Twelfth

7.1K 403 1
                                    

Aline Pov.

Aku akhirnya sampai di rumah, hari ini aku pulang lebih pagi dari biasanya. Alasanya, aku berkata kepada bos bahwa aku ingin menemui adikku yang berhasil mejadi model di majalah X. Majalah X itu majalah paling terkenal di kota ini. Aku juga membawakan black forest untuknya.

"Xia!" aku memanggilnya.

Tak ada jawaban sama sekali.

Akhirnya aku berkeliling mencarinya di setiap sudut ruangan.

"Kemana dia?" tanyaku pada diriku sendiri.

Aku menelpon Alexia.

"Kau di mana?" tanyaku.

"Aku di taman kota"

"Apa?! Taman?" tanyaku terkejut.

"Iya"

"Aku akan pergi ke sana sebentar lagi!" seruku.

Aku pun mematikan telpon dan langsung berlarian menuju taman kota.
Sesampainya di sana, aku mendapati seorang gadis yang sepertinya Alexia sedang berlari-lari memakai jaket tebal.

Aku berlari menyusulnya.

"Xia... " panggilku.

Gadis itu menoleh, ah, dia memang benar-benar Alexia.

"Kamu kenapa jogging gini?" tanyaku khawatir. Lagipula kini kan ia sudah ideal.

"Aa... Aku... " jawabnya gugup, kelihatannya ia kesulitan mencari alasan.

"Kamu kenapa?" tanyaku lagi.

"Kan.... Kan aku harus berolahraga mati-matian lagi agar menjadi model yang professional!" serunya, tetapi tidak terlihat kalimat yang tulus benar-benar.

"Ya sudah, terserahmu saja, tetapi aku sudah membawakanmu black forest, looh" godaku.

"Hah, black forest?!" serunya terkejut.

Black forest adalah cake kesukaan Xia sejak masih kecil. Aku jadi ingat saat itu ibu tidak mampu membelikan black forest di hari ulang tahun Xia. Akhirnya Xia menangis sejadi-jadinya di hari saat usianya mencapai angka delapan tahun itu, lalu aku dan Kak Alpha mengeluarkan seisi tabungan kami untuk membelikan black forest untuk Xia. Yah walau itu adalah black forest termurah dan terkecil yang ada di toko itu, tetapi Xia benar-benar menyukainya.

"Mau makan, kan?" tanyaku.

Entah apa yang beberapa waktu yang lalu terjadi, namun Xia terlihat ragu menjawab. Ya, berbeda dari biasanya.

"Kenapa?" tanyaku.

Ia menggeleng.

Apa yang ia sembunyikan dariku?

"Ya sudah, pulang, yuk?" ajakku.

Kami pun akhirnya kembali ke apatermen.

"Sudah, ayo makan black forestnya!" seruku.

Alexia terlihat kebingungan.

Sungguh, kenapa dia?

Akhirnya pun ia mau memakannya.

Setelah itu, aku masuk ke dalam kamar untuk beristirahat.

Terdengar suara orang yang 'mengeluarkan makanan' tidak jauh dari sini.

"Apa itu Xia?" tanyaku pada diriku sendiri.

Aku segera berlarian mencari asal suara itu, betapa terkejutnya aku saat tahu bahwa suara itu berasal dari kamar mandi.

Ini sudah jelas Xia!

Setelah itu, Xia keluar dari kamar mandi, ia terkejut mendapatiku berdiri di depan pintu kamar mandi.

"Kau baru 'mengeluarkannya?'" tanyaku.

Ia pun mengangguk.

"Kenapa?" tanyaku khawatir.

"Jadi, tadi itu beratku naik karena makan banyak sekali" jawabnya sambil menunduk.

Yah, memang sih sulit menurunkan berat badan. Tetapi ia jadi tergila-gila mempertahankan berat idealnya.

"Ya, seharusnya kamu itu harus tetap makan" ucapku.

Ia hanya terdiam.

Tiba-tiba smartphone Xia berdering, Xia langsung mengangkat telpon itu.

"Ya?" jawab Xia.

"......."

"Ah, iya. Terima kasih!"

"......."

"Besok? Iya, saya bisa!"

Setelah itu, telpon dimatikan.

"Kenapa?" tanyaku pada Xia.

"Besok aku ditawari menjadi model sampul majalah Z, aku juga akan diliput majalah itu!" jawabnya bersemgat.

"Wah, selamat!" seruku.

"Iya, kak"

****

Esoknya, aku menemani Xia datang ke kantor majalah Z. Ya, hari ini aku libur.

"Lebih besar dari yang kemarin ya, kak" gumam Xia.

Aku hanya mengangguk.

Setelah itu, Xia difoto lalu ditanyai beberapa pertanyaan.

"Lalu kenapa kau tidak menjadi model di negaramu sendiri?" tanya seorang wartawan asli Indonesia.

Alexia terlihat tertunduk.

"Lah bapak kenapa bapak tidak menjadi wartawan di negara bapak sendiri?" tanya balikku membalasnya.

Bapak itu terlihat kesulitan menjawab sejenak.

"Itu kan karena saya dulu di Indonesia sudah dibanggakan di Indo, jadi kata bos saya, lebih baik saya pindah ke negara lain" sepertinya jawabannya tidak benar.

Aku hanya terdiam, namun Xia terlihat merenung.

Setelah itu, kami pulang ke rumah. Di setiap perjalanan pulang wajahnya pun terlihat masih kebingungan.

Huh dasar Pak wartawan pembawa masalah! Sekarang adikku sedih, kan?!

****

Hai, makasih yang udah baca cerita ini 😊. Besok Sabtu sampai hari Jumat depan, aku ada UKK, jadi mungkin aku akan update lagi Jumat depan/sabtu depan. Jadi tungguin, yaa.... 😁😀

Beautiful GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang