Part 8

10.3K 704 53
                                    

Mery

Aku melihat ke arah jendela, menyandarkan kepalaku ke sisi peron kereta api yang keras, berusaha melihat rumput yang ada di dekat rel kereta api yang dengan cepat berganti mengikuti gerakan kereta yang semakin cepat. Aku melihat dengan pandangan kosong.

"Kamu mikirin apa?" Sonya bertanya di sebelahku.

"Eh.. ga ada kok." Jawabku.

Aku memang sedang tidak memikirkan apa-apa. Setidaknya untuk saat ini. Perjalanan ini akan memakan waktu 12 jam. Dan yang bisa aku lakukan selain tidur, adalah berpikir.
Aku adalah tipe orang yang suka menghabiskan waktuku memikirkan segala hal. Jika berpikir adalah suatu profesi, maka aku sudah menggelutinya sejak lama, dan bekerja hampir 24 jam sehari.

"Kamu yakin ga ada yang kurang?" Tanya Sonya.

Aku mengalihkan pandanganku padanya. "Toothbrush, underwears, sun block..... yup, I'm pretty sure I don't forget anything. I guess I got all I need." Jawabku

"How about your macbook?" Tanya Sonya

Astaga! Aku juga udah duga pasti ada yang kurang.

"Uuuh!" Keluhku sambil menutup wajahku dengan kedua tanganku.

Aku memang pelupa. Sangat pelupa.

"It's in my suitcase. Ketinggalan waktu kamu nginap di kamar aku dua hari lalu" Kata Sonya sambil menyambungkan headphone ke iPhonenya.

"Aku tau kamu emang bisa diandalkan Son. Makasih ya." Kataku sambil memeluk Sonya erat.

Sonya hanya tertawa, sambil berusaha melepaskan tanganku.

"By the way, aku mau nanya sesuatu." Kata Sonya.

"Hmmm?" Aku bergumam.

"Kamu kok lebih milih naik kereta api kelas ekonomi? Disaat kamu bisa naik pesawat kelas satu." Tanya Sonya.

Aku mengangkat bahuku. "Lebih nyaman. Mungkin" jawabku.

"Seriously Mer. Kita bakal duduk di bangku dengan kemiringan 90° ini untuk 12 jam kedepan. Itu bukan jawaban." Kata Sonya sambil memutar bola matanya.

"Maaf deh kalau kamu ga nyaman." Jawabku.

"Eh bukan. Maksud aku bukan itu. Aku nyaman kok. Maksud aku, kamu bisa naik pesawat dan aku naik kereta api, dan kita tetep bakal jumpa di Jakarta kok." Kata Sonya.

"Son, aku yang ngajak kamu liburan bareng aku loh. Masa kita berangkatnya bedaan. Lagian aku juga udah bilang ke mama batalin tiket pesawatnya. Aku lebih senang naik kereta api." Jawabku.

"Kamu emang sahabat aku yang paling aneh Mer." Sonya menanggapi jawabanku sambil mengerutkan dahinya.

Aku tersenyum mendengar tanggapan Sonya lalu memalingkan wajahku kembali ke jendela.

Tiba-tiba aku teringat sesuatu.

"Oh iya Son. Kamu udah kasih tahu Tomas kalau dua bulan ini kamu bakal liburan bareng aku?" Tanyaku.

Sonya yang tadinya akan menekan tombol play di iPhonenya, mengalihkan pandangannya padaku.

"Udah. Tiga hari lalu dia ajak aku makan malam...." jawab Sonya.

"Dan?"

"Dia kecewa banget. Dan kesal kayaknya. Karena sebelum aku kasih tahu dia tentang liburan ini, dia bilang udah beli tiket untuk aku supaya ikut dia dan keluarganya ke Papua. Mau ke Raja Ampat katanya." Jawab Sonya.

"Dia ga tau kalau.... kamu ga suka laut?" Tanyaku.

Sonya menggeleng.

"Ga ada alasan kan untuk dia tau semua tentang aku?" Kata Sonya.

She Likes Girl ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang