di Jakarta buat temanin papa. Jadi untuk sementara juga aku cuma bisa kasih kamu dua alternatif. Kalau suatu saat papa aku mungkin nikah lagi, alternatifnya bisa berubah."
"Alternatif pertama, kamu bisa pindah ke Jakarta, dan tinggal sama aku."
"Atau, alternatif yang kedua, kalau kamu memang lebih suka ada disini, kamu bisa tetap stay disini, dan aku stay di Jakarta. Tiap minggu aku usahain dateng kesini. Aku bakal usahain setidaknya ketemu kamu dua kali dalam sebulan. Ga untuk selamanya, cuma mungkin sampai papa aku nemu pendamping hidup baru yang bisa jagain papa."
Tersirat rasa ragu di mata Sonya, karena setelah semua drama yang terjadi di dalam hidup kami, kami harus kembali terpisah jauh. Aku segera meraih wajahnya dengan kedua telapak tanganku, lalu mengecup keningnya.
"Percaya sama aku, ga akan terjadi apa-apa lagi sama hubungan kita. Aku bakal jagain kamu, dan bakalan jadi versi yang jauh lebih baik dari diri aku yang dulu. Aku janji ga bakal nyimpan rahasia apapun lagi dari kamu. Bahkan hal terkecil yang sepele sekalipun. Kamu percaya kan sama aku?"
KAMU SEDANG MEMBACA
She Likes Girl ✓
RomanceDisaat Mery berpikir akan menghabiskan masa kuliahnya sendirian, tiba-tiba dia bertemu dengan Sonya...