Fifteenth

7.2K 421 1
                                    

Alexia POV

"Xia, sudah hampir mendarat nih pesawat!" terdengar seruan yang tak asing di kepalaku. Ya, ini adalah suara Gonya.

Aku membuka mataku perlahan-lahan dan menengok sekitar. Aku melihat Gonya yang sedang membaca majalah, dan Percen yang masih tertidur lelap.

Jadi ketika aku tidur, ia tidur juga, ya?

Aku tersenyum-senyum sendiri melihat wajah manis Percen yang masih tertidur pulas.

"Aku tadi dikit denger suara kamu ngobrol sama seseorang ngomong Indo tapi logatnya bule" ucap Gonya yang masih sibuk dengan majalahnya.

Oh, rupanya ia dengar tadi....

"Tadi aku bicara sama Percen, bule yang duduk di dekatku" ucapku.

"Ooh... "

Seorang pramugari datang menghampiri kami.

"Can you wake this boy?" tanya pramugari itu.

"I'll try" jawabku, sebenarnya aku ragu mau membangunkannya atau tidak. Tapi, aku akan mencoba, kan hampir sampai?

"Hei, bangun, Per!" seruku sambil menggoyang-goyangkan tubuhnya.

"Nichole...., iya sebentar" terdengar jelas ia menyebut nama itu.

Aku berdehem.

Ia akhirnya membuka matanya saat sadar bahwa aku bukan Nichole.

"Maaf, aku kira kamu Nichole pacarku" ucapnya sambil menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal.

"Nggak apa, kita hampir sampai" ucapku.

"Makasih sudah mau membangunkanku" gumamnya.

Aku tersenyum.

"Kamu bisa berbahasa Indo?" sahut Gonya sambil memincingkan kepalanya agar bisa melihat wajah Percen dengan baik.

"Ya" jawab Percen singkat, yah, mungkin ia masih sedikit mengantuk.

Tidak lama kemudian, pesawat yang kami naiki mendarat.

Akhirnya sampai di Indonesia....

Saat aku turun, aku berjalan bersama Gonya dan Percen.

"Hei, apakah itu Alexia!" terdengar seruan pria di telingaku.

Gonya sebenarnya sedikit ketakutan.

Beberapa orang pria mendekatiku.

Aku merasa tidak nyaman dengan kehadiran mereka.

"Hei, pergi sana!" seru Percen mengejutkanku, Gonya, dan para pria Itu.

Para pria itu pergi dengan wajah ketakutan.

"Pulang yuk!" ajak Percen.

"Pulang yuk?" gumam Gonya yang masih mencerna ucapan Percen.

"Iya, jadi apartermennya itu bersebrangan sama apartermen yang akan kita tempati" ucapku pada Gonya.

"Ooh" gumam Gonya.

"Kamu tinggal di kamar nomor berapa, Xia?" tanya Percen.

"Aku tinggal di nomor 112" jawabku.

Akhirnya, kami memutuskan naik taksi menuju apartermen.

Sesampainya di sana, kami berdua berpisah dengan Percen. Ya, walau masih bersebrangan.

Aku dan Gonya menggeret koper menuju apartermen kami.

Kami berdua mencari-cari nomor 112.

Setelah menemukan kamar nomor 112, kami segera masuk dan menata barang-barang kami.

Beautiful GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang