Eleventh

7.6K 432 3
                                    

Alexia Pov.

Kami akhirnya sampai di depan studio yang dimaksud Kak Leonard. Studio itu sangatlah besar dan megah.

Apa benar aku ditawari menjadi model di tempat ini? Kurasa Kak Leonard berbohong, deh.

"Kak, iya sih aku udah kurus dan orang bilang cantik. Tapi aku yakin kakak bercanda deh" ucapku sambil tertawa garing.

Gonya dan Kak Leonard memasang ekspresi datar.

"Jadi ini serius?" tanyaku sambil mengakhiri tawa.

"Seriuslah bego, ayo masuk" jawab Kak Leonard sambil menggeret tanganku memasuki studio itu.

Gonya mengikuti kami di belakang.

Astaga, Kak Leonard yang tampan ini menggeret tanganku.

Para pekerja studio tersebut memandangiku dan Kak Leonard dengan tatapan cemburu dan iri. Yah, mungkin yang perempuan cemburu padaku dan sebaliknya.

"Leo!" terdengar seruan seorang pria bertubuh gemuk yang sepertinya orang asli sini datang menghampiri kami.

Mereka berdua, Kak Leonard dan pria itu terlihat berbicara dengan bahasa Prancis sambil sesekali melirik ke arahku.

"Bonjour... " sapa pria Prancis itu kepadaku.

Ah iya, ini salam kan?

"Bonjour. .. " jawabku.

"Ya sudah, langsung mulai saja" ucap Kak Leonard padaku.

Aku pun berpose di depan kamera yang dipegangi pria gemuk itu.

Setelah selesai berpose, Kak Leonard datang sambil menyodorkan minuman dingin padaku.

"Merci" ucapku sok Prancis sambil membuka tutup botol.

"Iih, sok ya yang udah jadi model di Paris" cibir Kak Leonard.

"Ehehe..." aku nyengir kuda.

"Gonya mana? Kan tadi dia bilang mau lihat sampai selesai" cibirku.

"Gonya pergi, aku sih kurang tahu dia ke mana" jawab Kak Leonard.

Aku membuka smartphone-ku.

Gonya : Xia, aku pergi soalnya nggak mau ngganggu kalian berdua 😚

"Apa-apaan nih anak" gerutuku.

"Kenapa?" tanya Kak Leonard.

"Enggak, pemotretannya udah selesai, kan?" tanyaku mengalihkan perhatian.

"Udah, kenapa? Laper?" tanyanya, yah entah mengapa kali ini ia terlihat perhatian.

"Enggak, kok" jawabku berbohong.

"Kruyuk... " terdengar suara yang tak lain adalah suara perutku yang kelaparan.

Kak Leonard tertawa.

Aku menahan maluku.

****

Kami berdua kini sedang duduk di sebuah rumah makan yang tak lain adalah rumah makan milik Yono, eh, Yau Now. Terserahlah..., Yono aja deh, biar gampang.

"Mau pesen apa nih mbak cantik? Dia pacarmu, Leo?" tanya Mas Yono terutama kepada Kak Leonard.

Sepertinya ia tidak mengingatku...

"Apaan sih Mas Yono, dia itu cewek yang waktu itu aku bawa ke sini" jawab Kak Leonard sambil memasang wajah malu.

"Ooh, aku tahu! Yang gendut itu? Eh loh!" serunya terkejut memasang wajah yang juga terkejut.

Mas Yono wajahnya bisa santai, nggak?

"Ya udah, saya nggak peduli lagi, yang penting sekarang dia jadi cantik. Oh ya, mau pesen apa?" tanyanya untuk yang kedua kalinya.

"Nasi rendang satu sama es teh satu!" seru Kak Leonard.

"Lotek ada kan, Mas? Sama es jeruk? " tanyaku.

Kak Leonard terlihat terkejut mendengar pertanyaanku.

"Ada, ada... " ucap Mas Yono sambil sibuk mencatat.

"Ya udah, itu dulu aja, Mas" ucap Kak Leonard.

Mas Yono mengangguk-angguk lalu segera masuk ke dalam dapur rumah makan ini.

"Kamu serius mau makan lotek?" tanya Kak Leonard padaku.

Aku mengangguk.

"Lotek kan menurutku kurang ngenyangin, sayur doang, kan? Kamu juga kan udah lama nggak makan masakan Indonesia yang berlemak tinggi?" tanyanya dengan nada khawatir.

Hem, khawatir, ya?

"Ada apa memang?"

"Ya, aku berharap kamu makan masakan berlemak tinggi aja"

"Nggak, aku mau mempertahankan berat ini baik-baik" ucapku.

"Nggak, kamu harus makan masakan tinggi lemak!"

"Tapi, kan... " jawabku terpotong.

"Mas Yono! Rendangnya satu lagi! Loteknya bungkus saja!" terdengar seruan Kak Leonard memanggil Mas Yono.

Ikh....

Dan benar saja, beberapa saat kemudian Mas Yono datang membawakan dua piring nasi rendang dan sebungkus lotek.

"Silakan dinikmati... " ucap Mas Yono mempersilahkan.

Kami berdua segera menikmati nasi rendang itu, Kak Leonard menikmati dengan sangat lahap, sementara aku tidak begitu nafsu.

Aku kangen sih masakan ini, ini juga kan masakan yang sering ibu masak walau hanya di hari raya saja...

Sesampainya di rumah, aku merasa tubuhku sangat lebih berat dari sebelumnya.

"Pasti beratku naik banyak" gerutuku.

Aku segera naik ke atas timbangan, dan betapa terkejunya aku saat menyadari beratku telah naik dua kilo.

"Astaga!" jeritku.

Memang kuakui porsi nasi rendang di warung makan Mas Yono sangat besar, katanya "Khusus buat sesama Indo".

"Argh! Apa yang ada di pikiran Kak Leonard! Bagaimana kalau beratku naik lagi" gerutuku.

****

Beautiful GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang