Chapter 6 - Leaving with A Heavy Heart

10.4K 612 11
                                    

Amoretta POV

Aku mendesah, bahu ku sedikit melorot.

'Dia memilih ku. Bahkan setelah semua hal buruk yang telah aku lakukan, dia masih memilih ku. Dia benar-benar menyukaiku!  

Celesta berdiri menatap ku tidak percaya.  

Aku berpaling padanya, ekspresi menyesal di wajahku. "Maafkan aku-"  

Dia menatapku. "Semua ini salahmu! Kau selalu mendapatkan apa yang aku inginkan! Aku tahu kau cemburu, dasar pencuri-"  

"Apa yang aku curi darimu?"  

"PANGERAN KU!"

 "Dia bukan sebuah barang!" kataku refleks dengan semua kalimat bodoh yang dikeluarkan Celesta.

 Dia tergagap dengan kata-katanya sebelum akhirnya menukas: "Kau selalu iri padaku dan aku tidak akan pernah memaafkanmu" setelah itu, dia berlari pergi, ibunya mengikuti dibelakang. Sebenarnya aku marah tapi sebagian kecil dari ku mengasihaninya.  

Saphronia dan Permelia menghampiri ku, memberikan ku dengan pelukan.  

"Lupakan dia, Amora," kata Saphronia, memanggil ku dengan nama panggilan dekat. "Aku sangat bangga pada mu!"  

Permelia menjerit. "Selamat, Amora! Aku akan sangat merindukanmu!"

 Kata-kata mereka membuat air mataku terbendung. "Aku akan merindukan kalian juga! Jangan pernah lupakan aku."

 "Tidak akan." Aku menatap Saphronia.

 "Janji, Saffy?" Dia tersenyum sayang. "Janji."  

"Kau juga, Melia?" Aku bertanya, beralih ke Permelia.  

"Tentu saja! Bagaimana mungkin aku bisa melupakanmu?" Mereka menyelimuti ku dalam satu pelukan terakhir sebelum berjalan pergi dengan ibu mereka.

  Ibuku bergegas menghampiri ku, menarik ku ke pelukan yang ketat. Aku memeluknya kembali, dengan setiap perasaan yang pernah aku rasakan. Ibuku adalah sahabat ku,dia mengerti aku, dan akan selalu mendukung keputusan ku. Dia adalah segalanya bagiku. Dan aku akan sangat merindukannya.

 Ayah menarik ku ke dalam pelukan, melepaskan beberapa air mata. Aku menatap Ayah dan tersenyum. Dia membiarkan aku pergi dan berpaling kepada Raja Daivian. Aku melihat Pangeran Edelmar disamping Ayahnya. Hanya untuk menyadari dia telah menatap ku sepanjang waktu. Saat itulah perasaan marah dan sedih menabrak pikiran ku, membutakan ku untuk membenci seorang pangeran.

  "Raja Daivian, Pangeran Edelmar," kata ayahku, "Ini adalah kehormatan ku, hadir untuk putriku, menuntun tangan Putri Amoretta dalam pernikahan. Dan menjadikan putri ku sebagai istri dari pangeran. Apakah anda menerima?"

 "Aku terima." Ayahku tampak tertekan, seperti ia telah kehilangan segalanya. Aku hanya berharap Ayah akan berkonsentrasi untuk menjadikan Rasmus menjadi seorang pangeran yang baik dan mempunyai masa depan yang indah sebagai raja.  

Raja Daivian memandang antara aku dan Edelmar. "Um, kami pergi di pagi hari, Putri." Aku mengangguk, mataku tertunduk.  

"Ayo, Raja dan Ratu Caspar Ceyda, mari kita membuat rencana untuk pernikahan," kata Raja Daivian.   Dan dengan itu, orang tua ku pergi, meninggalkan aku dengan calon suami ku di masa depan.      

Edelmar POV  

 "Maafkan aku," kataku. "Aku tahu kau tidak ingin dipilih, tapi-"  

"Kau benar." Aku terkejut oleh kata-katanya.

  "Tapi aku tidak bisa menolak rencana pernikahan ini, dan saudari mu tidak tepat untuk ku."  

"Dan bagaimana dengan ku? Kau bahkan hampir tidak tahu tentang ku! Kau bahkan tidak mencintaiku!"  

Princess AmorettaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang