Part 10

9K 646 133
                                    

Mery

Setelah menempuh penerbangan selama dua jam, akhirnya pesawat yang kami naiki mendarat di Bandara Silangit. Aku dan Sonya berbegas turun dari pesawat bersama para penumpang yang lain.

Aku dan Sonya menghabiskan waktu liburan kami selama dua minggu di Jakarta sebelum akhirnya terbang ke Sumatera untuk menghabiskan sisa liburan kami di kampung halamanku, Tapanuli Utara.

Saat kami keluar dari pintu pesawat, aku melihat Sonya menggigil saat angin menerpa wajahnya dan merasakan penurunan suhu udara yang drastis di luar pesawat. Ya, udara di kampung halamanku memang dingin.

Letaknya yang tinggi dari permukaan laut, dan masih di dominasi oleh lahan pertanian, hutan, serta masih sedikitnya kendaraan dan bangunan membuat udara di sini masih sejuk dan bersih. Walaupun waktu sudah menunjukkan pukul 12.03 PM udara di tempat ini masih terasa dingin.

Aku tersenyum melihat Sonya yang menggosokkan kedua tangannya sambil menghembuskan nafas ke telapak tangannya agar terasa hangat. Aku memang udah bilang kalau udara di Tapanuli dingin, tapi aku lupa mengatakan kalau dingin bagiku artinya 'sangat dingin' bagi Sonya, yang tumbuh dan besar di Surabaya yang panas.

Di banding kampung halamanku, Malang masih kalah dingin.

Sonya hanya memakai crop top yang memperlihatkan sedikit bagian perut ratanya di balik cardigan merah yang dia pakai di luar.

Aku melepas hoodie tebal dengan gambar snoopy di bagian depan yang sedang aku pakai, aku pakai lalu memberikannya kepada Sonya. Aku masih memakai long sleeves t-shirt yang cukup tebal.

Sonya menerimanya tanpa berpikir dua kali dan langsung mengenakannya.

"Aku... ga nyangka bakal sedingin ini." Katanya dengan suara bergetar.

"Aku lupa kalau dingin dalam pikiran kita beda." Kataku.

Sonya terkekeh mendengarku.

Ukuran Bandara yang kecil membuat kami dapat mengambil koper lalu keluar dari bandara dalam waktu singkat.

"Now what?" Kata Sonya saat kami sudah keluar dari bandara.

"Kita tungguin uda aku di lapo sebelah sana." Kataku sambil menunjuk sebuah lapo (sejenis kedai kopi).

"Uda?" Tanya Sonya bingung

"Bapak Uda. Sebutan orang Batak untuk adik laki-laki dari ayah." jelasku.

Kami berdua lalu duduk di sebuah lapo kecil di dekat pintu keluar bandara.

"Kamu laper?" Tanyaku pada Sonya.

"Lumayan."

"Aku pengen kamu cobain salah satu makanan khas Tapanuli."

Aku lalu masuk ke dalam lapo dan memesan lampet (makanan yang terbuat dari olahan tepung beras, kelapa, gula merah, yang dibungkus di dalam daun pisang lalu dikukus. Disajikan saat masih panas.) dan dua gelas kopi susu. Aku keluar dan duduk di samping Sonya. Beberapa saat kemudian pesananku datang.

"Aku jarang banget ngerasain udara sebersih ini. Udaranya dingin tapi tetep segar. Pohon-pohonnya juga masih banyak. Aku bisa lihat alasan kamu seneng pulang kesini." Kata Sonya.

Sonya mengambil lampet yang masih mengepulkan uap. Dia membuka bungkus daun pisang yang menutupi lampet, lalu meniup lampet itu kemudian mengggigitnya setelah cukup dingin.

"Ummm... This is good." Katanya sambil terus mengunyah.

"Tenang, kita masih akan nyicipin banyak makanan enak lagi. Ini baru pembuka doang." Kataku.

She Likes Girl ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang