Chapter 21 - The New Beggining

4.6K 254 8
                                    

Aku mondar-mandir di sekitar ruangan, menidurkan Edmund di gendonganku. Aku bersenandung, mengamati matanya yang perlahan terkulai lemas, mata berwarna biru abu-abu. Mata Edelmar.

Anakku lahir 9 bulan yang lalu, tapi setiap kali aku bernostalgia, rasanya seolah-olah baru saja kemarin . Edmund Audison Salvatore, anakku.

Aku tersenyum saat bibir mungilnya membentang untuk menguap. kelopak matanya tertutup sekali lagi sebelum benar-benar tertutup. Aku mendesah saat aku berbalik ke arah kamarnya.

Tak lama setelah Edmund lahir, ruangan lain ditambahkan ke suite kami. Ruangannya indah, ruang persegi dengan langit-langit berkubah yang terbuat dari kaca patri. Karena bentuk kubah, matahari terus-menerus bersinar melalui kaca patri, lukisan di dalam ruangan dalam berbagai warna. Di tengah ruangan kecil itu terdapat tempat tidur Leipold. Tidak seperti boks bayi pada umumnya, Leipold berbentuk oval dan ada tirai bertransparan di pinggir atasnya. Aku juga membeli tempat mandi dan lemari bayi. Edelmar bersih keras membeli rak buku yang dominan diisi dengan buku pengetahuan dan sejarah, aku yang saat itu melihatnya membeli buku sebanyak itu hanya memandanginya dengan bengong.

"Anak kita laki-laki dan akan menjadi raja. Aku ingin memberinya banyak pengetahuan sejak dari kecil. Uhm, seperti ayah nya ini." Aku hanya bisa tertawa dan membiarkannya membeli buku-buku itu.

Hati-hati aku merayap ke dalam ruangan, tidak ingin membangunkan bayiku. Aku menidurkan Edmund di tempat tidurnya dan membungkus tubuhnya dengan selimut. Aku menyandarkan bantal disekitar Edmund, membuatnya merasa seolah-olah aku masih memeluknya. Aku berdiri sebentar, menatap putra ku penuh cinta. Aku begitu sibuk memperhatikan putra ku sampai aku tidak mendengar seseorang datang ke ruangan.

Seseorang memeluk ku dari belakang, mencium pipiku.

"Aku belum melihat mu sepanjang pagi. Aku bahkan harus melewatkan sarapan untuk menghadiri pertemuan itu," Edelmar bergumam di telingaku.

Aku bersenandung. "Yah, aku di sini sekarang," kataku. Aku berbalik untuk melihat ke dalam mata abu-abu-biru nya. Aku mencium bibirnya dengan manis sebelum tersenyum padanya.

Aku mengambil tangannya sebelum membawanya keluar dari kamar putra kami. Kami berdua secara bersamaan berbalik untuk melihat Edmund satu kali lagi sebelum menutup pintu di belakang kami.

"Omong-omong," Edelmar bicara. "Ada surat dari beberapa teman-teman masa kecil ku. Mereka tidak menghadiri pernikahan kita jadi mereka akan datang untuk berkunjung."

"Aku akan senang untuk bertemu dengan mereka," aku tersenyum. "Jadi, apa mereka pangeran atau raja?"

"Yah, tiga dari mereka raja ... tapi satu lagi seorang wanita."

"Oh, bagus! Aku yakin pertemuan nanti akan jadi lebih menarik jika ada wanita juga. Supaya bisa meredakan ketegangan sedikit." kataku, sedikit lega karena bertemu teman-teman suami ku sepertinya tidak akan terlalu buruk .

"Kau tidak marah?" Dia bertanya.

"Tentu saja tidak. Kenapa aku harus marah?"

"Anggap saja aku senang kau bukan tipe pencemburu," katanya sambil tertawa.

Aku tertawa. "Sepertinya kau beruntung. Tapi aku harap mereka tidak akan mengambil banyak waktumu." bisikku, saat aku menariknya ke dalam ciuman.

Dia menarik diri. "Pasti tidak akan," Edelmar berkata sambil mengangkat ku, membawa ku ke kamar tidur kami.

-------------------

Gimana menurut kalian? Sorry kalau pendek karena memang aku sengaja huat segitu jadi kayak awalannya gitu, sesuai judulnya. Jangan lupa Vomment nya yaaaa.

Aku bakal lanjut kalo yg vote lebih dari 100.

Oh ya, baca ceritaku yang lain juga yah. Airhead dan My Life With a Vampire. Jangan lupa juga ya votenya. Ceritanya ga kalah seru juga kok ;)

Princess AmorettaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang