[6] It's Really Happening

18.8K 1.4K 22
                                    

Shasa masih dalam keadaan mengantuk ketika keluar dari kamar. Padahal dia sudah menyiram wajahnya sendiri dengan air sekaligus menyikat gigi, tapi sepertinya ini akibat dari tidurnya yang tidak nyenyak semalam. Dia kesulitan menutup mata hingga waktu menunjukkan pukul 3 pagi padahal kantuk sudah menggandrungi.

Dan itu dikarenakan pikirannya yang terus saja tertuju pada Adiran.

Lelaki itu sudah memengaruhi dirinya hingga sejauh ini. Terjebak dalam pemikiran mengenai segala perilaku lelaki itu yang sungguh membingungkannya. Setelah pertemuan tak terduga itu, Shasa mengaku bahwa perasaan itu kembali datang menyerangnya. Belum lagi kejadian semalam yang masih dia ingat hampir setiap detilnya.

Namun tidak hanya itu yang menjadi beban pikirannya.

Melihat bagaimana respon orangtua mereka berdua, belum lagi teman-teman SMA-nya yang tidak sengaja mereka temui kemarin malam, ditambah lagi ucapan Adiran sebelum beranjak pulang semalam...

"Yang jelas, mulai sekarang, persiapkan diri aja."

Shasa menghela napas berat, memejamkan matanya yang terasa perih akibat kantuknya yang belum terbayar sepenuhnya, jari-jarinya menyisir rambutnya yang masih tampak berantakan meski sudah sempat disisir sebelum keluar dari kamar.

Memikirkan ucapan Adiran hanya akan membuatnya frustasi sendiri.

Shasa melangkah gontai ke dapur tanpa memedulikan kondisi rumah yang memang terasa tenang. Kakak-kakaknya pergi bekerja, adik-adiknya tentu saja pergi bersekolah, papanya yang sudah pensiun biasanya masih selalu dibutuhkan oleh perusahaan swasta itu hingga beliau tidak sepenuhnya lepas dari sana, mamanya mungkin sedang keluar berbelanja. Menyisakan dirinya yang masih berstatus pengangguran sebelum menjadi seorang mahasiswi.

Beginilah nasibnya selama 3 tahun belakangan ini. Dia bahkan sampai dijuluki sebagai anak perawan oleh kakak-kakaknya karena tabiatnya yang menghabiskan hidupnya dengan terus mendekam di dalam rumah. Betapa menderitanya menjadi seorang Shasa yang hampir tidak bisa melakukan apapun sebagaimana dengan gadis seusianya yang lain.

Pantas saja mamanya sempat mengusulkan untuk menjodohkannya dengan seorang laki-laki. Toh, pekerjaan sehari-harinya selama ini hanya membantu sang mama mengurus pekerjaan rumah tangga jika saja dia tidak memilih untuk pulang kampung beberapa kali dan mencari kegiatan di sana.

Shasa meraih gelas lalu mengisinya dengan air mineral, meneguknya hingga tandas, lalu hendak pindah ke ruang tengah berencana untuk menonton TV saja sambil menunggu mamanya pulang.

Tapi baru berhasil berbalik Shasa sudah menjerit saking terkejutnya mendapati seseorang sudah berdiri di depannya. Jantungnya serasa ingin lepas dari tempatnya karena ... ya ampun, apakah mimpinya belum juga kelar setelah semalam dia berani memimpikan Adiran dan sekarang masih juga memimpikan lelaki itu ada di hadapannya?

"Delapan lewat tujuh, lo baru keluar dari kamar?"

Shasa mengerjap berkali-kali. Memastikan bahwa lelaki itu sedang memeriksa arlojinya sebelum menggeleng-geleng pelan sambi menatap kembali dirinya. Masih belum menyangka bahwa Adiran berada di hadapannya sekarang.

Ya ampun, ini Adiran beneran!

Melihat gadis itu melongo parah, Adiran justru menoyor kening si gadis, melampiaskan kegemasannya. "Jangan keseringan begadang."

Shasa mengerjap kaget mendapatkan perlakuan Adiran. Raut wajahnya langsung berubah. "S-siapa yang begadang?"

"Perlu gue tunjuk orangnya?" Adiran justru menjingkat sebelah alisnya, mengangkat kembali telunjuknya bersiap untuk menoyor lagi ketika si empu langsung menarik kepalanya ke belakang. Memancingnya untuk menarik sudut bibirnya membentuk senyum asimetris.

(un)Expected 21stTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang