Mery
Aku berdiri di dalam sebuah lorong gelap. Ribuan lilin menerangi lorong di sepanjang lantai. Tempat ini tidak asing bagiku, seperti aku sudah sangat sering berada di sini.
Tapi kenapa aku tiba-tiba berada di sini?
Aku berjalan menyusuri lorong yang sepertinya tidak berujung ini. Terdapat pintu-pintu di sisi kiri dan kananku. Jumlahnya sangat banyak, ratusan atau mungkin ribuan.
Semua memiliki bentuk yang sama. Pintu berwarna cokelat setinggi tiga meter yang dipenuhi ornamen bunga-bunga di sudut kanan atasnya, dengan kenop berwarna emas berbentuk bulat.
Pintu ini memiliki bentuk yang sama dengan pintu kamar orang tuaku.
Kenapa ada sangat banyak pintu kamar mereka di tempat ini?
Rasa penasaran dan bingung mulai memenuhi kepalaku.
Aku memegang kenop dari pintu terdekat yang ada di samping kiriku. 'Sebaiknya aku membuka salah satu dari mereka agar aku tahu apa yang ada di balik pintu ini.'
Saat tanganku menyentuh kenop tersebut, tiba-tiba jantungku berdegup lebih cepat, dan dadaku terasa sesak. Aku merasakan tubuhku bergetar, dan keringat membasahi keningku.
Rasa penasaran kini berubah menjadi ketakutan yang menyelubungi diriku. Aku merasakan telapak tanganku juga berkeringat.
Kenapa?
Kenapa aku merasa sangat takut saat memegang kenop ini?
Aku berusaha menyingkirkan perasaan buruk ini sambil memutar kenop pintu tersebut. 'Setidaknya aku harus tahu apa yang berada di balik pintu ini.'
Saat kenop pintu sudah terbuka, aku mendorong pintu itu perlahan, rasa takutku bertambah besar, seolah-olah membuka pintu ini adalah keputusan yang salah.
Tiba-tiba aku menghentikan tanganku ketika aku mendengar sebuah suara dari dalam.
Suara desahan seorang wanita.
Ini suara mama...
Saat pintu sudah terbuka cukup lebar, aku memberanikan diriku mengintip ke balik pintu.
Siapa pun yang ada di balik pintu ini seperti mengirimkan energi negatif padaku. Perasaanku tidak enak. Jantungku seperti ingin meledak.
Deg!
Di depan kedua mataku, aku melihat dua orang sedang berada di atas tempat tidur. Tidak ada perabotan lainnya di kamar ini, hanya sebuah tempat tidur dan lampu.
Salah satu di antara dua orang di atas tempat tidur itu adalah mama.
Mama terbaring di bawah tindihan seorang pria. Tangannya memeluk badan pria itu, dan kakinya melingkar di pinggangnya. Aku tidak dapat melihat wajah pria itu karena dia memunggungiku.
Mereka berdua telanjang, tanpa balutan sehelai benang pun.
Aku melihat tubuh mereka berkilau basah di bawah sinar lampu, saling bersentuhan dan bergerak naik turun. Tidak ada ruang yang memisahkan tubuh mereka.
Tempat tidur yang mereka tempati bergoyang bersama gerakan tubuh mereka. Derikan tempat tidur itu membuat telingaku sakit.
Aku kembali mendengar desahan dan lenguhan mama.
Ya Tuhan, aku tidak seharusnya melihat hal seperti ini!
Aku merasa mual. Aku ingin muntah. Aku merasakan isi perutku berputar-putar. Aku ingin memuntahkan seluruh isi perutku.
KAMU SEDANG MEMBACA
She Likes Girl ✓
RomanceDisaat Mery berpikir akan menghabiskan masa kuliahnya sendirian, tiba-tiba dia bertemu dengan Sonya...