Prolog

130 3 2
                                    

Kumiko Mari adalah seorang siswi SMA yang takut untuk berteman dengan orang-orang baru. Sejak kepindahannya dari Fukuoka, ia masih belum bisa mendapatkan seorang teman pun. Tapi suatu hari Hisao Fumio, siswa yang populer di sekolah tersebut menyatakan perasaan pada Mari. Bagaimana kisah mereka selanjutnya? Komik dengan kisah cinta pertama yang menggetarkan hati.

"Komik? Lagi?"

"Hmmm."

Aku masih sibuk membolak-balikkan komik remaja yang menarik perhatianku sejak tadi. Aku putuskan untuk membelinya dan memasukkannya ke dalam tas belanjaanku.

"Hei, Chie! Kenapa tidak beli novel saja?"

"Novel? Aku tidak suka membaca cerita romantis yang tidak ada gambarnya."

"Hah, dasar kau ini. Lagipula lihat itu, tas belanjaanmu sudah penuh dengan komik. Menghamburkan uang saja."

Aika Shiori, sahabat yang aku temui ketika duduk dibangku universitas. Waktu itu kami bukanlah teman dekat, hanya saling sapa dan tersenyum. Entah kenapa setelah kelulusan, kami malah menjadi teman dekat. Shiori seperti cahaya dalam kegelapan bagiku, bertemu dengannya seperti membawa keceriaan kembali masuk ke dalam hidupku. Ia selalu ada ketika aku memintanya, menghiburku disaat sedih seperti yang dilakukan oleh seorang saudari perempuan.

Karena ini akhir pekan dan Shiori juga libur, jadi aku memintanya untuk menemaniku ke toko buku. Hal yang selalu aku lakukan jika uang saku-ku berlebih. Tapi yang sebenarnya, aku sengaja menyisihkan uang saku-ku untuk membeli komik. Salah satu hobi yang beberapa tahun ini aku gemari yaitu membaca komik remaja. Menurutku membaca komik jauh lebih menyenangkan karena bisa melihat bagaimana ekspresi karakter ketika menyampaikan perasaannya. Berbeda rasanya ketika membaca novel yang memerlukan imajinasi setingkat lebih tinggi untuk dapat membayangkan gambaran situasi dan karakternya.

"Kau membeli dua belas buah komik dan semuanya adalah komik remaja? Astaga, Chie!"

"Memangnya ada apa dengan komik remaja?"

Shiori tidak berhenti berceloteh sejak kami keluar dari toko buku. Aku memutuskan untuk mengajaknya minum di sebuah café yang terletak sekitar tiga blok dari toko buku tadi. Mendengarnya berkicau seperti burung gereja cukup membuat telingaku sakit. Selain itu karena saat ini sedang musim panas akan lebih baik jika menghabiskan waktu diluar bersama sahabatmu daripada berbaring di rumah sambil menyalakan kipas angin.

Sebenarnya Shiori juga seorang penggila komik. Dia bahkan memenuhi kamarnya dengan deretan komik, meskipun ia tidak menatanya dengan rapi. Namun, ia selalu mengomel ketika aku membeli komik yang ia sebut-sebut sebagai pemborosan uang. Aku fikir mungkin karena dia sudah bekerja dan merasakan bagaimana sulitnya untuk mencari uang. Itu sebabnya dia selalu marah jika aku menghabiskan uangku untuk membeli hal yang menurutnya tidaklah begitu berguna.

Shiori mungkin sedikit lebih beruntung dariku jika menyangkut masalah pekerjaan. Tidak butuh waktu lama baginya untuk mendapatkan pekerjaan setelah lulus universitas. Saat ini ia bekerja sebagai seorang wartawan untuk salah satu surat kabar harian di Yokohama.

Sedikit berbeda denganku yang belum mendapatkan angin segar sejak musim dingin tahun lalu. Setelah mengajukan lamaran ke beberapa perusahaan, tapi hingga saat ini tidak ada satu panggilan pun untukku. Kecewa mungkin adalah kata yang tepat jika mengingat tentang betapa sulitnya mencari pekerjaan di kota besar seperti Yokohama.

"Membeli komik itu memang seperti penyakit. Kau hanya tertarik untuk membacanya disaat itu saja. Setelah itu, semua komik-komik itu hanya akan menjadi sampah yang tidak tersentuh didalam kamarmu."

When Love is BreakingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang