Chapter 5 - LOVELY

193 27 2
                                    

Chaeyoung POV

"Jangan berisik, kau tidak usah takut, ada aku disini" ucap Jackson.

Lagi-lagi ia mengatakannya dengan memjamkan mata.

"Hhhmmm"jawabku sambil tersenyum.

'Astaga! Apakah tadi aku mengatakan kalau dia itu tampan? Aiissh Chaeyoung-ah kau ini bicara apa sih' batinku. Kenapa tiba-tiba aku berpikiran seperti ini. Sebelumnya aku tidak pernah memuji ketampanannya.

Setelah 1 jam flim itu diputarkan, aku dan Jackson keluar dari bioskop kemudian berjalan kaki untuk pulang. Hening. Tidak ada yang membuka pembicaraan duluan diantara kami. Jujur saja aku malu pada Jackson, saat aku mengatakan bahwa dia tidak begitu jelek dan ia menjawab ucapanku. Sungguh aku malu sekali. Aku tidak pernah memuji ketampanannya di depan Jackson. Memang tampan. Sedikit.

Karena aku merasa canggung jika aku dan Jackson hanya diam dan hening lumayan lama seperti ini, akhirnya aku membuka pembicaraan.

"Kenapa Wendy mengejarmu seperti tadi?" tanyaku

"Kau kan tau Wendy jika melihatku, seperti melihat bidadara dari kayangan yang sangat tampan dan baik hati." jawabnya percaya diri

"Mbllleeee.." ejekku

"Aku serius Jackson"lanjutku

"Yaa biasa ia mengajakku berkencan" jawabnya

"Tapi tadi itu beda, Wendy terlihat begitu kesal hingga ia berlari dengan sangat kencang mengejar kita. Kau apakan dia?" tanyaku lagi

"Ooooohh tadi aku mengerjainya lagi hehe. Kau tau perasaanku jika Wendy sudah mengejarku? Rasanya aku seperti dikejar malaikat pencabut nyawa yang akan segera dicabut nyawanya" jawabnya dengan ekspresi yang begitu lucu

"Hahaha... Yaa! Kau ini bicara sembarangan, hahaha"

"Bukan sembarangan ini itu kenyataanya" jawabnya lagi

"Hahaha nde arraseo" ucapku sambil melihat wajahnya

"Lagipula kenapa tidak kau lawan saja dia, kau kan laki-laki masa kau kalah dengan wanita, dan Wendy itu anak kelas 1 pula?"

"Yaa! Kau itu tidak tau rasanya bagaimana ketika aku dilemparkan wanita itu seperti melempar bola bisbol. Itu sangat sakit sekali rasanya badanku mau remuk" jawabnya sambil memgang punggung dan bahunya

Aku yang melihat Jackson seperti itu merasa kasihan. Saat kami jalan menuju rumah, aku menemukan kursi taman. Langsung kutarik tangan Jackson untuk duduk dikursi itu. Kemudian aku langsung memukul pelan bahu dan punggungnya yang terasa pegal.

"Ahh ani ani, tidak usah" tolak Jackson

"Aaiissshh kau ini sudah nurut saja padaku" sambil memukul pelan lagi punggungnya

Jackson terus menghindari perlakuanku dengan memegang tanganku, tapi aku terus melakukan apa yang akan aku lakukan. Dan yaa akhirnya Jackson mengalah padaku.

Setelah beberapa menit aku memukul pelan pada punggung Jackson aku berdiri dari kursi tersebut.

"Sudaah, kajja" ajakku

I'm HereTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang