Chapter 7 - New Suite and Conspiracies

10.8K 606 9
                                    

Amoretta POV

Aku tersentak bangun menyadari bahwa kereta telah berhenti bergerak. Aku duduk tegak, mencoba untuk meregangkan tubuh di ruang kecil ini. Aku baru sadar kalau aku sendirian di kereta, dan aku senang karena pangeran dan ayahnya telah terlebih dulu meninggalkan kereta. Aku memandang ke luar jendela dan melihat langit gelap dan hanya ada cahaya dari istana Forsythia untuk membantu aku melihat.

Aku memandang keatas untuk melihat istana Forsythia, lebih tepatnya istana milik Raja Daivian. Forsythia berdiri kokoh dan indah. Aku menatap istana, membuatku terpana oleh keindahannya.

Terdapat pilar tinggi yang terbuat dari marmer putih. Pilarnya besar, tapi tidak cukup besar untuk menjadi tebing. Aku bisa mendengar suara air dan aku bertanya-tanya apakah itu suara air laut. Satu-satunya hal yang tampak akrab adalah bintang-bintang di langit malam dan anak kuda yang indah (bayi kuda) berdiri beberapa meter dari kereta.

Aku membuka pintu, kantuk masih mengaburkan pikiranku. Aku melompat, terkejut melihat tangan yang menunggu untuk membantu ku turun. Aku menelusurinya sampai ke wajah pemilik tangan itu ... yang kebetulan adalah Edelmar. Aku menolak bantuan darinya dan melompat dari kereta. Lalu menggapai tangannya, hanya untuk menyadarinya kalau aku akan terjatuh karena pijakan ku. Wajahku hampir menyentuh tanah, sampai tiba-tiba berhenti.

Aku tersipu saat aku sadar bahwa aku berada di pelukan Edelmar. "Kau bisa membiarkan aku pergi sekarang." Kataku. Tapi aku tidak menjauh darinya.

"Tentu saja," jawabnya, tapi dia tidak bergerak untuk membiarkan aku pergi.

Dia membungkuk ke arah wajahku, dan aku merasa diriku bergerak lebih dekat.

Apa yang aku lakukan?

Aku membeku, aku tidak dapat bergerak selain hanya bisa menatap wajahnya. Dia menyadari kalau aku membeku dan membiarkan ku pergi, aku memalingkan muka. Aku benci dia, aku benci dia, aku benci dia ... aku mengulangi kalimat itu berulang-ulang sampai aku yakin kalau kalimat itu adalah sebuah fakta.

Aku mengabaikannya dan pergi ke anak kuda yang aku bawa dari Evania. Dari fitur-fiturnya, aku menyadari kalu itu adalah Warmblood Belanda, dan anak kuda itu masih sangat muda. Mungkin tingginya sekitar 3 sampai 4 kaki. Anak kuda itu menggigil, panik mencari-cari ibunya. Hatiku melunak saat melihat itu. Aku melepaskan jubah Edelmar dai tubuhku, yang kemudian aku sadari kalau Edelmar sedang mengawasi ku. Aku melepas jubah milikku sendiri dan meletakkannya di anak kuda. Anak kuda itu menatapku curiga tapi menyerah saat aku memeluknya erat-erat dan mengusap puncak kepalanya

-KEESOKAN PAGI-

Amoretta POV

Setelah saat aku tahu dimana kamar ku, aku cepat-cepat menanggalkan pakaian, dan menjatuhkan diriku ditempat tidur.

Saat aku bangun, aku melihat barang-barang milikku telah dikemas dalam tempat yang tepat. Kemudian aku putuskan untuk mengambil sedikit waktuku untuk menjelajahi kamar baru ini.

Aku berjalan keluar dari kamar, dan masuk ke ruangan lain, lebih tepatnya ruang tamu. Ada dua sofa yang persis sama dan kursi yang cocok. Tema ruangan yang hijau, pink, dan putih. Ada dua pintu ganda. Pintu ganda yang satu mengarah ke lorong.

Aku memasuki pintu ganda yang satu lagi. Aku membuka lebar mataku dan hampir pingsan karena terkejut. Ternyata ruangan besar ini hanya kamar mandi. Ada bath-up besar seperti kolam renang. 5 pilar yang terhubung ke langit-langit berada di sudut-sudut. Penasaran, aku berpaling pada salah satu dari dua tombol di kepala kolam renang. Aku menekan salah satu tombol dan air mulai keluar dari spouts persegi panjang, mengalir ke kolam seperti air terjun.

Aku tersenyum melihat pemandangan ini. Aku melihat ke kanan di mana ada serangkaian kait di dinding dan sebuah keranjang anyaman yang tinggi. Aku membiarkan bak terisi, aku berjalan kembali ke kamarku dan memilih gaun. Aku memilih gaun lengan terbuka yang terdapat hiasan mewah berkembang keluar dari bawah pinggang. Gaun itu berwarna biru tosca.

Princess AmorettaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang