Hay hay hay, aku udah nulis cepet-cepet nih buat readers semua. Makasih banyak yah yg udah coment dan vote. Makasih banyak karena kalian bikin aku semangat buat nulis dan ngelanjutin ceritanya terusss. Makasih buat kalain yg udah rekomendasiin cerita ini ke temen-temen kalian (kalau ada) wkwkkw. Yah pokoknya gua udah berusaha cepet selesain chapter ini buat kalian semua yg udah gak sabar sama kelanjutannya hahahha...
Pokoknya keep voment yah biar author nya semangat nulis lagi ;))
HAPPY NEW YEAR EVERYONE!!!
Edelmar POV
Aku berdiri tak bergerak di taman, sementara semua orang di sekitar ku bergerak dalam keributan liar. Teriakan-teriakan 'Ratu hilang!' dan 'Ratu Amoretta!' memenuhi udara. Hatiku serasa berhenti berdetak sama sekali.
Aku meninggalkan Amoretta dengan berat hati. Aku merasa sangat bersalah; jika saja aku tetap bersamanya, kalau saja aku membiarkan dia ikut ke pesta. Acara yang dimaksudkan untuk menyenangkan dan gembira diganti dengan kesedihan dan ketakutan.
Salah satu penjaga yang berpatroli mendengar teriakan dia di kebun. Saat mereka berlari ke tempat asal suara itu-atau di mana dia seharusnya-semua yang tersisa hanya jejak kaki di tanah dan gelang yang ku berikan sebagai hadiah. Aku menatap gelang itu di tangan ku, menelusuri setiap bunga.
Ayah ku datang di belakang ku dan meletakkan tangannya di bahu ku. Aku memutar tubuhku, menatapnya, tiba-tiba merasa seperti anak berusia 15 tahun yang telah kehilangan ibunya. Aku merasa air mata bocor keluar dari mataku, dan aku terkejut karena air mata juga keluar dari mata Ayah.
"Semua akan baik-baik saja, Edelmar," katanya. Suaranya sarat dengan emosi. "Kita akan menemukannya." Dia menatapku, meyakinkanku.
"Dan kita akan membantu."
Aku dan Ayah berbalik, menghadapi mata biru tua Cobalt dan mata oranye-cokelat terang Ruby. Mereka berpegangan tangan satu sama lain dan berdiri dekat, seolah-olah mereka bisa membayangkan bagaimana rasanya kehilangan belahan jiwa.
"Kalian tidak perlu," kataku. Ini adalah pertama kalinya aku bicara sejak aku mengetahui Amoretta hilang. "Aku tahu kau ada perkerjaan lain."
"Lihatlah, jejak kaki," Cobalt membalas, matanya berkedip di lampu obor redup. Tidak memedulikan perkataanku.
"Ya, lihat jejak kaki itu. Seperti sedang memberontak," Ruby melanjutkan. "Dia juga meninggalkan gelang nya, yang aku yakini dia tidak akan sengaja melakukan itu. Aku yakin Ratu diculik."
Aku merasa tidak percaya dengan fakta itu. Siapa yang akan melakukan hal seperti itu? Siapa yang sudah berani melakukan ini?
"Tapi bagaimana kau bisa membantu?" Ayah ku bertanya. Aku melihat harapan di matanya. "Aku tidak bermaksud menyinggung ..."
"Kami sudah banyak melawan bandit dan penjahat lainnya. Jadi kami tahu bagaimana cara mempermudah situasi ini," jawab Cobalt. "Apakah ini berarti kau akan mengizinkan kita untuk membantu?"
Ayahku menatapku dan aku mengangguk.
"Tentu saja," kata ayahku. Dia memasang senyum di wajah muram dan tekadnya membara di kalimat nya. "Kita akan menggerakkan semua bantuan yang bisa kita dapatkan."
Amoretta POV
Saat aku bangun, aku bisa merasakan penutup mata di mata ku. Aku memutar kepala ku ke sisi lain, mencoba memahami di mana aku berada. Aku berada di suatu tempat yang pengap, seolah-olah tidak ada jendela. Disini amat sangat panas. Saat aku menggerakkan lenganku, aku menyadari bahwa tangan ku telah terikat di belakang ku, sepertinya aku sedang duduk di kursi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Princess Amoretta
FantasíaAmoretta percaya pada cinta sejati. Tapi apa yang terjadi ketika ayahnya, Raja Caspar, memaksanya untuk menikahi seorang pangeran dari bangsa lain? Akankah ia mengikuti tugasnya demi negaranya? Apa yang akan terjadi saat dia tahu tentang sejarah gel...