Part 18

8.7K 579 119
                                    

Sonya

"Kado yang warna hijau ditegakin Son" Kata Mery yang sedang mengeluarkan sebuah Bintang berwarna keemasan dari kotak pembungkusnya.

"Gini udah belum?"

"Udah kok. Sekarang tinggal bintang Betlehemnya."

"Kamu kasih nama bintangnya Betlehem?" Tanyaku sambil tersenyum.

Mery hanya mengangguk sambil beranjak mendekati pohon Natal yang kini sudah dihiasi dengan berbagai hiasan berwarna-warni.

"Karena ini ide kamu buat pasang pohon Natal di apartemen aku, jadi kamu yang bakal letakin bintangnya diatas."

Mery menyodorkan bintang berukuran telapak tangan itu kepadaku.

Aku melihat ke puncak pohon Natal dan menyadari aku tidak akan bisa menggapai bagian atas pohon bahkan jika aku berjinjit.

"Mer, pohonnya ketinggian, aku ambil bangku bentar di kamar kamu ya." Kataku.

"Ga usah Son. Sini." Kata Mery sambil membungkukkan punggungnya sedikit "Aku gendong."

"Kamu yakin? Beratku nambah loh." Kataku dengan ragu.

"Iya aku tahu kok, keliatan leher kamu ada lipatannya." Goda Mery.

Aku memutar mataku, aku tahu Mery bercanda, walau dalam hati aku ingin sekali berdiri di depan kaca saat ini. Aku memang tidak bisa menahan diriku kalau sudah berhadapan dengan kue Natal buatan mama. Dan satu lagi. Aku anak tunggal. Tidak ada teman untuk menghabiskan belasan toples kue yang ada.

"Tapi tetep cantik kok." Lanjut Mery.

Aku tidak kuasa menahan senyum di wajahku. Mery bisa sangat manis terkadang. Dia sering mengatakan kalau dia bukan tipe orang yang romantis. Tapi dia tidak tahu kalau hal kecil seperti yang dia katakan tadi saja bisa membuat pipiku panas.

"Yaudah naik sini."

Aku lalu naik ke punggung Mery. Mery sedikit bergetar saat aku sudah berada digendongannya.

apa aku memang segendut itu ya? pikirku mulai cemas.

"Kiri dikit Mer." Kataku sambil berusaha meletakkan bintang keemasan tersebut di puncak pohon Natal.

Mery berpindah satu langkah ke kiri. "Udah?"

"Sebentar."

Akhirnya aku berhasil meletakkan bintang tersebut dengan sempurna di puncak pohon Natal. "Sudah! Aku udah bisa diturunin sekarang"

"Gapapa aku mau gendong kamu dulu." Kata Mery.

Mery lalu mundur perlahan, untuk melihat pohon Natal tersebut secara keseluruhan. Aku yang masih berada digendongan Mery, melingkarkan tanganku di lehernya. Ternyata berada di posisi ini sangat nyaman. Aku merasa seperti koala kecil. Aku membenamkan wajahku dileher Mery, menghirup wangi sabun Mery. Aku mempererat pelukanku.

"Perfect!" Kata Mery mengagumi hasil karya kami berdua.

Ada beberapa foto kami berdua dari berbagai tempat yang pernah kami kunjungi, atau foto yang aku ambil di apartemen Mery saat sedang iseng bergantungan di beberapa bagian pohon natal. Semuanya hasil potretan dari kamera polaroid milik Mery.

Pohon Natal ini kami beli sudah sejak seminggu yang lalu. Tapi karena kami sama-sama sibuk dengan banyak hal, seperti persiapan UAS, Tomas (yang ini khusus untukku), dan himpunan mahasiswa yang kuikuti, maka kami baru sempat memasangnya hari ini, 24 Desember. Mery tidak mau memasangnya sendiri.

Mery berjalan menuju TV lalu menyalakannya, memutar playlist lagu natal, dan seketika apartemen Mery dipenuhi dengan suara Ariana Grande. Mery's a rooted Arianator. Salah satu resolusinya tahun depana dalah menonton konser Ariana bersamaku.

She Likes Girl ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang