Part 17

9.3K 637 112
                                    

Mery

“Saya tidak akan memberikan tugas, tapi saya harap paper yang saya tugaskan kepada anda pada pertemuan sebelumnya…….” Laki-laki paruh baya yang semenjak tadi berdiri di atas podium akhirnya menutup pertemuan kali ini.

 

Wait.

 

Paper?

Aku lupa kalau dosenku yang satu ini pernah memberikan tugas apapun kepada kami sebelumnya. Setiap beliau masuk, pelajaran yang akan kuterima hanya ‘tutorial menjadi netizen yang baik dan benar’ seperti postingan seperti apa yang layak dan tidak layak untuk di upload di instagram, dan orang seperti apa yang tidak sepatutnya untuk diikuti di twitter. Dan hal itu yang membuatku menyukai mata kuliah ini.

“Mery!” Sebuah suara memanggilku dari depan kelas.

Aku menoleh ke arah sumber suara tersebut dan melihat satu dari sangat sedikit teman yang aku miliki (Karena Sonya selalu memaksaku untuk sedikit lebih membuka diri) melambaikan tangan kearahku. Dia berdiri dan menghampiriku yang duduk di pojok belakang kelas.

“Bel, kamu tahu ga bapaknya tadi tugasin paper apa? Aku kok lupa ya.” Kataku.

Bella menampakkan senyum miringnya dan menggelang-gelangkan kepalanya.

 

‘Apa? Aku salah apa?’

“Kamu di kelas ga pernah dengerin dosen ya Mer? Bapaknya tadi bahas tentang itu tiga kali loh. Ini fotoin catetanku aja. Ntar kamu cari jurnalnya di ruang baca. Apa mau bareng aku aja?” Tanya Bella sambil menyodorkan binder kecil berwarna hijau tosca.

Aku mengeluarkan iPhoneku dan segera mengabadikan tulisan tangannya.

“Kayanya kamu duluan aja deh Bel. Aku ada janji sama temen aku.” Kataku sambil menutup binder tersebut lalu mengembalikannya kepada sang pemilik.

“Sonya?”

Aku mengangguk kecil. Bella terdiam sejenak lalu memicingkan matanya ke arahku. Seketika itu juga aku merasakan jantungku berdegup cepat.

 

‘Dia tahu?!?!?’

 

‘Tolong bilang kamu ga tahu apa-apa.’

I never knew you had this scar before.” Katanya sambil memegang goresan kecil di dekat alis mataku.

 

Astaga Bella

Aku menghela nafasku yang terasa berat. Aku kira dia akan mengatakan kalau dia tahu hubunganku dengan Sonya.

“Apa?” Tanyanya bingung.

Aku hanya tertawa kecil melihat ekspresi bingungnya.

Semakin besar rahasia yang kalian simpan, kalian akan berubah menjadi lebih paranoid.

“Ga ada. Ya udah kamu ke ruang baca gih. Aku mau pulang.” Kataku sambil berdiri dari tempat aku duduk.

“Ya udah. Yuk jalan bareng.” Katanya sambil menarik tali sling bagku dengan semangat.

Aku memutar mataku tapi tetap mengikutinya dari belakang. Satu lagi orang yang punya semangat berlebihan seperti Sonya.

✡✡

Aku melihat jam tanganku untuk kesekian kalinya. Jadwal pemutaran film yang kami pilih sudah dimulai sejak satu jam yang lalu. Kami harus menunggu dua jam lagi untuk jadwal berikutnya. Aku kembali menyandarkan diriku kesandaran sofa cokelat tempat aku menunggu Sonya sejak tadi. Aku meremas dua tiket di tanganku lalu membuangnya ke tong sampah yang ada di sebelahku. Aku merasakan mataku mulai panas.

She Likes Girl ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang